Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Mengenal Istilah PUG dan Peranan Yohana Maitimu dalam Advokasi inklusi di Provinsi Maluku

Views: 11

Solidernews.com – Apa yang terlintas di pikiran sobat inklusif ketika mendengar kata “Pengarusutamaan Gender (PUG) dan hubungannya dengan peran perempuan difabel?

 

Mungkin sobat inklusif akan berpikir bahwa “PUG dan peranan  perempuan difabel” adalah sesuatu yang terlalu berat, terlalu teoritis, dan sangat luas cakupannya.

 

Daripada sobat inklusif berpikir terlalu panjang dan kemana-mana, lebih baik sobat inklusif membaca ulasan berikut ini oleh Solidernews.com

Pengertian PUG

 

Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi yang dirancang untuk memastikan bahwa aspek gender dipertimbangkan dalam semua kebijakan, program, dan proyek yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah maupun sektor swasta. Konsep ini bertujuan untuk mengurangi ketimpangan gender dan memastikan kesetaraan hak dan kesempatan bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin. PUG melibatkan integrasi perspektif gender dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan serta program, dengan harapan menghasilkan perubahan sosial yang lebih inklusif dan adil.

 

Pentingnya PUG

  1. Mengurangi Kesenjangan Gender: PUG berusaha mengurangi ketimpangan yang ada antara pria dan wanita dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik.
  2. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial: Dengan mempertimbangkan kebutuhan dan tantangan khusus yang dihadapi oleh gender yang berbeda, PUG dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
  3. Memperkuat Demokrasi dan Keadilan: Implementasi PUG membantu memastikan bahwa semua suara didengar dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, yang pada akhirnya mendukung prinsip demokrasi dan keadilan sosial.

 

Peranan Tokoh Perempuan Difabel: Yohana Maitimu di Provinsi Maluku

Yohana adalah seorang tokoh perempuan difabel yang saat ini menjabat sebagai Ketua Organisasi Difabel di Provinsi Maluku. Dia dikenal sebagai pemimpin yang gigih dalam memperjuangkan hak-hak difabel dan berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup komunitas difabel di daerah tersebut. Latar belakangnya sebagai seorang difabel memberi Yohana perspektif yang mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh difabel, serta kepekaan terhadap kebutuhan mereka.

 

Kontribusi Yohana dalam PUG

Advokasi dan Kesadaran: Yohana memainkan peran penting dalam advokasi untuk inklusi dan kesetaraan bagi perempuan difabel. Dia berusaha meningkatkan kesadaran mengenai isu-isu gender dan difabilitas melalui kampanye dan program pendidikan.

 

Implementasi Program: Di bawah kepemimpinan Yohana, organisasi difabel di Provinsi Maluku telah melaksanakan berbagai program yang memfasilitasi aksesibilitas dan partisipasi perempuan difabel dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

 

Kolaborasi dengan Pemerintah: Yohana bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil mempertimbangkan perspektif gender dan disabilitas. Dia terlibat dalam proses perencanaan dan evaluasi untuk memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan inklusif dan responsif terhadap kebutuhan perempuan difabel.

 

Hubungan antara PUG dan Peranan Yohana

Integrasi PUG dalam Organisasi Difabel:

Yohana mengintegrasikan prinsip PUG dalam semua aspek operasional organisasinya. Ini termasuk memastikan bahwa program dan kegiatan organisasi mempertimbangkan perbedaan gender dan menyediakan dukungan yang sesuai untuk perempuan difabel. Dengan demikian, PUG tidak hanya menjadi kerangka kerja teoretis tetapi juga praktis dalam konteks organisasi yang dipimpin oleh Yohana.

 

Peran Yohana sebagai Model dan Penggerak:

Sebagai ketua organisasi, Yohana menjadi model peran penting dalam memperlihatkan bagaimana PUG dapat diterapkan secara efektif. Dia menunjukkan bagaimana seorang pemimpin difabel perempuan dapat mempengaruhi perubahan positif dan menginspirasi individu lain dalam komunitas difabel untuk terlibat dalam advokasi dan pengambilan keputusan.

 

Peningkatan Kesadaran dan Keterlibatan:

Yohana berperan dalam meningkatkan kesadaran di kalangan masyarakat dan pemangku kepentingan tentang pentingnya PUG dan perlunya perhatian khusus terhadap perempuan dan  difabel. Keterlibatannya dalam berbagai forum dan diskusi membantu menekankan pentingnya integrasi perspektif gender dalam kebijakan dan program.

 

Wawancara dengan Yohana Maitimu

Untuk lebih mengenal lagi tentang sosok Yohana Maitimu, perempuan difabel yang inspiratif dari tanah timur ini, Solidernews.com telah melakukan wawancara mendalam dengannya melalui Aplikasi  Whats App berikut ini:

S: Tolong ceritakan tentang nama lengkap Anda, termasuk latar belakang pendidikan, dan hal-hal yang sekiranya penting untuk disampaikan

Y: Salam damai, semoga semua dalam keadaan baik.

Nama saya Yohana Maitimu, umur saya 32 tahun. Saya dari kota Ambon, Maluku. Saya adalah Perempuan penyandang disabilitas sensorik penglihatan Lov vision atau penglihatan lemah.

Sejak memulai Pendidikan dari SD sampai ke perguruan tinggi, saya bersekolah di sekolah regular. Saya tamat pendidikan sarjana pada tahun 2015 dengan IPK sangat memuaskan.

Sejak kecil, saya bertumbuh di tengah stigma, di mana penyandang disabilitas dianggap tidak berguna dan dihukum karena dosa. Stigma yang negatif ini kemudiian berdampak buruk pada psikis saya. Cemas, kuatir, minder, malu, takut dan lain sebaginya. Namun seiring berjalannya waktu, saya bertumbuh menjadi pribadi yang kuat, percaya diri, mandiri, cerdas dan religious. Faktor pemicunya adalah, keinginan untuk berubah menjadi lebih baik.

S: Menurut Anda, mengapa difabel penting untuk berorganisasi?

Y: Saya bergabung di organisasi difabel pertama kali pada tahun 2022. Difaabel bergabung dalam organisasi baik difabel maupun non difabel tentu sangat bermanfaat. Ketika bergabung di organisasi difabel, akan ada penguatan kapasitas pada individu maupun organisasinya. Penguatan yang dimaksudkan, individu semakin memiliki kepercayaan diri, diberdayakan berdasarkan keahlian, berkualitas, organisasi mampu memiliki peningkatan kinerja dan sumberdaya. Banyak isu disabilitas yang bisa dikembangkan serta adanya perubahan.

 

S: Dalam organisasi, Anda memegang peranan sebagai apa dan apa saja terobosan yang Anda lakukan bersama teman-teman organisasi dalam mengadvokasi Pemerintah

setempat?

Y: Saya menjabat sebagai ketua persatuan tunanetra Indonesia daerah provinsi Maluku. Selain itu, saya juga adalah ketua koalisi organisasi penyandang disabilitas di provinsi Maluku. Semua advokasi yang dilakukan sebenarnya bukan adalah hasil kerja saya semata mata, tetapi hasil kerjasama anggota organisasi difabel dan stakeholder lain. Beberapa terobosan advokasi yang digagas yaitu, penerbitas perda disabilitas, membangun jejaring dengan pihak lain terkait pemenuhan hak difabel, Bersama-sama dengan pemerintah dan LSM mengupayakan akses layanan dasar bagi kelompok rentan atau isu inklusi sosial. Hasil dari terobosan advokasi itu adalah, sebagian pihak telah teredukasi tentang pemenuhan, penghormatan dan pelindungan terhadap hak penyandang disabilitas.

 

S:  Menurut Anda, seberapa penting keterlibatan perempuan difabel dalam organisasi dan apa pesan Anda bagi perempuan difabel yang masih saja minder akan kondisi dirinya?

Y: Perempuan difabel merupakan kelompok rentan yang mesti didampingi. Pendampingan yang dilakukan itu bertujuan memberikan edukasi supaya tanggap terhadap tanda kekerasan, pemberdayaan, peningkatan kualitas hidup, dan lain sebagainya.

 

Perempuan difabel rentan terhadap stigma yang berlipat ganda karena. Stigma yang berlipat  ganda artinya, stigma tentang perempuan adalah kelas bawah, ditambah difabel tidak berguna akan semakin memojokkan perempuan difabel dalam partisipasi di tengah masyarakat. Perempuan difabel harus bisa memberdayakan dirinya untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas dirinya. Salah satunya dengan berorganisasi. Dengan berorganisasi, perempuan difabel memiliki kemapuan beradaptasi, berpartisipasi secara bermakna, bermobilitas secara mandiri, update ilmu pengetahuan, meningkatkan kepercayaan diri dan banyak manfaat lainnya.

 

Pesan saya sebagai perempuan difabel addalah, difabel merupakan bagian dari keragaman manusia.  Kita tidak harus merasa berbeda hanya karena fisik, intelektual atau psikososial. Kita memiliki kemampuan yang berbeda, dan dapat diberdayakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti, meningkatkan penghasilan, berkontribusi untuk pembangunan bangsa dan negara, saling membeeri dukungan terhadap sesama manusia dan ikut melestarikan alam. Mari membangun semangat dan kesadaran meningkatkan kualitas hidup, agar difabel tidak dianggap remeh oleh orang-orang nondifabel.

 

 

Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan prinsip yang sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang adil dan inklusif. Peranan tokoh seperti Yohana, sebagai ketua organisasi difabel di Provinsi Maluku, menunjukkan bagaimana PUG dapat diimplementasikan dalam praktik dan memberikan dampak signifikan bagi komunitas difabel, khususnya perempuan difabel. Melalui advokasi, implementasi program, dan kolaborasi dengan berbagai pihak, Yohana tidak hanya memajukan hak-hak difabel tetapi juga menjadi contoh konkret bagaimana prinsip PUG dapat diterapkan untuk menghasilkan perubahan sosial yang positif.[]

 

Reporter: Andi Syam

Editor       : Ajiwan

 

Referensi :

  1. Kemen PPPA Dorong Penganggaran Responsif Gender di Kementerian/Lembaga. Diakses dari: https://www.kemenpppa.go.id/page/view/NTIwMQ==. Pada Sabtu, 10 Agustus 2024.
  2. Laporan Organisasi Difabel: Dokumentasi mengenai program dan kegiatan yang dipimpin oleh Yohana di Provinsi Maluku.
  3. Wawancara dengan Yohana Maitimu pada Kamis, 25 Juli 2024.

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air