Views: 18
Solidernews.com, Yogyakarta. Mendorong partisipasi penyandang disabilitas (difabel) dalam dunia kerja, adalah isu prioritas. Karenanya, paradigma negara kepada warga difabel harus bergeser, dari karitatif (charity based) menjadi perlindungan dan pemenuhan hak (human rights based).
Salah satu langkah pemenuhan hak tersebut, adalah dengan menciptakan destinasi wisata inklusif yang ramah difabel. Namun, realitanya hingga saat ini wisata inklusif di Indonesia belum dikembangkan secara optimal. Rendahnya persentase wisata inklusif di Yogyakarta, sebagai contohnya.
Sebagai daerah tujuan wisata, tempat-tempat wisata di Kota Yogyakarta hanya memiliki tingkat persentase wisata tidak mencapai 5%. Dapat dihitung dengan jari. Di antaranya, Malioboro, Benteng Vredeburg, Gembira Loka, serta destinasi-destinasi unggulan saja, yang menerapkan wisata inklusif dengan menyediakan fasilitas ramah difabel. Sementara, destinasi-destinasi lainnya masih belum memperhatikan aksesibilitas bagi difabel di tempat wisata.
Melihat permasalahan tersebut, DifaBike bersama dengan PT. Gemilang Media Wisatama (Travelxism) secara resmi meluncurkan project terbaru, yaitu DifaTravelX. Project ini bermula ketika DifaBike sebagai penyedia layanan ojek online dan tour and guide service oleh difabel mengalami keterpurukan akibat pandemi.
Peluncuran dan ujicoba tur DifaTravelx dihelat pada, Selasa (10/12/2024). Proyek kolaborasi DifaBike dan Travelxism ini melakukan ujicoba tur, mengelilingi objek wisata Tamansari dan Keraton Yogyakarta.
Inisiatif dan terobosan baru ini telah memberikan kesempatan kepada difabel, dapat berpartisipasi aktif pada sektor pariwisata. Mendobrak hambatan industri pariwisata dalam menciptakan lingkungan inklusif dan ramah bagi semua individu, menjadi tujuan.
“Adanya DifaTravelX ini turut memberikan edukasi kepada masyarakat, bahwa perlu untuk membangun pariwisata yang aksesibel bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Sehingga, setiap individu dan warga negara berhak untuk piknik, bersenang-senang. Tanpa ada pengecualian”, tutur Triyono, CEO dan Founder DifaBike dalam keterangannya, Selasa (10/12/2024).
Target penerima manfaat project ini adalah, 10 tourist guide difabel dari DifaBike, serta 20 pemuda lulusan SLB di Yogyakarta dan sekitarnya. Selanjutnya para target penerima manfaat mendapatkan pembekalan dan pelatihan, sebagai host dalam dua program utama project ini. Pelatihan tersebut diantaranya: tour guiding, public speaking, bahasa Inggris, videografi, fotografi, dan hospitality.
Sensasi berwisata
Virtual Tour dan Virtual Experience, menjadi dua program utama dalam project DifaTravelX ini. Program tersebut akan memberikan sensasi baru berwisata ke berbagai penjuru daerah, tanpa harus pergi kemana-mana.
Dalam Virtual Tour, penonton akan diajak mengelilingi berbagai destinasi wisata yang ada di Yogyakarta. Sedangkan, VirtualExperience akan membawa penonton menikmati aktivitas menarik, yang digelar penduduk lokal di suatu tempat.
“DifaTravelX melalui virtual tour dan experience ini bisa dijadikan sebagai salah satu strategi ketahanan pariwisata (tourism recovery and resilience strategy) selama dan paska pandemi. Kita juga ingin membuka mindset orang-orang, terutama people with disability bahwa ada kesempatan-kesempatan baru supaya mereka bisa produktif, berkembang, dan menghasilkan, salah satunya dengan DifaTravelX. Dengan Virtual Tour DifaTravelX ini kita ingin menunjukkan bahwa program ini very helpful tidak hanya untuk temen-temen yang mau berkunjung, tetapi juga untuk host-nya sendiri”, ujar Gilang Ahmad Fauzi, CEO dan Founder Travelxism.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan Arief
