Views: 7
Solidernews.com,Yogyakarta– Dalam upaya memperkuat layanan terhadap mahasiswa difabel di seluruh perguruan tinggi Indonesia, Unit Layanan Disabilitas UGM menggelar webinar bertajuk “Sharing Session: Layanan ULD dan Pengalaman Mahasiswa Disabilitas di Luar Negeri” pada Selasa (3/12) kemarin. Acara ini menghadirkan beberapa narasumber yang sedang atau sudah mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri.
Dalam sambutannya, Dr. dr. Andreasta Meliala, M.Kes., Kepala Biro Pelayanan Kesehatan Terpadu UGM, mengungkapkan apresiasi kepada Ketua ULD UGM, Wuri Handayani, atas dedikasinya dalam memajukan layanan difabel di UGM. Melalui acara ini, ia berharap UGM dan kampus-kampus lain di Indonesia dapat belajar mengenai praktik baik yang telah diterapkan oleh berbagai kampus dunia dan dapat direplikasikan untuk lebih mengoptimalkan lagi upaya dalam mendukung mahasiswa difabel.
“Saya sangat mengapresiasi Ibu Wuri Handayani yang telah menjadi pionir dalam mengembangkan ULD di UGM. Upaya ini menunjukkan komitmen UGM terhadap pendidikan yang setara dan menjunjung hak setiap individu,” ujarnya.
Dr. Andreasta juga menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai wadah pembelajaran dan kolaborasi. Dengan adanya sharing pengalaman dari para alumni ini, kita dapat mengambil banyak pelajaran yang relevan untuk diterapkan.
“Ke depan, hasil dari diskusi ini akan menjadi dasar untuk mengembangkan layanan inklusif yang lebih baik di UGM,” tambahnya.
Alexander Farrel Rasendriya Haryono, dari Master of Law and Social Justice di University of Leeds yang juga alumni Fakultas Hukum UGM, berbagi tantangan dan pengalamannya menjadi mahasiswa difabel netra. Dirinya mengaku adaptasi dengan lingkungan baru memang tidak mudah, sebab ini merupakan pengalaman pertamanya ke luar negeri.
Kendati demikian, berkat dukungan dari Disability Services di kampus, ia mendapatkan berbagai akomodasi yang mendukung seperti notetaker, personal assistant, pelatihan teknologi bantu, hingga mobilitas, dan membuat dirinya merasa lebih percaya diri.
Farrel juga menekankan pentingnya Needs Assessment sejak awal pendaftaran kuliah untuk memastikan berbagai kebutuhan setiap mahasiswa difabel terpenuhi. Ia berpesan kepada semua difabel yang akan berkuliah di luar negeri untuk mempersiapkan berbagai hal secara matang seperti ijazah, CV, surat rekomendasi, pernyataan pribadi, hingga ielts/toefl.
Sementara itu, Luthfi Azizatunnisa, mahasiswa doktoral di bidang Epidemiologi yang juga merupakan alumni magister kesehatan masyarakat UGM, berbagi pengalamannya sebagai pengguna kursi roda. Ia menemukan mengenai pentingnya akomodasi dan dukungan universitas.
“Bukan hanya ruang akademik, tetapi semua fasilitas, seperti jalur tanpa hambatan, evakuasi darurat, parkir, dan layanan konseling, harus dipastikan ramah difabel,” kata Luthfi.
Ia juga menuturkan pentingnya komitmen kampus dalam mengakomodasi hak-hak difabel supaya perguruan tinggi dapat menjadi tempat dimana setiap orang merasa diterima, berkembang dan mencapai keberhasilannya.
Terakhir, sebagai alumni Master of Sign Language di Gallaudet University, Phieter Angdika mengungkapkan keunikan universitas tersebut yaitu sebagai satu-satunya kampus yang dirancang untuk komunitas Tuli dan Hard of Hearing.
“Di sini, Bahasa Isyarat Amerika menjadi media utama dalam pengajaran di kampus, bahkan untuk seleksi masuk. Hal itu menciptakan budaya belajar yang sangat visual dan inklusif,” ujarnya dengan bahasa isyarat.
Phieter menyebut jika Gallaudet University juga dikenal sebagai pusat penelitian internasional terkait bahasa isyarat, budaya tuli dan pendidikan inklusif yang memengaruhi kebijakan pendidikan dan hak tuli di seluruh dunia. Terdapat hal unik lain, yaitu terdapat cukup banyak difabel ganda yang berkuliah, seperti tuli dengan difabel netra, tuli dengan study delay, tuli dengan difabel fisik, tuli dengan low vision, hingga tuli dengan autisme.
Secara umum, webinar ini berhasil menarik lebih dari 200 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk pengelola ULD, dosen, dan mahasiswa difabel dari seluruh Indonesia. Selain itu, melalui acara ini turut serta mengkampanyekan pentingnya keberadaan ULD di tingkat perguruan tinggi untuk mendukung mahasiswa difabel untuk berkembang secara maksimal.[]
Reporter: Bima Indra
Editor : Ajiwan