Views: 6
Solidernews.com – Radio bagi penggunaannya tidak hanya untuk mengirimkan pesan, tapi sudah berkembang menjadi sarana informasi, hiburan, dan memdidik secara tidak langsung karena banyak sekali program radio seperti drama, komedi, musik, olahraga, berita, dan dapat juga berinteraktif bersama penyiar.
Setiap orang termasuk difabel hampir dapat merasakan kemudahan akses radio seperti melalui smartphone, leptop, kendaraan, dan lainnya yang lebih praktis dari sebagai barang elektronik di rumah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari radio sedunia di Februari lalu menyatakan, ‘Peringatan radio tahun 2024 menyoroti sejarahnya, dan dampak yang kuat pada berita, drama, musik, juga olahraga.’
Hari radio nasional di Indonesia diperingati setiap tahun pada tanggal 11 September sekaligus sebagai hari kelahiran Radio Republik Indonesia (RRI), tema tahun ini adalah relevan, berdampak, dan inspirasi ke-Indonesiaan untuk Indonesia maju.
RRI berdiri pada 11 September 1945, setelah hampir genap satubulan setelah siaran Hoso Kyoku, radio milik Jepang dihentikan tanggal 19 Agustus 1945.
Banyak difabel berpotensi untuk menjadi penyiar radio
Radio merupakan salah satu sarana untuk menyerap tenaga kerja yang memiliki potensi dalam komunikasi melalui verbal, audio atau suara. Difabel netra dikenal sebagai individu dengan segudang kemampuan verbalnya, maka tidak heran jika mereka banyak yang menjadi penyiar radio baik secara profesional maupun radio komunitas.
Seperti yang dilakukan Supriyati (50) difabel Netra selain sebagai tenaga pengajar di sekolah luar biasa di Yogyakarta, ia juga menjadi penyiar radio live treaming di komunitas netra dan telah memiliki jadwal rutin dua hari dalam seminggu. Hal serupa juga banyak dilakukan difabel netra di wilayah lain.
Penyiar radio profesional juga telah dirambah oleh ragam difabel. Lucy Adwards (24) difabel Netra, perempuan asal Sutton Coldfield memiliki pekerjaan sebagai jurnalis magang, dan presenter radio.
“Banyak orang bertanya-tanya bagaimana difabel netra bekerja, dan melalui profesi ini saya tunjukan kepada mereka,” tegas ia.
Lucy juga kerap mebagikan aktifitasnya sebagai penyiar radio di akun media sosial pribadi, dan itu membuat ia lebih cepat dikenal banyak orang juga profesinya diketahui publik.
Kang Adji Purnama difabel fisik, penyiar radio difabel asal Ciamis Jawa Barat. Ia bekerja di radio Actari FM Ciamis dan sempat mendapatkan hadiah mobil ‘Balaka’ atau Bersiaran Asyik di Mobil Kadeudeuh, mobil dari Ridwan Kamil sewaktu menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. Mobil tersebut dilengkapi peralatan siaran radio hingga pemacar yang bisa digunakan untuk penyiar radio secara mobile.
Ambara difabel Netra asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Timur salah satu pendiri Primadona FM radio komunitas. Selain menjadi penyiar, ia juga bertugas sebagai pemeriksa kualitas audio saat siaran on air berlangsung, menjadi pemantau audio selayaknya quality controler.
“Siaran adalah merupakan kesenangan tersendiri. Bonus lain ya popularitas karena dikenal warga,” kata Ambar.
Sederetan nama difabel Netra yang berprofesi sebai penyiar antaralain: Drs. Toto Sugiharto. Pii Jali Padii. Irwan yang sering mondar-mandir diberbagai acara talk show dan masih banyak difabel lainnya.
Lembaga penyiaran milik pemerintah sangat berpotensi menyerap penyiar difabel sebagai tenaga kerja
Difabel butuh peluang dan kesempatan di indrustri kepenyiaran terutama penyiar radio. Kisah lain disampaikan Shafar Malolo difabel fisik dari Mamuju, Sulawesi Barat yang berhasil menjadi penyiar radio di lembaga penyiaran milik pemerintah daerah. Ia bahkan menjadi penyiar radio difabel satu-satunya di provinsi dengan julukan Bumi Manakarra.
“Saya mulai bekerja di radio sejak 2010, diawali dari lembaga penyiaran publik lokal radio milik pemerintahan di kabupaten Mamuju. Lalu saya pindah ke lembaga penyiaran publik lokal radio milik pemerintahan provinsi Mamuju 2012,” ungkap Shafar.
Berbicara tentang peluang, Shafar memiliki pendapat pribadi, menurut ia penyiar radio merupakan salah satu peluang kerja yang bisa diisi oleh difabel. Radio tidak memerlukan visual melainkan suara, dan banyak masyarakat difabel selain hambatan sensorik pendengaran yang bisa melakukannya.
“Untuk difabel yang punya minat bakat dipenyiaran, maka radio ini bisa jadi salah satu peluang. Tentu saja kita pun harus terus mengasah kemampuan kita agar punya poin lebih karena persaingan juga cukup ketat,” terang ia.
Shafar juga memiliki harapan kepada lembaga penyiaran publik lokal seperti radio RRI yang ada di setiap daerah di Indonesia supaya memberikan peluang atau kuota pada difabel untuk dapat berkiprah di dunia penyiaran yang lebih profesional.
“Radio milik swasta dan pemerintah seperti RRI yang milik BUMN mungkin bisa lebih membuka peluang bagi difabel, seperti dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, kuota kerja 1 hingga 2 persen untuk difabel. Biasanya banyak difabel yang tertarik masuk di lembaga-lembaga milik negara,” pungkasnya.
Pesan lain untuk masyarakat difabel yang memiliki bakat dan minat di dunia kepenyiaran agar terus dapat mengasah serta membuktikan kemampuan yang dimiliki.[]
Reporter: Sri Hartanty
Editor : Ajiwan