Views: 16
Solider.id, Yogyakarta. INKLUSIVISME. Merupakan suatu kelompok yang jumlahnya minoritas. Pada kenyataannya eksklusivisme menjadi lebih besar dan dominan dalam berkehidupan. Eksklusivisme adalah suatu paham yang menganggap bahwa hanya pandangan dan kelompoknya yang paling benar.
Namun, belajar dari praktik keseharian, eksklusivisme akan berdampak tidak baik. Karena, pada akhirnya praktik eksklusisme akan menghilangkan hak kelompok yang dianggap berbeda tersebut. Dalam hal ini kelompok difabel.
Rekam jejak kelam praktik eksklusivisme, tidak bernuansa pencerahan dan pembebasan, melainkan membatasi bahkan meniadakan kesempatan. Jika tak segera disadari, eksklusivisme akan menjadi batu sandungan dalam berkehidupan maupun bernegara. Karenanya, mengusung praktik inklusivisme terus digaungkan dan didorongkan oleh sejumlah aktivis isu difabel di tanah air, Indonesia.
Pun demikian di dunia internasional. Kesadaran menyuarakan praktik inklusisme telah lahir di berbagai sisi kehidupan. Sebagai contoh, telah bermunculannya berbagai aplikasi yang mendasarkan pada hak aksesibilitas kelompok difabel. Praktik ini sudah dilakukan oleh google. Perusahaan multinasional Amerika Serikat yang berkekhususan pada jasa dan produk Internet. Demikian pula Apple. Perusahaan teknologi multinasional yang berpusat di Cupertino, California, yang merancang, mengembangkan, dan menjual barang elektronik, perangkat lunak komputer, serta layanan daring apple.
Kini, dunia fashion Inggris melalui majalahnya mulai mempraktikkan paham inklusivisme. Negara ini mengejar ketertinggalan, mendobrak praktik eksklusivisme. Vogue, majalah ternama terbitan Inggris ini, mulai menapaki paham inklusif dengan merilis majalah edisi braille pertamanya.
Dilansir dari The Guardian, Vogue mempublikasikan Reframing Fashion, yang berfokus pada keadilan disabilitas, aksesibilitas, serta kebanggaan akan keberadaan orang dengan disabilitas (difabel). Hal ini untuk yang pertama kalinya dalam sepanjang sejarah 107 tahun, dunia fashion di negara tersebut.
Bermula pada edisi Mei 2023, Vogue telah menerbitkan majalahnya dalam bentuk braille dan format audio, yang diperuntukkan bagi orang dengan gangguan penglihatan. Baik tottaly blind maupun low vision.
Hadirkan perubahan Mengutip pernyataan Pemimpin Redaksi Edward Enninful, dia mengatakan bahwa proses pembuatan majalah ramah difabel tersebut, diharapkan dapat membuat perubahan.
“Saya senang dengan tanggapan positif majalah edisi Mei, tetapi lebih dari itu tim merasa proses pembuatannya mengajarkan kepada kami bahwa yang paling penting adalah perubahan yang nyata dan bertahan lama,” katanya yang tertulis dalam surat kabar Inggris The Guardian.
“Industri mode dan mode serta penerbitan masih memiliki banyak hal yang harus dilakukan, tetapi saya sangat senang melihat kedatangan edisi braille pertama ini hari ini.”
Produksi majalah edisi baru tersebut bekerja sama dengan Tilting the Lens. Yakni, sebuah perusahaan konsultan aksesibilitas dan inklusi yang telah menyarankan merek seperti Netflix dan Starbucks tentang cara membuat bisnis mereka lebih ramah difabel. Dalam edisi Mei 2023, Vogue menampilkan 19 difabel dari bidang mode, olahraga, aktivisme, serta seni. Dua di antaranya,
aktor Selma Blair. Seorang aktris dari Amerika Serikat yang hidup dengan penyakit imun kronis Multiple Sclerosis (MS). Serta, Sinead Burke. Seorang perempuan penulis yang terlahir dengan kelainan genetika langka.
Tanggapan pembaca
Dalam tulisannya The Guardian menuliskan tanggapan salah seorang pembaca, Enninful (51) namanya. Dia berbicara tentang pengalamannya sebagai difabel. Dia telah kehilangan penglihatannya. Dia memiliki lima ablasi retina. Selain kehilangan penglihatan, dia juga kehilangan sebagian pendengaran.
Enninful yang memakai alat bantu dengar itu, mengaku tidak pernah menyerah. Dia juga tidak pernah memiliki rasa takut itu. Dikatakannya pula, kemunculan Vogue dengan braille akan memberikan pengalaman tersendiri bagi dirinya. Demikian pula dengan orang yang kehilangan penglihatan lainnya.
“Saat saya membaca, masih sulit: saat saya melakukan wawancara, saya harus meminta orang untuk berbicara dengan lantang hingga pada level tertentu. Tapi ini adalah saya; ini adalah hal-hal yang telah saya rangkul. Kami selalu berbicara tentang keragaman dan inklusivitas, tetapi itu juga harus diperluas ke saudara dan saudari penyandang disabilitas kami.” Demikian dilansir dari laman The Guardian.
Gratis salinan
Pembaca dapat menerima file audio dan mencetak file braille dari terbitan tersebut Majalan Vogue secara gratis. Dapat juga mendaftarkan diri, bagi yang berminat untuk dikirimi salinan braille fisik.
Enninful, yang diangkat sebagai pemimpin redaksi pada 2017, telah lama mempromosikan misinya untuk meningkatkan inklusivitas dan representasi dalam mode. Pada tahun 2016, dia dianugerahi OBE (Outcome Based Education) untuk layanan keragaman di industri. *** [harta nining wijaya]