Views: 8
Solidernews.com – Kementerian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UIM Makassar, serta DPD PERTUNI Sulawesi Selatan, mengadakan pelatihan vokasi bagi pengusaha UKM difabel pada 25 sampai dengan 27 September 2024. Pelatihan ini berlangsung secara intensif di Hotel Horison Ultima Makassar dan dihadiri oleh 26 difabel penglihatan pelaku usaha.
Melalui pelatihan ini, Kementerian Koperasi dan UMK berharap, pelaku usaha kecil dan menengah khususnya pelaku usaha difabel penglihatan, dapat beradaptasi dengan pasar masa kini. Di mana penjualan dan penawaran lebih banyak dilakukan secara daring (dalam jaringan) dan menuntut kreatifitas yang tinggi. Berangkat dari fokus itu, pelatihan vokasi yang diselenggarakan ini bukan hanya memuat materi terkait koperasi, teknik penjualan dan perancangan usaha. Tetapi juga memberikan materi tata cara beriklan di media sosial yang dibawakan dalam lima sesi berturut-turut.
Lebih lanjut founder Golki Group, Muhammad Rifki menyampaikan, “pandemik corona mematikan banyak usaha-usaha kecil. Karena sekarang, orang-orang belanjanya itu serba online. Nah usaha kecil-kecilan belum berpikiran untuk berjualan secara online waktu itu. Tetapi sekarang, malah penjualan online ini menguntungkan penguasa kecil. Tanpa tempat, tanpa operasional, tanpa biaya listrik dan lain-lain semua orang bisa berjualan lewat toko online.”
Pandemik corona memang terbukti mematikan sejumlah usaha-usaha kecil, tidak terkecuali usaha klinik pijat yang banyak digeluti oleh difabel penglihatan di Makassar. Para peserta yang mayoritas berprofesi sebagai pemilik atau pekerja klinik pijat difabel netra pun mengakui, adanya trend penurunan jumlah pasien yang diterima saat berlangsungnya pandemik bahkan setelah berlangsungnya pandemik itu sendiri. Beberapa di antaranya bahkan harus mencari sumber penghasilan tambahan atau malah beralih profesi.
Salah satu peserta, Nabila May Sweetha, pun menyampaikan pendapat yang penting.
“Memang sih berjualan online itu memberi peluang lebih besar dengan pembiayaan yang lebih kecil. Tapi masalahnya sekarang, berapa banyak sih teman-teman tunanetra yang bisa mengoprasikan aplikasi editing foto dan video? Padahal kan kunci utama pemasaran online adalah kualitas foto dan video prodak. Dan tentu saja untuk mempelajari aplikasi itu, kita harus diajar sama pengajar yang juga tunanetra total. Karena cara mengoprasikan aplikasinya berbeda dengan non tunanetra,” katanya dalam sesi diskusi di hari kedua.
Pelatihan vokasi yang kali itu diadakan memang fokus pada pembekalan materi perancangan usaha, pengelolaan oprasional, pengenalan koperasi dan didominasi oleh kiat-kiat memasarkan prodak di media sosial, khususnya TikTok dan Instagram. Peserta juga diajak untuk mengenali peluang-peluang penghasilan yang bisa didapatkan melalui media sosial. Tetapi tidak ada sesi yang menjelaskan cara menggunakan aplikasi editing video dan semacamnya. Para peserta berharap kedepannya ada pelatihan yang lebih menetail terkait bagaimana cara membuat konten foto dan video agar mereka bisa memanfaatkan materi yang telah didapatkan dalam pelatihan vokasi yang telah berlangsung selama tiga hari itu.[]
Reporter: Yoga Indar Dewa
Editor ; Ajiwan