Views: 10
Solidernews.com – Eka Peratiwi Taufanti, seorang perempuan difabel netra asal Brebes yang lahir pada 16 November 1991, kini tinggal di Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Sejak dulu, ia memiliki minat di bidang bahasa, apalagi bahasa Inggris. Ketertarikannya itu mengantarkan ia bisa menempuh pendidikan S-2-nya di Australia. Setelah menyelesaikan studi masternya di negara kangguru tersebut, Eka memutuskan untuk mendirikan sebuah lembaga kursus bahasa Inggris pada tahun 2021 yang ia beri nama English Mate. Uniknya, lembaga kursus ini ia launching bertepatan dengan hari ulangtahunnya, yakni 16 November. Kursus ini memiliki dua jenis program, yaitu kelas intensif berbayar dan kelas gratis. Bahkan, kelas intensif tersebut juga didukung oleh program CSR yang Eka bangun melalui bisnisnya.
Di awal berdirinya English Mate, Eka hanya dibantu oleh pacarnya. Namun, seiring waktu, kesibukan mereka membuat pengelolaan kursus menjadi sulit. “Jadi, ya, on-off gitu. Akhirnya vakum sampai Oktober 2024,” ungkapnya saat berbincang dengan solidernews.com.
Namun, tak lama setelah itu, masih di bulan yang sama, Oktober 2024 juga, Eka berdiskusi dengan dua siswanya yang kemampuan bahasa Inggrisnya sudah lumayan untuk kembali mengaktifkan kelas kursus gratis, gayung pun bersambut, dua siswanya yang mengikuti kursus intensif tersebut menyanggupi untuk membantu Eka. Mereka bersedia menjadi tutor untuk kelas gratis. “Jujur, aku nggak bisa sendirian mengurus dua kelas, terutama yang gratis. Kalau untuk yang intensif saja, aku bisa mengajar dari pagi sampai malam,” ujarnya. Dukungan dari para siswa ini memampukan Eka untuk mengaktifkan kembali kelas gratis English Mate pada November 2024. Pada 3 November kemarin adalah debut dari kelas gratis English Mate ini.
Setiap minggu, Eka dan timnya mengadakan pertemuan daring via Zoom. Selain itu, setiap hari akan ada pembahasan berbeda yang dibagikan di grup, mulai dari kosakata, percakapan, hingga tata bahasa.
Namun, Eka menegaskan bahwa menyediakan kelas gratis ini bukanlah hal baru baginya. Pada 2016-2017, ia telah menjalankan program serupa melalui beberapa grup belajar online, seperti “English in Our Hand” dan “English for Beginner”. Saat itu, animonya luar biasa, terutama dari kalangan teman-teman netra. “Dulu aku banyak mengisi waktu luang dengan membuat audio pembelajaran bahasa Inggris, karena belum banyak kegiatan, apalagi waktu itu kan baru lulus kuliah juga,” kata Eka.
Ketika ia melanjutkan studi ke Australia pada 2019, kelas gratis tersebut harus dihentikan sementara. Baru pada November 2024, English Mate kembali memulai kelas gratis dengan pertemuan via Zoom.
Mengapa Kelas Gratis?
Ketika ditanya mengapa ia ingin menyediakan kelas gratis, Eka menjelaskan bahwa banyak teman-teman difabel netra yang ingin belajar bahasa Inggris tetapi terkendala biaya. “Intinya, aku ingin teman-teman difabel netra punya kesempatan yang sama. Selain itu, aku juga ingin bisnis ini bermanfaat bagi mereka,” katanya.
Kelas intensif dan kelas gratis tentu berbeda dari segi intensitas pembelajaran. “Kalau intensif, bisa dua sampai tiga kali seminggu. Tapi aku tetap berharap kelas gratis ini, meskipun pesertanya lebih banyak, bisa membuat mereka paham bahasa Inggris dari dasar,” tambahnya.
Eka juga bercerita bahwa salah satu motivasinya mendirikan English Mate adalah keresahan banyak difabel netra yang merasa kesulitan mencari tempat kursus yang bisa memahami kebutuhan mereka. “Mereka bilang, ‘Susah ya cari tempat kursus yang mau terima tunanetra.’ Dari situlah aku semakin semangat mengajar mereka,” ujarnya. Eka mengungkapkan bahwa setiap bulan ada sekitar 30-40 siswa yang belajar bersamanya dalam kelas intensif atau yang berbayar, dan ia tetap memberikan beasiswa bagi yang kurang mampu tetapi bersemangat untuk belajar.
Pendekatan Person-Centered
English Mate menggunakan metode “Person-Centered”, yang berarti Eka dan timnya memposisikan diri sebagai seseorang yang baru belajar. “Kami nggak ngasih target harus selesai dalam sekian bulan. Aku juga dulu belajar dari awal, jadi aku paham rasanya,” tuturnya.
Bagi siswa difabel netra, Eka menekankan pentingnya pengejaan (spelling) dalam belajar bahasa Inggris. Oleh karena itu, ia banyak memproduksi materi pembelajaran dalam bentuk audio dan video yang berisi suara dan ejaan. “Dengan cara ini, mereka bisa belajar pronunciation dan spelling-nya,” jelasnya. Selain itu, materi juga tersedia dalam bentuk ketikan agar lebih mudah diakses oleh mereka.
Pembelajaran di English Mate, terutama yang dilakukan via Zoom, selalu direkam agar para siswa bisa memutarnya kembali di rumah untuk dipelajari lebih lanjut. Selain orang dewasa, Eka juga mengajar anak-anak, di mana ia mengirimkan rekaman materi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Membangun Suasana Belajar yang Menyenangkan
Bagi Eka, suasana belajar yang menyenangkan sangat penting. “Basis dari English Mate adalah teman belajar. Jadi, gimana caranya agar suasananya menyenangkan, sehingga mereka enjoy dan lebih leluasa mengembangkan kemampuan bahasa mereka,” katanya sambil tersenyum.
Selain kelas online, Eka juga menyediakan kelas tatap muka. Namun, ia mengaku lebih nyaman mengajar online, terutama untuk difabel netra. “Kalau yang awas, lebih suka tatap muka. Jadi, suami aku yang fokus ke mereka,” ungkapnya. Suaminya lebih banyak menangani kelas tatap muka untuk siswa awas, sementara Eka fokus mengajar online bagi siswa awas maupun difabel netra.
Menariknya, meskipun Eka seorang difabel netra, ia tetap membuat sistem pembelajaran inklusif. “Aku pakai layar LCD yang tersambung ke laptop. Jadi, meskipun gurunya tunanetra, mereka tetap bisa mengikuti pelajaran yang ada di layar,” tambahnya.
Di akhir perbincangan, Eka berpesan agar tidak ada yang ragu untuk belajar bahasa Inggris. “Bahasa Inggris sekarang bukan sesuatu yang ‘wow’ lagi. Makanya kita harus bisa menguasainya. Apalagi banyak kesempatan di luar sana, baik untuk kuliah atau bekerja,” katanya.
Eka juga menjelaskan bahwa beberapa difabel netra terapis pijat yang mengikuti kelas di English Mate ingin meningkatkan kemampuan mereka agar bisa berkomunikasi dengan klien asing.“Jadi, nggak ada alasan bagi kamu untuk nggak belajar bahasa Inggris, kan. Karena ini tuh investasi skill. Kalau kita udah investasi skill, di masa depan pasti membantu kita, kan. Jadi, nggak usah malu untuk belajar bahasa Inggris, meskipun dari dasar banget. Nggak usah malu, nggak usah ragu, langsung praktik, karena namanya bahasa ya harus dipraktikkan. Salah satu cara belajar bahasa Inggris ya dengan gabung di English Mate. Kamu bisa ambil kelas yang berbayar untuk lebih privat atau ikut kelas gratis,” tutupnya.
Tambahan informasi, mulai tanggal, 05/11/2024, dari tinjauan Solidernews.com, grup WhatsApp English Mate Community (Gratis) telah memiliki 600 anggota dan kemungkinan besar akan terus bertambah.[]
Reporter: Andi Syam
Editor : Ajiwan