Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Pantaskan Diri Tempuh Pendidikan di Sekolah Inklusi

Views: 241

Solidernews.com – Banyaknya sekolah yang sudah menyatakan berbasis inklusi sangatlah perlu kita syukuri. Ya, dengan adanya sekolah tersebut anak-anak difabel bisa mendapatkan pendidikan yang setara dengan siswa lainnya. Kini mereka bisa mengenyam manisnya pendidikan yang sepertinya dianggap mustahil oleh keluarga terdekatnya. Jika dulu bersekolah di sekolah luar biasa, (SLB) saja sudah merupakan pengalaman yang dahsyat, sekarang adanya sekolah inklusi membuat manisnya pendidikan benar-benar terasa.

 

Namun apakah SLB tak lagi dibutuhkan? Tentu tidak. Banyak sekali pembelajaran di SLB  yang tak akan pernah mereka temui di sekolah inklusi. Seperti Orientasi dan Mobilitas, belajar untuk beraktivitas sehari-hari secara mandiri bagi difabel, baca tulis brille (untuk difabel netra), tataboga yang aman dan dapat dilakukan oleh difabel, menjahit, dan pelbagai pembelajaran kekhususan lainnya. Harus diakui, difabel biasanya tidak akan terlalu banyak dilibatkan di dalam aktivitas rumah. Oleh karena itu, pembelajaran di atas sangatlah penting untuk menunjang kemampuan si difabel itu sendiri.

 

Jika dari usia dini sudah bersekolah di sekolah inklusi, apakah hal-hal esensial sebagai difabel itu bisa dikuasai dengan baik? Mungkin tidak. hal itulah yang menjadi dasar  untuk menyatakan bahwa SLB masih relevan dan penting bagi kehidupan difabel di usia dini. Menurut hemat penulis, paling tidak sekolah di tingkat dasar harus bersekolah di SLB, lalu setelah itu bisa meneruskan di sekolah inklusi.

 

Jika hal-hal mendasar sebagai difabel sudah dipahami dengan baik, insyaallah akan mudah untuk menjelaskan kepada teman sebaya apa yang jadi kelemahan dan kelebihan kita. Sekolah inklusi bukanlah tempat yang tepat jika difabel belum bisa menguasai diri dengan baik. Karena harus diakui, akan ada banyak sekali ragam respons dari teman-teman satu kelas bahkan seluruh civitas sekolah tentang si difabel itu. Ada yang bisa menerima dengan wajar, artinya difabel diberikan ruang untuk berkreasi sesuai dengan kemampuannya, ada yang menganggap difabel itu tidak perlu diberi ruang yang sama dengan mereka, dan ada pula yang membatasi gerak ataupun kreativitas difabel itu sendiri.

 

Sebagai seorang yang sudah menuntaskan pendidikan di sekolah inklusi, penulis banyak mengalami semua hal-hal di atas. Artinya mereka (siswa nondifabel) juga memberikan respon yang berbeda-beda. Ada yang bisa menerima semua yang ada dari diri penulis, ada yang melihat saya dari sudut pandang difabel yang perlu untuk dibantu kapanpun, ada pula yang melihat dari sisi yang sama dengan mereka.

 

Apakah difabel harus membatasi pergaulan? tentu tidak! Jika difabel membatasi diri hanya dipertemanan yang sesama difabel, lalu apa artinya belajar  di sekolah inklusi?

 

Apakah semua siswa nondifabel bisa akrap dengan siswa difabel? Jawabanya tergantung pada keaktifan difabel itu sendiri. Penulis merasakan betul manfaat dari aktif dalam pelbagai ekstra baik organisasi ataupun ekstrakulikuler di madrasah. Banyaknya jaringan akan mempermudah difabel itu sendiri dalam menempuh pendidikan di sekolah inklusi. Jika kami membutuhkan pertolongan pun akan banyak yang bisa diminta bantuan. Mungkin tidak semua teman satu kelas ataupun satu ekskul itu bisa menerima kami dengan sepenuhnya, namun itu pastilah lebih baik dibandingkan difabel itu berdiam diri dan bersikap eksklusif.

 

Jadikan mereka nyaman bercengkrama dengan kita. Jika kita sudah berani untuk bersekolah di seekolah inklusi, pastikan kita siap untuk berbaur dengan semua orang. Bersikaplah sewajarnya, jangan terlalu mudah tersinggung dengan mereka yang belum bisa menerima keadaan kita sepenuhnya. Hilangkan rasa bahwa kita akan selalu membebani bagi mereka. Hilangkan juga sikap seakan-akan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Pantaskan diri kita bahwa kita layak untuk mendapatkan apresiasi yang sudah selayaknya kita nikmati di sekolah inklusi

.

Sebagai penutup tulisan ini, izinkan saya untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada semua teman-teman yang sudah membuat penulis menikmati dengan sebenar-benarnya sekolah inklusi. Terima kasih juga untuk semua guru yang sudah bersedia untuk memberikan banyak ilmu kepada penulis. Semoga sekolah inklusi benar-benar bisa menjadi kawah candra dimuka yang pantas untuk siswa berkebutuhan khusus. Untuk sesama difabel, ayo berani belajar di sekolah inklusi. Pastikan kalian bangga dengan almamater kalian. Dan yang tak kalah penting, pastikan sekolah kalian bangga punya peserta didik seperti kalian.[]

 

 

Penulis: Ikhwan Khanafi

Editor    : Ajiwan

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air