Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

karikatur ragam pakaian adat daerah dan bender. Sumber Freepik

Menganyam Keadilan dan Semangat Difabel dari Nilai Pancasila dan Semangat Boedi Utomo (DUPLICATE)

Views: 9

Solidernews.com – Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila. Tahun ini tema yang diusung adalah  “Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya”. Hari Lahir Pancasila bukan sekadar peringatan seremonial saja. Lebih jauh,  momen ini merupakan kesempatan refleksi atas nilai-nilai dasar bangsa, termasuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bagi kelompok difabel, semangat Pancasila termanifestasi dalam perjuangan sehari-hari menuntut hak yang setara di berbagai sektor, terutama pendidikan, pekerjaan, dan akses layanan publik. Perjuangan ini mencerminkan sila kedua dan kelima: kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial. Difabel bukan objek belas kasihan, melainkan subjek yang berdaya, berkontribusi, dan memiliki hak yang dijamin konstitusi.

Tidak hanya soal Hari Pancasila saja. Tepat pada 20 Mei 2025, Indonesia juga merayakan hari Kebangkitan nasional yang di dalamnya terdapat makna mendalam terkait spirit yang dapat direnungi oleh pejuang-pejuang difabel. Dua momen ini menjadi sebuah penanda penting akan perjuangan rakyat dalam meraih kesetaraan dan keadilan, tak terkecuali masyarakat difabel.

Ken Kerta, Aktifis Difabel Lingkar Sosial Indonesia(Linksos ) menyampaikan bahwa hari Pancasila merupakan momen penting bagi aktifis, pejuang, dan masyarakat sipil tak terkecuali difabel untuk meresapi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Poin persatuan dan gotong royong menjadi salah satu nilai mendasar dari ideologi bangsa tersebut.

“Dari kacamata saya sebagai pemerhati isu difabel, ini momen yang tepat untuk merenung: seringkali perjuangan kita terhambat oleh ego sektoral antarorganisasi, padahal semangat Pancasila justru menekankan gotong royong,” Jelas Ken, dikutip dari solidernews.com, pada 13 Juni 2025.

 

Dua Semangat yang Harus Disadari dan Diteruskan

Pada kesempatan lain, solidernews berkesempatan terhubung dengan Setya Adi Purwanta, seorang aktifis difabel kawakan sekaligus Ketua Yayasan Dria Manunggal Indonesia, pada 28 Mei 2025. Ia menjelaskan bahwa kesatuan, ketekunan, dan keberdayaan seorang difabel, itu menjadi beberapa hal pada pemaknaan Hari Pancasila.

Bagi Aktifis yang masih penuh semangat di usia senjanya ini, spirit Pancasila menjadi bahan bakar perjuangan kolektif menuju Indonesia yang benar-benar merangkul keberagaman, termasuk ragam kemampuan. Sudah saatnya semua warga negara, termasuk difabel, duduk sejajar dalam meja pembangunan bangsa. Saling memberi ruang, mendukung, dan tidak saling mengadu egosektoral tentang kepentingan pribadi, merupakan hal-hal yang diamanahkan pada nilai-nilai Pancasila.

“Kita memiliki banyak sekali organisasi disabilitas. Baik yang kancah nasional, daerah, yayasan, ataupun yang berbentuk lembaga sosial. Tapi hingga hari ini, adanya organisasi itu malah sibuk dengan tujuan masing-masing. Bagaimana kesetaraan bagi difabel itu dapat dicapai? Bila antar organisasi belum dapat berjalan beriringan?” Katanya.

Selain itu, Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2025 juga mengajarkan sebuah hal yang mendalam. Sebuah kebangkitan yang tidak hanya dari aspek eksternal saja. Melainkan juga dari dalam pribadi masyarakat Indonesia, tak terkecuali difabel.

Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS) merupakan momen bersejarah yang terjadi pada 20 Mei 1908 yakni berdirinya Boedi Utomo di Jakarta, yang menjadi awal dari gerakan nasional yang terorganisir di Indonesia. Boedi Utomo didirikan oleh Dr. Soetomo bersama beberapa pelajar STOVIA dengan dorongan Dr. Wahidin Sudirohusodo, sebagai organisasi pemuda pertama yang mendorong kesadaran nasionalisme, persatuan, dan perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.

Berdirinya Budi Utomo menjadi tonggak bangsa Indonesia yang makin dekat pada gagasan kemerdekaan.  Dr. Soetomo dan kawan-kawannya menyadari bahwa sebuah perjuangan itu harus dilakukan bersama-sama. Selain itu, juga didasari asas nasionalisme, bukan lagi berasaskan kedaerahan atau kepentingan pribadi yang membuat perjuangan kurang efektif.

Budi Utomo menjadi organisasi pemuda pertama yang menandai perubahan bentuk perjuangan bangsa Indonesia dari kedaerahan menuju nasionalisme. Organisasi ini mengedepankan kekuatan pemikiran dan pendidikan sebagai senjata melawan penjajahan. Dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan dan kebudayaan, Budi Utomo membuka jalan bagi organisasi-organisasi pergerakan lainnya seperti Sarekat Islam dan Muhammadiyah.

“Persatuan dan kesadaran nasionalisme ini membawa dampak besar pada momen kebangkitan bangsa. Kita sebagai kelompok disabilitas seyogyanya harus meniru persatuan itu. Bukan malah berkutat pada kepentingan masing-masing yang membuat perjuangan kurang maksimal,” jelas Setyaadi.

 

Tidak Hanya Membangkitkan Perjuangan Eksternal Tapi Juga Internal Pribadi

Dua momen besar yakni Hari Pancasila dan Hari Kebangkitan Nasional, bila direnungi lebih jauh, sebenarnya perjuangan yang dilakukan seyogyanya meliputi dua aspek. Berjuang untuk perubahan eksternal yang juga dibarengi berjuang untuk menata internal pribadi. Sehingga akan terjadi keseimbangan dari perjuangan yang dilakukan.

Asep, Ketua PLD UIN Sunan Kalijaga turut menekankan bahwa sebuah perjuangan itu tidak hanya disibukkan dengan tuntutan saja. Melainkan juga harus dibarengi kesadaran untuk siap menjalani dan melakoni, bila tuntutan itu diakomodir pemangku kebijakan. Jadi, mencoba menata perjuangan dengan advokasi, mediasi, audiensi, namun juga dibarengi pembenahan dan kesadaran diri sendiri.

“Jadi saat berjuang, sebagai aktifis difabel atau mahasiswa difabel kita harus juga siap untuk menjalani keberlanjutan dari tuntutan yang kita utarakan. Jangan hanya kritis saat advokasi, tapi saat diajak untuk eksekusi malah hilang orang-orangnya,” jelas Asep, saat dijumpai solidernews pada 10 Mei 2025.

Setyaadi, menyorot sebuah falsafah Jawa, terkait meresapi sebuah perjuangan dan kebangkitan. Ia menekankan pentingnya membangun pribadi, dengan penjelasan falsafah, “Memayu hayuning salira” dan “memayu hayuning nagari”. Memayu hayuning salira berarti menjaga dan memperindah kebaikan diri sendiri. Dalam falsafah ini, manusia diajak untuk terus menerus memperbaiki dirinya, baik secara lahir maupun batin. Mengasah akhlak mulia, menjaga kesehatan, serta membangun kesadaran dan tanggung jawab pribadi menjadi inti dari ajaran ini. Orang Jawa percaya bahwa seseorang harus mampu menata batinnya terlebih dahulu sebelum menata dunia di luar dirinya. Kesadaran diri, introspeksi, dan sikap waspada menjadi kunci agar seseorang tidak hanya hidup, tetapi juga membawa makna dan manfaat.

Setelah seseorang mampu menjaga dirinya, maka tugas selanjutnya adalah memayu hayuning nagari, yaitu menjaga dan memperindah kehidupan masyarakat atau negara. Ini adalah bentuk tanggung jawab sosial yang muncul dari kesadaran pribadi. Manusia tidak hidup sendiri; ia adalah bagian dari masyarakat yang lebih besar. Oleh karena itu, sikap saling peduli, gotong royong, menjunjung keadilan, dan berkontribusi bagi kebaikan bersama menjadi wujud nyata dari nilai ini. Dalam konteks modern, ini bisa diartikan sebagai keterlibatan aktif dalam kegiatan sosial, advokasi keadilan, hingga menjaga keberlangsungan lingkungan.

“Jadi sebelum berbicara membangkitkan inklusi, kesetaraan, dan pemenuhan hak ke lingkungan sosial masyarakat, kita juga perlu menata diri untuk menerapkan sikap inklusif itu sendiri,” jelas Setyaadi.

Setyaadi menambahkan, “Karena pada akhirnya, perjuangan menuju masyarakat inklusif dimulai dari kesadaran pribadi, diperkuat oleh solidaritas kolektif, dan disemai lewat nilai-nilai kebangsaan dan Kebersamaan.”[]

 

Reporter: Wachid Hamdan

Editor      : Ajiwan  

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

berlangganan solidernews.com

Tidak ingin ketinggalan berita atau informasi seputar isu difabel. Ikuti update terkini melalui aplikasi saluran Whatsapp yang anda miliki. 

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content