Views: 25
Solidernews.com – Lantunan ayat suci Al-Qur’an bergema di Masjid Istiqlal pada Kamis (5/9), menghadirkan momen bersejarah saat seorang remaja difabel netra bernama Nur Syahwa Syakhila membacakan ayat-ayat pilihan di hadapan Paus Fransiskus. Peristiwa ini menjadi sorotan dalam kunjungan bersejarah pemimpin tertinggi Gereja Katolik ke Indonesia, sekaligus menyoroti semangat inklusivitas dan kerukunan antar umat beragama.
Nur Syahwa Syakhila, yang akrab disapa Kayla, adalah seorang hafizah (penghafal Al-Qur’an) berusia 16 tahun. Lahir prematur di Makassar pada 4 Januari 2008, Kayla adalah anak pertama dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Muh. Sabhan dan Amriana. “Saya terlahir memiliki keterbatasan dengan penglihatan karena saya lahir di usia kandungan 27 minggu dengan berat badan 1,4 kilogram dan dimasukkan di inkubator selama kurang lebih 39 hari,” ungkap Kayla.
Meski menghadapi tantangan ini, Kayla tidak pernah menyerah dan justru membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk berprestasi.
Saat ini, Kayla menempuh pendidikan di SLB A Pembina Tingkat Nasional Jakarta Selatan, kelas 9. Meskipun difabel netra, Kayla telah menghafal 30 juz Al-Qur’an sejak usia 10 tahun, sebuah pencapaian luar biasa yang membuktikan tekad dan kemampuannya. Prestasi Kayla di bidang hafalan Al-Qur’an telah membawanya ke berbagai panggung kehormatan. Ia menjuarai Hafiz Indonesia 2018 yang disiarkan di RCTI, menjadi tamu kehormatan Sultan Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah, dalam acara Musabaqah Tilawatil Quran pada tahun 2022, dan kini tampil membacakan Al-Qur’an di hadapan Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal (2024).
Selain menghafal Al-Qur’an, Kayla juga memiliki beragam minat dan bakat. Ia gemar melantunkan shalawat, mahir memainkan alat musik keyboard, dan memiliki hobi muraja’ah (mengulang hafalan Al-Qur’an). Keberagaman bakatnya ini menunjukkan bahwa hambatan penglihatan tidak menghalangi Kayla untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang.
Kayla memiliki cita-cita mulia untuk menjadi dosen bahasa Arab dan terus mengamalkan ilmunya sebagai Hafizah. “Saya ingin menjadi dosen bahasa Arab dan Hafizah, Aamiin Allahumma aamiin,” ujarnya penuh semangat.
Motivasi utama Kayla adalah untuk membahagiakan kedua orang tuanya. “Saya ingin membahagiakan kedua orang tua saya baik di dunia maupun di akhirat. Saya ingin memberikan mahkota dan jubah kebesaran buat kedua orang tua saya,” kata Kayla dengan penuh kasih.
Meski telah menghafal 30 juz, Kayla tetap berkomitmen untuk terus menjaga hafalannya. “Murajaah setiap hari tak pernah berhenti sampai mati,” tegasnya, menunjukkan dedikasi luar biasa terhadap Al-Qur’an. Komitmen ini mencerminkan ketekunan dan kecintaan Kayla terhadap kitab suci, sekaligus menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Di hadapan Paus Fransiskus, Kayla membacakan dua ayat Al-Qur’an yang sarat makna. Ayat pertama adalah Surat Al-Baqarah ayat 62. Dikutip dari Tafsir Ringkas Kementerian Agama RI, ayat ini menekankan universalitas kasih sayang Allah. Ayat ini menjelaskan bahwa semua orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta berbuat kebajikan, akan mendapat pahala dari-Nya, terlepas dari latar belakang agama mereka sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Mereka yang beriman dan berbuat baik dijanjikan surga dan terbebas dari rasa takut serta kesedihan dalam menghadapi cobaan di dunia dan akhirat.
Ayat kedua yang dilantunkan adalah Surat Al-Hujurat ayat 13 yang menjelaskan tentang kesetaraan manusia dan tujuan dari keberagaman. Allah SWT menciptakan manusia dari asal yang sama dan menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal dan membantu, bukan untuk saling merendahkan. Ayat ini menegaskan bahwa nilai seseorang di hadapan Allah ditentukan oleh ketakwaannya, bukan oleh keturunan, suku, atau bangsanya. Dengan demikian, ayat ini menolak segala bentuk diskriminasi dan mempromosikan prinsip kesetaraan manusia.
Pemilihan kedua ayat ini sangat relevan dengan konteks kunjungan Paus Fransiskus, yang bertujuan untuk memperkuat dialog antar agama dan mempromosikan perdamaian. Hal ini juga tercermin dalam Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar.
Deklarasi tersebut menyerukan peningkatan nilai-nilai agama untuk mengatasi budaya kekerasan dan ketidakpedulian, serta pentingnya dialog antar umat beragama dalam menyelesaikan konflik. “Nilai-nilai yang dianut oleh tradisi agama-agama kita harus dimajukan secara efektif, untuk mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian yang melanda dunia kita,” demikian bunyi salah satu poin deklarasi.
Kehadiran Kayla dalam acara bersejarah ini bukan hanya menunjukkan bakat luar biasanya, tetapi juga menjadi simbol kuat dari semangat inklusivitas dan kesetaraan. Paus Fransiskus, yang dikenal dengan kepeduliannya terhadap kaum marginal dan difabel, menyambut baik partisipasi Kayla.
“Pengalaman-pengalaman hidup dengan keterbatasan yang dialami oleh para difabel bukanlah suatu halangan untuk melakukan hal terbaik dalam kehidupan ini. Sebab, semua umat manusia memiliki kontribusi masing-masing bagi kehidupan di dunia,” ujar Paus Fransiskus dalam sambutannya di Konferensi Waligereja Indonesia sebagaimana dikutip dari kompas.id.
Kisah Kayla menjadi bukti nyata bahwa hambatan bukanlah penghalang untuk berkontribusi pada kemanusiaan dan dialog antar iman. Ini juga menjadi pengingat bahwa keberagaman, baik dalam agama maupun kemampuan fisik, adalah anugerah yang memperkaya kehidupan kita bersama. Nur Syahwa Syakhila, dengan prestasinya yang menginspirasi, telah membuka mata dunia tentang potensi luar biasa yang dimiliki oleh difabel, sekaligus menjadi duta perdamaian dan kerukunan antar umat beragama.[]
Reporter: Syarif Sulaeman
Editor : Ajiwan
Biodata Lengkap:
– Nama lengkap: Nur Syahwa Syakhila
– Panggilan: Kayla
– Tempat Tanggal Lahir: Makassar, 04 Januari 2008
– Agama: Islam
– Suku: Bugis
– Anak ke: 1 dari 3 bersaudara
– Pendidikan: SLB A Pembina Tingkat Nasional Jakarta Selatan kelas 9
– Hobi: Murajaah, shalawat, dan main alat musik keyboard
– Hafalan Al-Qur’an: 30 juz
– Akun sosmed: @kayla_hafizindonesia2018