Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Mengenal Cara Berkomunikasi Deaf Blind, Difabel Netra-Tuli: Memahami Dunia yang Tak Terlihat dan Tak Terdengar

Views: 38

Solidernews.com – Sebagai makhluk sosial, tentunya kita dapat menyampaikan segala sesuatu lewat komunikasi baik visual atau pun verbal. Hal itu tentunya menjadi aktivitas biasa bagi orang-orang. Berbicara, bercanda, menyampaikan gagasan, dan sebagainya dapat dilakukan tanpa kendala. Namun, hal itu akan berbeda bila kita berbicara tentang kawan-kawan Deaf Blind/difabel netra-tuli. Sebab dunia mereka tidak dapat dirasakan melalui pengelihatan mau pun pendengaran. Jadi, ada komunikasi-komunikasi alternatif yang mereka lakukan.

Komunikasi adalah aspek penting dalam kehidupan manusia, tetapi bagi mereka yang memiliki hambatan seperti difabel netra-tuli (buta dan tuli), berkomunikasi bisa menjadi tantangan besar. Difabel netra-tuli memiliki hambatan dalam melihat dan mendengar, yang membuat mereka harus menggunakan metode alternatif untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar mereka. Nah, tentunya hal ini harus kita ketahui, agar tidak bingung saat berjumpa dengan kawan-kawan difabel netra-tuli.

Pada artikel kali ini, mari kita pahami beberapa model komunikasi yang dapat atau sering digunakan oleh kawan-kawan difabel netra-tuli dalam menjalani harinya. Dengan memahami metode komunikasi yang digunakan oleh difabel netra-tuli, secara tidak langsung kita bisa membangun ruang lebih inklusif dan membantu mereka untuk lebih terlibat dalam masyarakat. Apa saja? Mari kita belajar bersama!

 

  1. Taktil: Sentuhan sebagai Media Komunikasi

Komunikasi pertama yang umum digunakan adalah metode taktil. Difabel netra-tuli pada metode ini akan mengandalkan sentuhan untuk berkomunikasi. Metode komunikasi taktil atau berbasis sentuhan menjadi jembatan utama bagi mereka untuk memahami informasi. Salah satu cara yang paling umum digunakan adalah tactile sign language (bahasa isyarat taktil), di mana mereka meraba gerakan tangan lawan bicara di tangan mereka sendiri.

Melalui tactile sign language,  difabel netra-tuli dapat menerima informasi dengan merasakan gerakan dan posisi tangan yang dilakukan oleh lawan bicara. Sebagai contoh, dalam bahasa isyarat, huruf-huruf dan kata-kata dapat diekspresikan dengan berbagai posisi jari dan tangan. Bagi difabel netra-tuli, semua gerakan ini diraba secara langsung sehingga mereka bisa memahami percakapan.

Hal tersebut senada pada penjelasan Alice selaku anggota di organisasi PELITA Indonesia yang merupakan organisasi bagi kawan-kawan deaf blind. Ia menjelaskan, “kalau buta total dan tuli hard of hearing: tergantung derajat pendengarannya, kalau masih tuli ringan biasanya bisa mendengar dengan tempo pelan dan dekat kuping. Kalau pendengaran sudah tidak mampu maka pakai teknik menulis dengan jari di telapak tangan. Orang lain akan berkomunikasi menggunakan jari untuk menulis dengan huruf kapital di telapak tangan penyandang tuli-buta.”

“Bila pribadi dengan kondisi buta total dan tuli total, komunikasi dengan indera peraba, yaitu menulis di telapak tangan atau bahasa isyarat sentuh kalau kedua belah pihak mengerti bahasa isyarat yang dirabakan juga menjadi komunikasi yang lumrah digunakan. Karena Menurut kami, menulis Abjad latin di telapak tangan tuli-buta menggunakan jari juga merupakan salah satu bentuk isyarat sentuh,” imbuhnya saat dihubungi via whatsapp pada 28 Oktober 2024.

Selain itu, Alice juga mengungkapkan bila komunikasi dengan perabaan sentuh ini serupa dengan taktikal yang digunakan di beberapa negara. Namun, untuk kasus di Indonesia yang memang belum memiliki bahasa resmi untuk metode ini, kawan-kawan difabel netra-tuli menggunakan metode dan kaidah yang disepakati dan dibuat sendiri.

“Bahasa isyarat sentuh serupa dengan bahasa isyarat taktikal. Hanya saja karena belum ada standarnya di Indonesia, kami pakai isyarat sentuh/taktikal yang dibuat sendiri,” jelasnya.

 

  1. Tadoma: Membaca Bibir dengan Sentuhan

Selanjutnya Metode komunikasi lain yang populer di kalangan difabel netra-tuli adalah Tadoma. Metode ini melibatkan penempatan tangan pada wajah dan leher lawan bicara, yang memungkinkan pengguna untuk merasakan getaran suara, gerakan bibir, dan rahang saat berbicara. Dengan Tadoma, seseorang dapat “mendengar” melalui sentuhan.

Metode ini sangat berguna bagi mereka yang lahir tuli, tetapi kehilangan penglihatan di kemudian hari. Meski begitu, Tadoma membutuhkan latihan intensif, baik dari pengguna maupun lawan bicara, karena tidak semua orang terbiasa dengan cara ini.

Sewaktu Alice dikonfirmasi tentang kawan-kawan difabel netra-tuli di Indonesia apakah juga menggunakan metode tadoma ini, ia menjelaskan kalau mereka jarang atau tidak menggunakan metode ini. Hal ini berkaitan etika sopan santun dan kurang lazim bagi kawan-kawan difabel netra-tuli yang ada di Indonesia.

“Untuk tadoma, kami tidak menggunakannya karena harus menyentuh bibir lawan bicara dan sangat tidak umum,” ungkapnya.

 

  1. Braille: Akses terhadap Informasi Tertulis

Nah, untuk difabel netra-tuli yang dapat membaca dan menulis, Braille menjadi alat penting dalam berkomunikasi. Di mana hal ini dapat digunakan untuk mengakses informasi, baik dalam bentuk tulisan maupun bacaan Al-Qur’an dan dokumen penting lainnya. Braille sering digunakan dalam kombinasi dengan metode lain, seperti tactile sign language, untuk mempermudah komunikasi sehari-hari.

Alice juga menjelaskan kalau akses braille ini juga sangat penting untuk dipelajari kawan-kawan difabel netra-tuli. Utamanya bagi mereka yang sudah tidak mampu menggunakan pembesaran layar, screen readers, dan sejenisnya. Karena dengan braille nantinya kemampuan ini bisa membantu komunikasi, mencari informasi, dan berjejaring menggunakan teknologi braille display.

“Braille masih digunakan apalagi untuk yang sudah berat kondisi penglihatan dan pendengarannya. Untuk saya sendiri sudah mempelajari braille dan teman-teman yang lain selalu didorong untuk mempelajari braille karena akan berguna jika suatu saat sudah semakin sulit mengakses pembaca layar dan pembesaran layar,” tutur Alice.

“Ketua organisasi kami, pak Chandra sudah buta total dan tuli sangat berat sehingga lebih akses menggunakan braille display. Beliau menyambungkan hp yang sudah dinyalakan pembaca layarnya dengan braille display sehingga bisa membaca konten di hp baik percakapan whatsapp hingga aplikasi lainnya dengan braille yang akan diterjemahkan ke hard Ware dari braille display,” imbuhnya.

 

  1. Metode PTASL (Pro Tactile American Sign Language)

Christine Dwyer, pengembang Pro Tactile American Sign Language (PTASL), menjelaskan bahwa PTASL adalah metode komunikasi menggunakan bahasa isyarat melalui sentuhan tangan, seperti yang dikutip dari situs Perkins. Walaupun namanya mengandung kata American Sign Language (ASL), penerapannya sangat berbeda dari bahasa isyarat resmi di Amerika Serikat. Menurut Dwyer, ASL lebih mengutamakan aspek visual, sedangkan PTASL dirancang untuk memaksimalkan perabaan dengan fokus pada gerakan tubuh.

Di Amerika sendiri, Pada Oktober 2018, Pro Tactile American Sign Language (PTASL) mulai diperkenalkan di lembaga pendidikan, terutama yang menerima peserta didik difabel netra-tuli. Salah satu keunggulan PTASL adalah kemampuannya untuk digunakan dalam interaksi kelompok. Hal ini berarti penyampaian informasi melalui PTASL tidak perlu dilakukan secara individu, sehingga memungkinkan komunikasi yang lebih efisien dalam kelompok.

PTASL memfasilitasi komunikasi bagi penyandang tuli netra dengan memanfaatkan sentuhan pada gerakan tangan atau tubuh penerjemah. Menurut Christine Dwyer, salah satu kekhawatiran utama bagi difabel netra-tuli adalah ketidak pastian dalam menerima informasi. Namun, melalui sentuhan tangan, informasi dapat disampaikan dengan lebih jelas dan akurat.

 

  1. Teknologi Pendukung

Kemajuan teknologi juga membuka peluang baru bagi difabel netra-tuli untuk berkomunikasi. Perangkat haptic, yang memberikan umpan balik berupa getaran atau sentuhan, dapat digunakan untuk menggantikan fungsi audio atau visual. Teknologi ini semakin berkembang, memberikan ruang lebih bagi difabel netra-tuli untuk terhubung dengan dunia luar. Selain itu, Seperti adanya teknologi Picture Exchange Communication System (PECS), Screen Braille Communicator, dan sebagainya, menjadi teknologi yang makin memudahkan difabel netra-tuli berkomunikasi.

Selain itu, teknologi braille display, aplikasi live transcribe, Magnifier, instan translator, Wavo, dan sejenisnya menjadi perangkat dan aplikasi yang sangat membantu kawan-kawan difabel netra-tuli untuk berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

“Bagi kami, teknologi pengubah suara menjadi teks seperti aplikasi live transcribe yang dapat diunduh di google playstore menjadi yang paling sering kami gunakan karena sebagian besar teman-teman tuli-buta masih memiliki sisa penglihatan yang memadai untuk membaca teks berukuran besar. Selain itu teknologi magnifier atau pembesaran layar juga umum dipakai untuk mengakses hp. Sebagian kecil teman-teman tuli-buta yang masih tuli ringan sampai sedang masih bisa mengakses pembaca layar,” jelas Alice.

Dari sekian cara dan teknologi bantu bagi difabel netra-tuli, tentunya semua itu akan menyesuaikan kebutuhan dan keadaan individu terkait. Tidak semua sama, karena kondisi mereka memiliki empat ragam kondisi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Alice, bahwa cara komunikasi bagi individu dengan tuli-buta sangat bervariasi, karena terdapat empat ragam tuli-buta. Pertama, bagi mereka yang tuli hard of hearing (lemah pendengaran) dan netra low vision, komunikasi biasanya dilakukan dengan membaca gerak bibir menggunakan senter untuk menerangi mulut lawan bicara, serta menggunakan aplikasi pengubah suara menjadi teks dengan ukuran teks yang besar. Kedua, pada kondisi tuli total dan netra low vision, cara komunikasinya serupa dengan metode pertama.

Ketiga, bagi netra total dan tuli hard of hearing, metode komunikasi bergantung pada derajat pendengaran. Jika pendengaran masih memungkinkan, komunikasi dilakukan dengan berbicara pelan di dekat telinga. Namun, jika pendengaran sudah tidak berfungsi, komunikasi dilakukan dengan teknik menulis di telapak tangan menggunakan huruf kapital. Terakhir, bagi mereka yang buta total dan tuli total, komunikasi mengandalkan indera peraba, yaitu dengan menulis di telapak tangan atau menggunakan bahasa isyarat sentuh jika kedua pihak menguasai bahasa isyarat tersebut.[]

 

Reporter: Wachid Hamdan

Editor      : Ajiwan

 

Referensi

Hand Talk. (n.d.). Deafblindness. Diakses pada 16 Oktober 2024, dari https://www.handtalk.me/en/blog/deafblindness/

American Association of the Deaf-Blind. (n.d.). Deaf-Blind Communications. Diakses pada 17 Oktober 2024, dari https://www.aadb.org/factsheets/db_communications.html

Anne Sullivan Centre. (n.d.). Communicating with People Who Are Deafblind. Diakses pada 18 Oktober 2024, dari https://www.annesullivan.ie/advice-information/communicating-with-people-who-are-deafblind

Perkins School for the Blind. (n.d.). Q&A: How Pro Tactile American Sign Language (PTASL) is Changing the Conversation. Diakses pada 18 Oktober 2024, dari https://www.perkins.org/qa-how-pro-tactile-american-sign-language-ptasl-is-changing-the-conversation/

Tempo. (2020, September 23). Cara Berkomunikasi dengan Difabel Tuli Netra, Namanya PTASL. Diakses pada 18 Oktober 2024, dari https://difabel.tempo.co/read/1389169/cara-berkomunikasi-dengan-difabel-tuli-netra-namanya-ptasl

 

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content