Views: 17
Solidernews.com, Gunungkidul
– Rumah ibadah, sebagai tempat penting yang dibutuhkan setiap warga masyarakat untuk menjalankan ritual peribadatan, juga menjadi tempat untuk berkumpul dan bersosialisasi. Di tempat ibadah pula, kita bisa belajar meningkatkan pengetahuan tentang keagamaan.
Namun sayangnya, tak semua tempat ibadah bisa mudah diakses oleh masyarakat difabel. Maka saat bisa menemukan tempat ibadah yang sudah memberi respon positif bagi  difabel, tak ada salahnya kita mengapresiasi tempat ibadah tersebut dengan melestarikan keasriannya dengan ikut menjadi jamaahnya.
Salah satu tempat ibadah yang sudah mendukung kegiatan sahabat difabel adalah masjid yang kita temukan di kawasan Wediutah, Ngeposari, Semanu, Gunungkidul. Masjid A’s Shobirin  sudah membantu jamaahnya dengan membuatkan ramp di serambi masjid dan tempat wudhu di depan masjid.
“Awalnya supaya bisa ikut solat tarawih di masjid, setiap bulan Ramadhan Bapak membuat sendiri ramp dari kayu untuk membantu saya. Sampai akhirnya dibuatkanlah ramp permanent seperti yang sekarang ini bisa saya akses sendiri tanpa bantuan orang lain. Hanya saja kalau teras masjid sudah penuh, maka saya akan dibantu naik untuk mendapatkan shaf di barisan laki-laki.” Yakub Widodo, paraplegi, salah satu jemaah masjid A’s Shobirin mengawali kisahnya menjalani bulan Ramadhan tahun ini.
Letak masjid yang tak jauh dari rumahnya, hanya sekitar 100 meter saja, membuat Yakub tak pernah ingin tertinggal menjalani ritual Ramadhan. Maka puasa menjadi langkah awalnya untuk lebih tekun menjalani ibadah, diantaranya dengan solat tarawih.
Merasa senang karena dilibatkan langsung dalam pembuatan ramp masjid A’s Shobirin, Wediutah, Yakub bersyukur karena sejak itu, 2017 silam, ayahnya tak perlu lagi membuat ramp untuk membantunya solat tarawih.
“Karena masjidnya memang baru dalam proses pembangunan, jadi waktu Bapak membuat ramp masih belum permanen. Kalau selesai Ramadhan, maka ramp buatan Bapak akan kembali dibongkar karena mengganggu ruas jalan. Tapi setelah proses pembangunan selesai, dari pihak masjid mengajak saya langsung untuk mengukur kebutuhan kursi roda yang saya perlukan. Jadi sejak saat itu sampai sekarang saya sudah tidak kesulitan lagi kalau mau solat berjamaah di masjid.” Terang Yakub dengan binar bahagia.
Dibuatkan akses untuk memudahkan kebutuhan beribadah, membuat keluarga Yakub turut bersimpati. Ikut serta mendanai pembuatan ramp, mereka ikut berdonasi untuk kelancaran upaya tersebut.
“Orangtua saya juga ikut senang karena tidak perlu repot lagi membuat ramp tiap ramadhan.” Demikian Yakub menyampaikan alasan.
Berbeda dengan yang dialami Yakub Widodo, mencoba menerapkan ilmu yang didapatkan selama belajar di BRTPD Pundong, Bantul, Adi Fajrianto, paraplegi asal Katongan, Nglipar, justru secara langsung meminta tolong pihak masjid untuk membantunya membuatkan ramp demi memudahkan aktivitasnya di masjid.
Dijumpai usai solat tarawih, Sunyoto Nur Istanto, ketua takmir masjid Al Muhajirin, Dusun Karangpoh, Pedukuhan Perbutan, Katongan, Nglipar, menyatakan bahwa pihak takmir dengan senang hati membuatkan akses untuk memberi kemudahan.
“Karena pada dasarnya siapapun kaum muslim yang ingin solat di masjid Al Muhajirin kita persilakan. Kita ingin merangkul semua saudara muslim supaya masjid jadi lebih makmur dan lebih berkah. Jadi jangan sampai kita mengotak-kotakkan jamaah antara yang difabel dan nondifabel.” Begitu ujar Sunyoto.
Menurut Sunyoto, hal itu pula yang membuat takmir masjid lebih terbuka memberikan aksesibilitas berupa ramp bagi jamaah pengguna kursi roda.
“Kebetulan kita ada jamaah yang menggunakan kursi roda. Setelah ada usulan untuk dibuatkan ramp, kita bantu buatkan. Apalagi jamaah tersebut orang yang sering berjamaah di masjid, sering adzan juga, maka kita bantu beri fasilitas. Bahkan akses jalan dirumahnya juga kita bantu buatkan agar lebih mudah dilalui.” Jelas Sunyoto yang akan mengusahakan fasilitas lain untuk lebih melengkapi masjid agar bisa digunakan oleh ragam difabel lain yang ingin berjamaah di masjid Al Muhajirin, Katongan.
Semoga dengan makin banyaknya tempat-tempat ibadah yang bisa diakses  difabel bisa mendukung kegiatan peribadatan untuk lebih meningkatkan ketaqwaan dan mendekatkan diri pada Sang Rahman.[]
Reporter: Riyanti
Editor     : Ajiwan









