Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Minimalkan Deformitas Lebih Parah, PerMaTa YDTI Gelar Audiensi dengan Stakehokder di Kab. Barru

Views: 30

Solidernews.com – Barru  , 3 September 2024 Perhimpunan Mandiri Kusta (PerMaTa) bersama Yayasan Dedikasi Tjipta Indonesia (YDTI) mengadakan audiensi dengan para pemangku kepentingan di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Pertemuan yang digelar di Caffe 70 pada pukul 09:00 WITA ini bertujuan memperkenalkan kehadiran PerMaTa Barru serta menjajaki potensi kolaborasi dengan berbagai pihak untuk penanganan kusta yang lebih efektif.

Ketua PerMaTa Nasional, Al Kadri, menekankan pentingnya kerja sama dalam upaya meminimalisir deformitas yang lebih parah akibat kusta. Menurutnya, stigma negatif yang masih berkembang di masyarakat menjadi salah satu hambatan utama dalam penanganan penyakit ini.

“Kami berharap bisa bekerja sama dalam upaya meminimalisir deformitas yang lebih parah lagi. Stigma yang salah terhadap kami masih berlangsung, sehingga banyak penderita merasa malu untuk berobat. Kami membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak untuk memberikan pemahaman yang benar,” ujar Al Kadri dalam pemaparannya.

Selain itu, Al Kadri juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para stakeholder yang hadir dan memperkenalkan anggota PerMaTa Barru yang baru terbentuk. Ia berharap, melalui pertemuan ini, mereka bisa dikenal dan diajak berkolaborasi dalam program-program terkait kusta di masa mendatang.

“Kami juga ingin memperkenalkan teman-teman kami yang baru di sini, supaya bisa dikenal dan diajak berkolaborasi ketika ada kegiatan terkait kusta,” tambahnya.

Perwakilan dari pemerintah daerah Kab Barru, Amis Rifa’i, yang juga seorang dokter, turut memberikan pandangannya. Ia menegaskan bahwa kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, bukan kutukan seperti yang sering disalahpahami.

“Kusta bukan kutukan, tetapi penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Seharusnya tidak ada stigma jika masyarakat memahami hal ini,” jelas Abdul Gani.

Dalam pemaparannya, Amis Rifa’i menjelaskan secara rinci tentang kusta, membuat suasana audiensi terasa seperti seminar ilmiah. Ia menyatakan bahwa kusta tidak berbeda dengan penyakit lain yang menyerang saraf, namun masa inkubasinya yang lama seringkali membuat penderita tidak menyadari hingga terjadi deformitas.

“Sebetulnya, penyakit ini tidak berbeda dengan penyakit saraf lainnya, hanya saja masa inkubasinya lama, sehingga banyak yang teledor dalam penanganannya,” tutup Abdul Gani.

Audiensi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang baik untuk membangun sinergi antara berbagai pihak dalam mengatasi stigma dan dampak buruk kusta di Kabupaten Barru.[]

 

Reporter: Hasan

Editor     : Ajiwan

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air