Views: 30
Solidernews.com – Dalam UUD negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat 1 dinyatakan bahwa Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Agar setiap warga negara dapat memperoleh hak pendidikan tersebut maka pemerintah mengalokasikan biaya pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen sebagaimana telah dituangkan pada pasal 31 UUD 1945 ayat 4, bahwa Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Regulasi ini menjadi indikasi bahwa pemerintah sudah sangat perhatian akan pendidikan di negara kita. Hal ini dilakukan tak lain dan tak bukan hanya untuk menciptakan kader-kader muda generasi unggulan bangsa ini yang dapat memberi kontribusi nyata untuk bangsa dan negara suatu hari nanti. Ketika kita berpikir dan merenungi suatu kata “unggulan” maka bisa jadi banyak jawaban-jawaban yang akan bermunculan di benak kita. Tapi suatu hal yang pasti, bahwa generasi unggul bangsa ini adalah generasi yang Indonesia, mengindonesiakan dan menjadi kebanggaan dimana kakinya melangkah dan dimana pun ia berkarya, baik dalam negeri maupun di luar negeri.
Berangkat dari opini tersebut, menjadi generasi unggul bangsa ini adalah suatu kewajiban mutlak bagi seluruh anak bangsa, tak terkecuali kaum difabel milenial, jika ingin meningkatkan potensi dan integritas keindonesian . Untuk itu sebagai warga negara Indonesia yang baik, maka salah satu jalan untuk menjadi bangsa yang unggul dan berintegritas adalah berpendidikan. Karena pendidikan adalah proses pengembangan diri menuju manusia yang unggul dan memiliki integritas, serta kapabilitas yang mempuni.
Maka dari itu, sudah selayaknya lah para generasi muda, termasuk di dalamnya difabel, untuk terus mengembangkan prestasi dan meningkatkan kemampuan diri, baik secara akademik, maupun non-akademik. Namun sering kali, yang menjadi kendala para difabel dalam meningkatkan kemampuan akademiknya hingga ke perguruan tinggi adalah masalah biaya. Apakah dengan biaya yang minim, kita para difabel muda begitu saja akan menyerah, dan menyerahkan perjalanan hidup ini hanya pada nasib semata?
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar difabel di negeri ini masih berada di bawah garis kemmiskinan, yang kemudian berakibat pada rendahnya kemampuan para difabel untuk mengakses pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi masalah finansial janganlah menjadi penghalang bagi kita difabel muda untuk terus meraih cita, karena banyak jalan yang akan kita temui, selama kita terus berusaha dan tidak pernah menyerah akan keadaan.
Berangkat dari kerisauan tersebut, berikut tips bagaimana caranya agar bisa lulus ke perguruan tinggi dengan beasiswa penuh dari Pemerintah.
Sedikit cerita, saya adalah difabel visual yang alhamdulillah mendapatkan Beasiswa Unggulan (BU) dari KEMENDIKBUD sejak semester pertama di tahun 2017.
Tidak usah berlama-lama lagi, mari kita kupas tips-tips agar bisa lulus menjadi awardee (penerima beasiswa, terutama ) Beasiswa Unggulan.
Pertama. Niat yang serius, dan memohon doa dari orang tua.
Seperti yang sering kita dengar, dan juga sering disampaikan oleh para pemuka agama , “segala sesuatu teergantung niatnya.” Karena niat yang serius dan disertai dengan tekad bulat, insya Allah kawan-kawan akan memperoleh keberhasilan. Setelah kita berniat dan bertekad, jangan lupa memohon doa dari kedua orang tua kita, terutama dari ibu. Yakinlah kawan, doa ibu sangatlah luar biasa dan mujarab.
Kedua. Menjalin relasi yang baik dengan orang-orang yang telah mendapatkan beasiswa dan meminta saran dari mereka.
Belajar dari mereka yang berpengalaman, pastilah akan membuat kita semakin paham bagaimana cara ketika hendak membuat proposal permohonan kepada Pemerintah. Mereka yang telah menjadi awardee beasiswa, pastilah punya tips-tips supaya bisa lulus pada beasiswa yang dimaksud.
Ketiga. Membaca seluruh instruksi dan persyaratan dalam mengajukan permohonan beasiswa
Sebagai orang yang hendak mengajukan permohonan beasiswa, kita sudah sepatutnya cermat, teliti, dan cekatan dalam membaca instruksi dan memenuhi persyaratan beasiswa. Jangan sampai karena hal teknis, seperti penulisan proposal, surat rekomendasi, penulisan essay yang tidak menarik, serta tidak cermatnya kita memerhatikan kelengkapan dokumen yang dimaksud, membuat kita gagal mendapatkan beasiswa. Susunlah proposal sesuai kebutuhan kawan-kawan, dan buatlah essay yang menjual kemampuan kawan-kawan, baik kemampuan akademik, maupun non-akademik, dan periksa lagi semua kelengkapan berkas yang dibutuhkan. Kalau mau baca contoh essay yang telah saya buat, silahkan download di sini, dan jika mau dengarin tips-tips dari saya, silahkan dengarkan di sini
Keempat. Jangan malu untuk meminta tolong kepada keluarga atau teman-teman non-difabel untuk membantu kita melengkapi seluruh persyaratan beasiswa yang diajukan
Sebagai mahluk sosial, kita tidak dapat melakukan segala sesuatunya sendiri, terlebih lagi kita yang difabel. Pastilah terkadang kita membutuhkan bantuan dari keluarga atau teman-teman yang non-difabel. Jadi ketika kita telah melengkapi segala persyaratan beasiswa yang hendak kita ajukan, jangan lupa meminta saran, dan bila perlu kita meminta kepada yang nondifabel untuk memeriksa kembali kelengkapan dokumen atau berkas yang telah kita buat. Dengan begitu, kita akan bisa meminimalisir kekurangan-kekurangan secara teknis.
Kelima. Selalu optimis dan yakin bahwa kita pasti lulus
Tips terakhir ini adalah tips yang tak kalah pentingnya, karena meskipun kita telah berusaha sekeras mungkin, dan telah mengerjakan yang terbaik, bila tidak dibarengi dengan keyakinan, maka bisa jadi usaha yang telah kita lakukan akan terasa sia-sia. Intinya, kawan-kawan harus selalu optimis dan yakin, adapun hasil terakhir, kita serahkan kepada Tuhan.
Sekian kawan-kawan, tips dari saya. Semoga bisa bermanfaat bagi semua, terutama bagi kawan-kawan difabel muda yang hendak meraih cita dengan beasiswa. Salam edukasi dan salam inklusi!!![]
Penulis: ZAF
Editor : Ajiwan Arief