Views: 5
SoliderNews.com, Yogyakarta –Menyelamatkan diri dari kebencanaan bukan perkara mudah bagi difabel. Sementara, kebencanaan menciptakan kondisi yang mengancam jiwa, dua kali lipat bagi difabel. Dibutuhkan kepekaan lingkungan sekitar difabel, bahwa menyelamatkan jiwa difabel, tak kalah penting dari menyelamatkan jiwa lainnya.
Membangun perspektif, keselamatan bagi seluruh anggota keluarga, penting ditumbuhkan bagi keluarga dan lingkungan sekitar difabel. Paradigma atau perspektif menyelamatkan semua, harus tumbuh mengakar di lingkungan difabel. Sehingga, ketika terjadi bencana, difabel tidak ditinggalkan begitu saja. Sementara seluruh isi keluarga lari menyelamatkan diri masing-masing.
Sebagaimana terjadi di Kota Lampung. Seorang difabel tewas saat terjadi kebakaran yang melanda rumahnya, di Kabupaten Lampung Utara. Hal itu dikarenakan korban tertinggal, saat para penghuni rumah panik menyelamatkan diri. Sumber: KOMPAS.com.
Peristiwa tersebut dialami keluarga Ponco Sanyoto di Dusun Donorejo, Desa Batunangkap, Kecamatan Sungkai Utara pada Jumat (20/10/2023) sekitar pukul 00.00 WIB. Farel Hadi (16) seorang pemuda difabel yang sedang tertidur pulas ketika kebarakan melanda rumahnya. Miris, pria muda itu terbakar, karena tertinggal keluarganya saat menyelamatkan diri.
Peristiwa kebakaran yang menelan korban difabel itu, cukuplah menjadi pelajaran. Bahwa manusia apa pun kondisnya adalah manusia dengan seluruh hak hidupnya yang sama. Nyawa manusia sejatinya begitu berharga. Tak harus dilihat apakah itu difabel atau nondifabel.
Karenanya, pelatihan penyelamatan agar tidak terjadi korban jiwa, menjadi hal urgent untuk dimiliki keluarga dan lingkungan sekitar difabel. Dalam kondisi apa pun, tak boleh meninggalkan keluarganya yang difabel. Terlebih dengan alasan lupa. Sebuah alasan kebendaan, bukan kemanusiaan.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan