Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Pendaftaran ASN 2024: Tantangan E-Materai dan Hambatan Akses untuk Difabel Netra

Views: 36

Solidernews.com – Pada tahun 2024, pemerintah Indonesia kembali membuka pendaftaran Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terdiri dari Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Sistem pendaftaran yang diterapkan sepenuhnya berbasis daring dengan tujuan menyederhanakan proses serta menjangkau masyarakat di seluruh wilayah. Meskipun terlihat lebih efisien, berbagai masalah muncul, khususnya terkait penggunaan e-materai, aksesibilitas sistem, dan kendala bagi pelamar difabel, khususnya difabel netra.

Sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, yang juga mengatur kesempatan kerja, salah satu aspek penting dari undang-undang ini adalah pemberian kuota khusus bagi  difabel dalam rekrutmen CPNS. Undang-undang ini menetapkan bahwa pemerintah wajib menyediakan kuota minimal 2% dari total formasi CPNS untuk  difabel. Kuota ini dirancang untuk meningkatkan partisipasi  difabel dalam pemerintahan dan memastikan bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja sebagai pegawai negeri.

Pemenuhan aksesibilitas juga menjadi fokus utama dalam undang-undang ini. Pemerintah diwajibkan menyediakan fasilitas ramah difabel, baik di tempat kerja maupun dalam proses rekrutmen. Hal ini penting untuk memastikan bahwa  difabel dapat berpartisipasi secara penuh dan efektif dalam lingkungan kerja pemerintah.

Persoalan E-Materai bagi Difabel Netra

Pendaftaran ASN 2024 dilakukan melalui portal resmi yang disediakan oleh pemerintah. Setiap pelamar diwajibkan mengunggah sejumlah dokumen penting, seperti KTP, ijazah, dan dokumen pendukung lainnya. Selain itu, untuk memastikan keabsahan dokumen, pelamar harus menyertakan e-materai pada beberapa dokumen yang dianggap krusial.

Namun, penggunaan e-materai ini memunculkan tantangan tersendiri. E-materai adalah materai digital yang digunakan untuk legalisasi dokumen secara daring. Untuk mendapatkannya, pelamar harus membelinya secara online melalui platform yang telah ditentukan. Untuk pendaftaran PPPK dan CPNS 2024, peserta dapat mengakses situs resmi e-Materai Peruri yang bekerja sama dengan BKN RI. Situs ini dirancang untuk mempermudah peserta CASN memperoleh e-materai yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan dokumen pendaftaran.

Banyak pelamar merasa kesulitan karena belum terbiasa dengan proses ini. Tak sedikit pula yang mengalami masalah teknis saat membeli e-materai, mulai dari kegagalan transaksi hingga situs yang lambat. Hal ini sangat dirasakan oleh pendaftar CPNS difabel, khususnya difabel netra.

Wildan, difabel netra yang mendaftar CASN 2024, menceritakan kendalanya saat ingin mengakses e-materai pada wawancara 8 September 2024. Ia menghadapi berbagai kesulitan saat mencoba membubuhkan e-materai, salah satunya masalah dengan situs pembelian e-materai yang sering down, sehingga ia harus mencobanya pada jam 3 dini hari. Akhirnya, ia berhasil membeli e-materai.

Meskipun Wildan berhasil membeli e-materai dan melakukan pembayaran melalui ShopeePay, e-materai tersebut tidak segera masuk ke akunnya. Keesokan paginya, Wildan pergi ke kantor pos dan menghadapi antrean panjang dengan nomor antrean 283. Karena tidak dilayani hingga siang hari, ia memutuskan untuk pulang.

Sorenya, e-materai akhirnya masuk ke akun Wildan. Namun, saat mencoba login, situsnya kembali down. Ketika mencoba membubuhkan e-materai, Wildan terus mengalami kesalahan karena server yang tidak stabil, sehingga proses tersebut belum dapat diselesaikan.

“Mau tidak mau saya harus mencari orang awas untuk membantu ketika servernya sudah stabil, Mas. Hingga kini e-materai itu belum bisa dibubuhkan, karena portalnya down terus,” ungkap Wildan menutup ceritanya.

Susi, difabel netra yang mendaftar CASN BAPPENAS, pada wawancara 9 September 2024, juga mengeluhkan soal e-materai. Ia mengaku harus begadang hingga jam 2 dini hari, meskipun harus diwarnai drama server down dan website error. Saat membubuhkan e-materai, ia juga harus mencari orang awas untuk membantunya membubuhkan materai itu di dokumen-dokumen yang memerlukan e-materai.

“Memang menyulitkan, Mas. E-materai ini bikin penuh drama. Tetapi untung saja dokumenku sudah terkirim. Tinggal menunggu pengumuman,” ujar Susi menutup ceritanya.

Masalah Aksesibilitas Website dalam Proses Pendaftaran

Meskipun proses pendaftaran daring seharusnya membuat segalanya lebih mudah, tidak semua pelamar merasakannya. Banyak pelamar mengalami kesulitan karena aksesibilitas sistem yang terbatas. Situs web pendaftaran sering kali mengalami gangguan, terutama saat terjadi lonjakan jumlah pelamar. Hal ini menyebabkan situs menjadi lambat, bahkan terkadang tidak bisa diakses sama sekali.

Ketika mencoba mengunggah dokumen, banyak pelamar yang mengalami masalah seperti file yang gagal terunggah atau sistem yang tiba-tiba error. Masalah ini memperpanjang proses dan membuat banyak pelamar harus mencoba berkali-kali untuk menyelesaikan pendaftaran.

Selain masalah teknis,  difabel juga menghadapi tantangan khusus dalam proses pendaftaran ASN 2024. Pemerintah memang telah menetapkan kuota khusus untuk pelamar difabel, namun masih terdapat kendala signifikan, terutama terkait aksesibilitas. Sistem pendaftaran daring tidak sepenuhnya ramah difabel. Bagi difabel netra, misalnya, fitur pembaca layar pada situs pendaftaran masih minim. Hal ini menyulitkan mereka untuk mengakses dan memahami setiap langkah pendaftaran. Demikian juga bagi tunarungu, beberapa informasi penting yang disampaikan dalam bentuk video atau audio tidak dilengkapi dengan teks terjemahan atau subtitle. Kendala-kendala ini membuat banyak pelamar difabel merasa kurang terfasilitasi dengan baik.

“Saya sendiri merasa secara umum portal pendaftaran itu bisa terbaca oleh pembaca layar, Mas. Tapi saat sudah melakukan pendaftaran, mengeklik ikon, dan adanya captcha, nah, baru terasa rumit proses pendaftaran ini,” ujar Wildan.

Pria lulusan UIN Sunan Kalijaga ini juga mengungkapkan secara spesifik hambatan saat mendaftar CASN secara mandiri. Ketika mengakses website https://sscasn.bkn.go.id, ia menemukan bahwa saat mengeklik ikon tertentu muncul menu popup yang tidak terbaca oleh pembaca layar. Selain itu, setiap kali akan mengumpulkan berkas, ia harus menyelesaikan tantangan captcha yang sangat menghambat difabel netra. Pasalnya, captcha tersebut sulit diakses oleh pembaca layar.

“Ya, akhirnya lagi-lagi saya harus meminta bantuan ke orang awas, Mas,” tutur Wildan.

Susi, lulusan UIN Sunan Kalijaga jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, mengemukakan pengalamannya. “Awalnya pingin daftar KEMENAG. Karena formasi disabilitasnya enggak ada, khususnya yang relevan dengan ijazahku sebagai lulusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, akhirnya aku memilih BAPPENAS. Masalahnya, ya, itu. Ketika mau akses e-materai aku kesulitan, hingga harus begadang sampai jam 2 dini hari. Nah, di jam segitu baru bisa dapat e-materainya.”

Susi juga menceritakan bahwa formasi disabilitas tidak merata. Beberapa instansi tidak menyediakan formasi ini, sehingga banyak rekannya yang juga pendaftar difabel netra harus bersaing di formasi umum untuk dapat mendaftar di posisi yang diinginkan.

Menyikapi hal di atas, sudah sepantasnya pemerintah mengatasi masalah ini dengan melakukan perbaikan, baik dari segi teknologi maupun sosialisasi. Pertama, infrastruktur digital yang digunakan dalam proses pendaftaran harus ditingkatkan, sehingga pelamar tidak lagi menghadapi masalah teknis seperti situs yang lambat atau sistem yang error. Kedua, perlu adanya edukasi yang lebih luas tentang penggunaan e-materai, termasuk penyediaan panduan yang lebih jelas dan mudah diakses oleh pelamar.

Di sisi lain, aksesibilitas untuk pelamar difabel harus menjadi prioritas. Situs web pendaftaran harus dilengkapi dengan fitur yang memudahkan pendaftar difabel, seperti pembaca layar, teks terjemahan, dan harus berpijak pada Pedoman Aksesibilitas Konten Web (WCAG). Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan bahwa semua instansi yang terlibat dalam proses seleksi menyediakan fasilitas yang ramah difabel, mulai dari akses ke gedung hingga layanan pendukung selama proses seleksi.[]

 

Reporter: Wachid Hamdan

Editor      : Ajiwan Arief

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air