Views: 7
Solidernews.com – Dalam “Webinar Sharing Session: Layanan ULD dan Pengalaman Mahasiswa Disabilitas di Luar Negeri” yang digelar oleh Unit Layanan Disabilitas UGM pada Selasa (3/12) lalu dalam rangka memperingati Hari Difabel Internasional, ada hal yang menarik yang dituturkan oleh Wuri Handayani, S.E., Ak., M.Si., M.A., Ph.D selaku Ketua ULD. Ia menceritakan mengenai bagaimana perjalanan pembentukan ULD yang sebenarnya telah diinisiasi sejak lama.
Cerita bermula pada tahun 2006, Slamet Thohari atau akrab disapa Amex yang merupakan mahasiswa Fakultas Filsafat, ia mulai menginisiasi UGM memiliki layanan difabel untuk mendorong UGM lebih inklusif karena diketahui telah cukup banyak mahasiswa difabel yang berkuliah di UGM saat itu.
Enam tahun berselang, tepatnya di tahun 2012, beberapa kawan mahasiswa baik difabel maupun nondifabel yang terdiri dari Mukhanif Yasin Yusuf, Muhammad Karim Amrullah, Marlita Putri Ekasari, dan lainnya mulai menginisiasi pembentukan Forum Mahasiswa Difabel dan Partner (FMDP).
Setelah melalui berbagai audiensi dan mediasi dengan pihak rektorat. Pada tahun 2013, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc. selaku Rektor UGM pada saat itu akhirnya mengesahkan pembentukan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Peduli Difabel sebagai wadah mahasiswa dalam memperjuangkan hak-hak difabel di tingkat perguruan tinggi.
Kemudian pada 2017 hingga 2018, Bima Indra Permana, Tio Tegar Wicaksono dan Susilo Andi Darma S.H., M.Hum. selaku Pembina UKM Peduli Difabel secara simultan mengadvokasi mengenai pembentukan ULD lewat permohonan audiensi untuk mendesakkan pembentukan ULD sebagai amanat UU No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang telah satu tahun disahkan.
Alhasil, Audiensi berhasil dilaksanakan pada Selasa, (16/10) 2018 dengan Rektor UGM yang waktu itu dijabat oleh Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng.. Audiensi ini menyoroti mengenai pentingnya kebutuhan mahasiswa difabel di UGM yang disampaikan langsung oleh teman-teman mahasiswa difabel yang hadir.
Selain itu, dibahas juga mengenai upaya untuk membuat UGM menjadi perguruan tinggi yang lebih inklusif dan akomodatif melalui pendirian Unit Layanan Disabilitas serta pembuatan layanan administrasi dan kemahasiswaan yang aksesibel sesuai dengan amanah UU No.8 tahun 2016, Permenristekdikti No.46 tahun 2017, dan Panduan Layanan Mahasiswa Disabilitas di Perguruan Tinggi.
Lebih lanjut pada tahun 2019, Gugup Kismono, MBA., Ph.D. yang waktu itu menjabat sebagai Sekretaris Rektor mulai menginisiasi ULD lewat Pokja Pembentukan ULD yang diketuai Wuri Handayani dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Terdapat beberapa hal yang dilakukan, diantaranya audit aksesibilitas, survei kepuasan layanan kepada mahasiswa difabel, dan beberapa FGD dengan pemangku kebijakan di internal UGM. Sayangnya Pokja ini harus terhenti oleh adanya pandemi Covid-19 yang melanda.
Walau begitu, perjuangan kembali dilanjutkan pada 2023 kemarin. Dimana Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA selaku Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran kembali membentuk Pokja ULD dan menggelar beberapa workshop yang dihadiri oleh mahasiswa difabel untuk menjaring pendapat dan aspirasi dari mereka.
Pada tahun yang sama, Wuri Handayani membuat sejumlah produk turunan yang diperlukan seperti naskah akademik. Serta mempresentasikan mengenai gagasan pembentukan ULD kepada Senat Akademik dan Majelis Wali Amanat UGM untuk mendapatkan masukan terhadap rancangan Peraturan Rektor.
Terakhir pada tahun 2024 ini, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D. selaku Rektor UGM menandatangani dan mengesahkan adanya Peraturan Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor 19 Tahun 2024 tentang Unit Layanan Disabilitas sebagai simbol berdirinya ULD.
Perjuangan yang telah diinisiasi bertahun-tahun menunjukkan komitmen kuat UGM dalam menyediakan layanan inklusif bagi mahasiswa difabel. ULD menjadi perpanjangan tangan UGM dalam memberikan berbagai bentuk dukungan, termasuk asesmen kebutuhan mahasiswa, pendampingan akademik dan non-akademik, serta fasilitas penunjang seperti aksesibilitas fisik di lingkungan kampus, hingga akses terhadap beasiswa. Selain itu, ULD UGM juga dirancang untuk melayani tenaga pendidik dan dosen yang difabel.
“Ke depannya kami berkomitmen membawa UGM untuk terus menjadi pelopor inklusivitas di dunia pendidikan baik ditingkat nasional maupun internasional,” ujar Wuri memungkasi.[]
Reporter: Bima Indra
Editor : Ajiwan