Views: 12
Solidernews.com – Menurut Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulawesi Selatan, sejumlah regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah belum cukup berhasil mendorong isu inklusi difabel menjadi isu lintas sektor. Sebut saja seperti di kota Makassar dan daerah-daerah sekitarnya, Dinas Sosial, selalu dianggap lebih relevan untuk mengintervensi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh masyarakat difabel. Permasalahan apapun yang menimpa difabel, seringkali, langsung dikait-kaitkan dengan Dinas Sosial. Bahkan ketika persoalan yang dihadapi ternyata adalah kendala kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan atau pariwisata.
Melihat fenomena tersebut, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulawesi Selatan berharap, praktik-praktik demikian dapat segera dihentikan dan diubah menjadi praktik yang lebih inklusif.
Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulawesi Selatan didukung oleh NLR Indonesia pada hari Minggu, 20 Desember 2024, mengadakan perayaan Hari Disabilitas Internasional yang dirangkaikan dengan Hari Ibu tahun 2024. Kegiatan ini berjalan dari pagi hari sampai dengan sore hari, bertempat di LPP RRI Makassar.
Dalam perayaan Hari Disabilitas Internasional tersebut, HWDI dan NLR Indonesia mengangkat tema kesehatan reproduksi. Kedua lembaga yang sama-sama bergerak di isu difabel ini menganggap perlu adanya peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi di kalangan difabel. Juga penting untuk mendorong instansi terkait, dalam hal ini Dinas Kesehatan untuk mengambil peran dalam upaya-upaya meningkatkan kesehattan reproduksi pada kelompok difabel.
Pendidikan mengenai kesehatan reproduksi terlebih bagi anak dan remaja adalah hal yang sangat penting. Menurut yankes.kemkes.go.id, jumlah persalinan di usia muda dan kehamilan di luar pernikahan yang terus meningkat signifikan dari tahun ke tahun pun, ada kaitannya dengan kurangnya pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak dan remaja di Indonesia. Menjaga kesehatan reproduksi berarti memastikan hidup bisa lebih berkualitas dan sekaligus memberi pengetahuan kepada generasi muda mengenai hal yang baik dan yang tidak baik untuk dilakukan, maka dari itu pendidikan kesehatan reproduksi penting untuk diberikan secara merata. Sayangnya, anak dan remaja di Indonesia belum dapat mengakses pengetahuan yang sifatnya urgen tersebut dengan mudah. Hal itu terjadi bagi anak non difabel, dan apalagi anak difabel. Selain harus menghadapi ketidak merataan pendidikan, juga sekaligus harus menghadapi hambatan-hambatan lain seperti stigma negatif, tak adanya aksesibilitas sampai dengan tindak diskriminasi yang kerap diterima dari sekolah-sekolah reguler.
Dengan tema kesehatan reproduksi, HWDI Sulawesi Selatan kemudian mengundang Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi Sulawesi Selatan untuk mengisi talk show yang dihadiri oleh 100 peserta. Peserta berasal dari lembaga-lembaga pemerintah, organisasi difabel, sekolah luar biasa dan masih banyak lagi. Setiap peserta diharapkan dapat terpapar dengan informasi bahwa pendidikan kesehatan reproduksi, bukan hanya sekadar pendidikan kebersihan saja. Tetapi juga pendidikan mengenai proses menjaga dan mempertahankan kesehatan reproduksi. Selain itu, HWDI juga nenekankan bahwa permasalahan yang dihadapi difabel sangat beragam dan tidak cukup jika hanya Dinas Sosial yang diberi tanggung jawab tersebut.
Ketua HWDI Sulawesi Selatan, Maria Un, menyampaikan bahwa momentum ini juga menjadi bentuk dukungan kepada para orang tua yang memiliki anak dengan disabilitas fisik maupun mental. “Kami ingin mendorong masyarakat lebih peduli pada penyandang disabilitas dan memberikan support khususnya kepada para ibu yang berjuang mendampingi anak-anak mereka.”
Turut pula hadir Risnawati selaku kepala sekolah SDN Maccini kota Makassar, yang merupakan salah satu sekolah inklusif percontohan di wilayah Sulawesi Selatan. Dalam sesi talk show, Risnawati berbagi kisahnya dalam memberi pendidikan kesehatan reproduksi pada murid-muridnya yang tak selalu mudah,”karena mungkin masih tabu, jadi biasanya anak-anak yang sudah diajari itu malah dijadikan bahan olok-olokan sama teman-temannya yang lain,” ucapnya.
Risnawati pun mengaku, berusaha untuk mendapat saran mengenai cara penyampaian seperti apa yang akan efektif dalam proses pemberian materi kesehatan reproduksi kepada anak-anak sekolah dasar di sekolahnya tersebut.
Selain talk show, perayaan yang berlangsung cukup panjang itu juga memiliki agenda-agenda lain. Seperti kampanye publik melalui pembagian brosur dan stiker sampai dengan aneka penampilan. Mulai dari grup menyanyi, tari-tarian dan musikalisasi puisi. Dirangkaikannya Hari Disabilitas Internasional dan Hari Ibu tahun ini oleh HWDI Sulawesi Selatan pun, mengumpulkan bukan hanya difabel, tetapi juga orangtua difabel khususnya ibu yang selama ini telah banyak mendampingi anak-anak mereka.[]
Reporter: Nabila May
Editor : Ajiwan