Views: 13
Solidernews.com. NATRIO Catra Yososha (35), akrab disapa dengan nama panggilan Osha. Seorang pemuda dengan autisme atau autism spectrum disorder (ASD), yang aktif lari marathon. Ia telah menggeluti olahraga lari, sejak usianya anak-anak. Tiga tahun lalu (2021), ia bergabung dengan komunitas lari.
Pada gelaran BTN Jakarta Run 2023 yang digelar pada bulan November, ia berhasil mencapai garis finish, dengan catatan waktu 6 jam 47 menit. Meski ‘mepet COT’ (cut off time), atau tepatnya 13 menit menuju abtas (ambang batas) akhir menyelesaikan lomba. Kegigihan berjuang menyelesaikan sampai finish, mengudang decak kagum.
Menurut Osha, mengikuti full marathon bukanlah hal yang mudah. Bukan hanya fisik yang diuji, mental juga benar-benar harus disiapkan agar tahan banting. Namun, diakuinya lari marathon memberikan dampak positif pada dirinya yang autism. Melalui platform media sosial whatsAap, ia menceritakan dampak yang didapatnya kepada solidernews.com.
Dampak yang didapatnya, antara lain: pertama, dengan lari dia dapat memperbaiki postur tubuh. Osha mengemukakan bahwa, sebelum aktif berlari postur tubuhnya bungkuk.
“Sebelum olahraga, badan saya bungkuk banget. Sekarang menjadi lebih tegak. Ada progress-nya, postur tubuh menjadi lebih bagus,” jelas Osha dalam acara Press Conference Garmin Run 2024, pada 22 April 2024.
Dampak kedua, melatih keseimbangan tubuh. Sebelumnya, keseimbangan tubuh Osha dapat dibilang belum maksimal. Mengalami peningkatan, seiring kegiatan olahraga yang ia lakukan. Hal itu didapatkan dari proses pemanasan dan cooling down berlari. Yakni ketika dia melakukan banyak gerakan melatih keseimbangan tubuh, gerakan mengangkat kaki sebagai contohnya.
Adapun dampak positif ketiga yang didapatnya ialah, daya tahan tubuh meningkat. Semenjak aktif berolahraga, Osha menjadi jarang mengalami sakit yang dapat menghambat aktivitas. Kalau pun pernah sakit, intensitasnya jauh berkurang. Sehingga ketahanan tubuhnya meningkat.
Meningkatkan fokus
Bagi orang dengan autisme, fokus dan konsentrasi dapat menjadi tantangan tersendiri. Osha, dapat mengatasinya dengan olahraga lari. Dia meningkatkan target dalam setiap kali latihan. Dia sangat menyadari bahwa target, hanya dapat dicapai dengan fokus, selain kontinuitas berlatih.
“Setiap training (latihan), saya memasang target. Dengan target yang harus saya capai itu, pelan-pelan saya dapat meningkatkan fokus. Kontinuitas dan rutinitas juga berpengaruh dalam mencapai target,” ujarnya.
Dilansir dari Autism Speaks, olahraga lari, dengan gerakan berulang dan ritmis, mampu menstimulasi otak dan meningkatkan aliran darah ke area yang berhubungan dengan fokus dan perhatian.
Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa lari selama 30 menit dapat meningkatkan kinerja kognitif dan fokus pada orang dengan autisme. Selain itu, lari juga dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi kecemasan. Faktor yang sering mengganggu fokus pada orang dengan autisme.
Berbagi tips
Pada kesempatan berbincang, Osaha membagikan beberapa tips yang dapat membantu memulai dan mencapai tujuan. Pertama, mulai secara bertahap. “Untuk teman-teman autisme yang ingin mencoba lari maraton sebaiknya jangan langsung lari jauh,” ujar Osha.
Lanjutnya, pada awal ia berlari, ia juga melakukannya secara bertahap. Mulai dari 5 km, 10 km hingga seterusnya. “Awalnya dulu saya berapa kilo itu sudah capek, terus karena sudah sering akhirnya bisa bertahan lebih lama,” terangnya
Kedua, sesuaikan dengan kemampuan diri. Tidak semua orang memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama dalam berlari. Osha menyarankan untuk berlari secara bertahap, agar dapat menyesuaikan dengan kemampuan dan kekuatan kasing-masing.
“Coba dulu dengan berjalan kaki lalu jogging, lari kecil lalu lari yang standar beberapa kilometer dan sampai lari yang jauh,” Osaha mengakhiri perbincangan, Jumat (26/4/2024).[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan