Views: 39
Solidernews.com – Di era serba digital ini, tidak hanya transportasi umum yang makin canggih—aplikasi panduan arah pun bertransformasi menjadi sahabat yang ramah bagi para difabel, khususnya bagi difabel netra. Bukan sekadar peta suara biasa, Lazarillo hadir sejak 2016 sebagai solusi navigasi adaptif yang dirancang untuk menjawab kebutuhan nyata mereka. Aplikasi ini berupaya memberi tahu posisi, jarak, hingga belokan secara akurat, agar setiap langkah menjadi lebih mandiri dan percaya diri.
Sejak diluncurkan pada 2016, Lazarillo hadir bukan sekadar sebagai “tambahan aksesibilitas” di ujung jari, melainkan sebagai teman perjalanan yang lahir dari percakapan nyata dan kebutuhan difabel netra. René Espinoza, insinyur elektro asal Chile, pertama kali menyadari gap besar ini ketika magang di sebuah rumah sakit. Bagi teman-teman difabel netra, menemukan pintu, menapaki lorong, atau sekadar memastikan “Di mana saya berada?” sering kali menjadi tantangan tak ringan. Dari percakapan itulah, bersama rekannya Jonathan Taivo dan di bawah arahan Miguel González—seorang difabel netra yang kini menjabat sebagai Accessibility Lead—mereka merakit prototipe yang kemudian dinamai “Lazarillo.” Dalam bahasa Spanyol, “Lazarillo” memang berarti “Lazarus kecil,” namun sudah lama dipakai sebagai istilah untuk pemandu bagi difabel netra.
Begitu aplikasi dibuka, suara otomatis membisikkan lokasi—“Anda berada di Jalan Merdeka, persimpangan dengan Jalan Juanda,” atau “Masjid Raya Makassar, 20 meter di depan.” Pengguna lalu mengetik alamat tujuan, memilih kategori seperti toko atau halte, atau langsung memanggil daftar Favorit yang telah disimpan. Setelah itu, Lazarillo akan memandu langkah demi langkah, memberikan notifikasi setiap 10–20 meter: “50 meter lagi, belok kanan,” hingga akhirnya tiba di tujuan. Mode “jalan kaki” ataupun “kendaraan” bisa dipilih sesuai kebutuhan, tapi ada juga pengguna netra justru lebih suka mode berjalan kaki karena kecepatan dan keakuratannya.
Dua pengguna setia Lozarillo, Rusli dan Rahman, berbagi cerita nyata kepada Solidernews.com. Pada 12 Mei 2025, Rusli menceritakan bagaimana dulu ia harus terus-menerus bertanya pada supir pete-pete— istilah angkutan umum di Makassar—hanya untuk tahu kapan harus turun. Bertanya berulang kali tak jarang berujung pada sindiran pedas:
“Heh, orang buta mau ke mana? Kalau buta, tinggal saja di rumah.”
Alih-alih marah, Rusli justru menjawab lewat aksi. Ia mengaktifkan Lazarillo dan memasang headset. Saat sudah dekat lokasi, ia tenang memberi tahu sopir:
“Ini sudah di sini, Pak, lokasinya.”
Reaksi pengemudi angkot dan penumpang Terkejut. Seorang sopir bahkan sempat melewati gang sempit, lalu tertawa sambil mengakui, “Oh ternyata kau tidak bisa dibodohi.”
Sejak itu, sopir itu justru berebut menjemput Rusli. Yang paling ia sukai dari Lazarillo adalah deskripsi jarak yang jelas:
“Misalnya ‘Tujuan Anda berada 1 kilometer di depan Anda.’ Begitu kira-kira tinggal 10 meter, saya tinggal bilang, ‘Kiri, Pak.’”
Momen paling kocak terjadi saat Rusli asyik mengobrol lewat WhatsApp hingga kelewat tujuan. Begitu telepon ditutup, Lazarillo sudah menegur lembut: “Tujuan Anda berada dua kilometer di belakang Anda!”
Keesokan harinya, pada 13 Mei 2025, giliran Rahman yang berbagi. Active walker dan penggemar fitur Favorit ini rutin menyimpan alamat toko bangunan langganannya. Cukup klik “Pelacakan dimulai,” lalu setiap sepuluh meter suara lembut akan mengabarkan sisa jarak:
“Anda akan tiba sekian meter lagi ke depan.”
Meski demikian, Rahman mengaku lebih nyaman dengan versi lama Lazarillo yang lebih simpel—karena versi baru kadang memerintahkan “belok” berulang-ulang meskipun sebenarnya ia telah berbelok, yang akhirnya menimbulkan kebingungan. Ia juga punya trik: meski naik kendaraan, ia tetap memilih mode jalan kaki agar notifikasi terdengar lebih cepat daripada Google Maps. Rahman menegaskan bahwa kombinasi ini membuat Lazarillo benar-benar “paling bagus untuk kita tunanetra.”
Dari cerita Rusli yang membalik stigma menjadi kekaguman hingga Rahman yang menemukan toko favorit tanpa tersesat, Lazarillo telah terbukti sebagai aplikasi yang lebih dari sekadar peta suara. Ia adalah suara yang memberi kepercayaan, sahabat yang menuntun langkah, dan alat yang meruntuhkan batas. Dengan unduhan gratis di Google Play dan App Store serta dukungan 25 bahasa, Lazarillo terus berevolusi. Namun nilai sejatinya terletak pada kisah para penggunanya—langkah mantap menuju tujuan, ditemani satu suara setia yang tak pernah lelah berbicara sehingga perjalanan para difabel netra terasa lebih aman, nyaman, dan tentunya lebih mandiri.[]
Reporter: Andi Syam
Editor : Ajiwan









