Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Endang Fourianalistyawati, Ph.D.

Mengenal Mindfulness: Yayasan Mitra Netra Menjaga Kesehatan Mental Difabel Netra dan Keluarganya

Views: 19

Solidernews.com – Hari Sabtu, 14 Desember 2024 dipilih oleh Yayasan Mitra Netra  untuk mengadakan bincang daring   dengan tema “Pentingnya Kesehatan Mental Bagi Penyandang Tunanetra dan Keluarga.” Diadakan secara online melalui platform Zoomk.

Dalam hal ini, Yayasan Mitranetra menilai kesehatan mental merupakan salah satu hal yang dibutuhkan untuk kehidupan difabel netra. Baik itu dalam ranah pendidikan, kesehatan, maupun pekerjaan, difabel netra dengan keadaan mental yang sehat dianggap cenderung lebih mampu berdaya.

Dewasa ini, kesehatan mental di Indonesia memang menjadi isu yang relevan untuk disuarakan dan didiskusikan bersama-sama. Perkembangan yang sangat pesat dalam bidang teknologi membuat masyarakat, khususnya generasi Z, terpaksa berhadapan dengan perubahan drastis. Hadirnya media sosial yang menghapus jarak dan mendekatkan yang jauh di sisi lain menunjukkan dampak negatif. Mudahnya orang-orang melempar hinaan, cacian, dan bahkan ancaman di media sosial karena merasa tak tersentuh membuat kesehatan mental pada generasi Z menjadi hal yang rentan terganggu.

Yayasan Mitra Netra  sendiri, seperti namanya—mitra yang berarti rekan atau kawan, dan netra yang berarti mata—selama ini sangat gencar mengadakan program-program yang memberdayakan difabel netra. Khususnya di wilayah DKI Jakarta, meski juga ada beberapa program yang dilakukan untuk menjangkau difabel netra di pulau lain. Terlebih lagi saat kemajuan teknologi terjadi, platform-platform pertemuan online mulai menjamur. Bincang daring tunanetra adalah program Yayasan Mitranetra yang bisa diakses oleh semua orang, tidak terkecuali difabel dengan ragam lain.

“Semoga ke depannya kita bisa lebih inklusif untuk disabilitas lain. Di sini juga kita ada juru bahasa isyarat untuk memfasilitasi peserta,” ucap Arya Indrawati selaku kepala bidang ketenagakerjaan Yayasan Mitranetra.

Selain program bincang daring Mitranetra, tahun ini mereka juga menjalankan beberapa program. Salah duanya adalah pelatihan programming dan penelitian mengenai faktor kunci keberhasilan tenaga kerja difabel netra di tiga negara, yaitu Filipina, Vietnam, dan Indonesia sebagai negara pelaksana.

“Ke depannya, di awal tahun depan kita akan membuat pelatihan komputer dasar,” kata Latif, pengurus Yayasan Mitranetra yang dalam acara tersebut bertindak selaku MC.

Bincang daring Mitranetra yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam itu mengundang  Endang Fourianalistyawati, Ph.D., Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Yarsi, serta Trainer Mindfulness dan Kesehatan Mental, sebagai narasumber.  Endang, begitu beliau akrab disapa, memulai sesinya dengan memberi gambaran seberapa pentingnya kesehatan mental bagi masyarakat.

“Menurut penelitian, 1 dari 4 orang mengalami masalah tertentu dengan kesehatan mental mereka. Dan disabilitas memiliki potensi yang lebih besar untuk mengalami masalah itu,” jelas Endang.

Difabel netra yang menjadi difabel tidak dari lahir cenderung lebih sulit menerima perubahan dalam hidupnya dan kondisi yang akhirnya dia miliki ketimbang orang-orang yang mengalami kedifabelan sejak lahir. Maka dari itu, Endang berpendapat bahwa kesiapan mental dari para difabel netra harus dilatih sedini mungkin, mengingat belum ramahnya negara ini dan setiap orang di dalamnya terhadap difabel netra dan ragam difabel lain.

Dalam proses penyampaian materi, Endang lebih banyak membahas mindfulness. Mindfulness sendiri adalah praktik atau aktivitas yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesadaran diri dengan fokus penuh pada momen saat ini—apa yang sedang terjadi sekarang, apa yang sedang kita rasakan—dan melupakan trauma di masa lalu serta berhenti mencemaskan masa depan. Dalam konteks kesehatan mental, mindfulness membantu individu difabel mengelola stres, kecemasan, dan depresi dengan cara memperhatikan pikiran, emosi, dan sensasi tubuh tanpa menghakimi.

Dalam teori psikologi modern, Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR) dan Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT) menjadi istilah yang cukup sering digunakan untuk memberi label pada praktik ini. Sesungguhnya, mindfulness sendiri berasal dari budaya penganut agama Budish.

“Walaupun dulunya mindfulness ini berasal dan sering dikaitkan dengan agama tertentu, praktik ini sangatlah berguna bagi kesehatan mental. Toh, praktik yang dilakukan untuk keperluan kesehatan itu juga tidak bisa dikaitkan dengan agama tertentu,” ucap Ibu Endang.

Mungkin terdengar sepele bagi beberapa orang dan dinilai sebagai kegiatan yang kurang menarik. Namun, kesehatan mental memanglah penting untuk dibicarakan seiring banyaknya perubahan yang terjadi di Indonesia. Khususnya bagi difabel netra, yang mesti menghadapi banyak hambatan dalam proses mereka meraih cita-cita. Memiliki kesehatan mental yang prima membuat difabel netra bisa lebih fokus untuk mengejar mimpinya satu per satu.

Dalam sesi pemaparan materi,  Endang sempat menggulir salah satu slide presentasinya yang berisi video.

“Ini video, dilewati saja. Isi videonya itu seperti … coba deh bapak ibu semua merentangkan tangan ke depan. Terus angkat tangan itu di depan. Rasakan seperti ada yang menegang dan mengembang, nah coba dipegang lengan bagian atasnya. Ada yang menegang kan? Itu namanya otot. Nah, sama seperti mindfulness ini. Saat kita melakukannya, kita mungkin tidak bisa langsung sepenuhnya pergi dari rasa jengkel atau sedih. Tapi semakin sering kita melakukan mindfulness, otot mental kita akan lebih kuat lagi. Dan harapannya ke depan kita bisa punya kendali terhadap perasaan kita,” jelasnya, berusaha menggambarkan video yang tak dapat diakses oleh para peserta yang mayoritasnya adalah difabel netra.

Bincang daring Mitranetra itu berjalan kondusif, hangat, dan menyenangkan. Silih berganti peserta keluar dan masuk ke room Zoom. Jumlah partisipan di layar selalu menunjukkan angka 60-an sampai dengan 80-an, jumlah yang cukup besar mengingat sekarang ini acara-acara yang berbasis online tidak lagi diminati banyak orang. Dengan adanya bincang daring Mitranetra kali ini, semoga difabelnetra yang rentan atas pengabaian dan diskriminasi di lingkungan sosialnya menjadi tahu bagaimana cara mengelola mental dan menjaga diri untuk tetap sehat seluruh tubuh, tak terkecuali mental.[]

 

Reporter: Nabila May

Editor     : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content