Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Membangun Masa Depan Kerja Inklusif dengan Teknologi AI

Views: 14

Solidernews.com – Generasi Z, mereka yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, kini mulai memasuki dunia kerja. Di Indonesia, khususnya Bali, Gen Z difabel menghadapi dua tantangan besar: persaingan yang ketat dan disrupsi teknologi akibat kecerdasan buatan (AI) yang sudah sangat terasa beberapa waktu terakhir.

 

Survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat pengangguran di Bali pada Februari 2024 mencapai 6,21%, dengan Gen Z sebagai kelompok usia paling banyak menganggur.

 

Hal ini membuktikan bahwa keterampilan di dunia kerja yang dibutuhkan saat ini sudah sangat mengalami perkembangan dan perubahan. Dunia kerja menuntut keahlian yang terus diperbarui, dan Gen Z khususnya difabel mau tidak mau, suka tidak suka harus beradaptasi dengan cepat untuk mengikuti tren yang sedang berlaku.

 

Di samping  gempuran teknologi yang sangat massif saat ini gen Z difabel mempunyai tantangan lain yang masih sangat melekat yaitu stigma dan prasangka  kepada difabel yang masih marak di tengah masyarakat, termasuk di dunia kerja.

 

Itulah sebuah tantangan tersendiri bagi gen Z difabel yang membuat gen Z difabel perlu memiliki etos perjuangan yang lebih besar dari gen Z pada umumnya.

 

Seiring berjalannya Waktu beberapa pekerjaan yang biasa dilakukan manusia kali ini telah terancam digantikan oleh mesin yang dioperasikan AI. Tentu saja  hal tersebut semakin berpotensi mempersempit peluang kerja bagi Gen Z termasuk gen Z difabel.

 

Sebagai seorang Gen Z difabel di zaman sekarang kemampuan mengoperasikan gawai adalah hal pokok yang perlu dikuasai jika tidak ingin tertinggal dengan kecepatan perubahan yang terjadi. Sebab tanpa memiliki keterampilan tersebut maka seorang gen Z difabel akan alami kesulitan dalam mengakses dan menggunakan teknologi apapun termasuk AI. Sehingga dapat menciptakan jurang pemisah yang cukup dalam antara gen z difabel dengan teman-teman gen Z dari nondifabel.

 

Namun, di balik tantangan itu sendiri, sebenarnya terdapat sebuah peluang bagi Gen Z difabel di era AI jika dapat memanfaatkannya diantaranya:

  • AI menciptakan lapangan pekerjaan baru yang membutuhkan keterampilan unik, di mana Gen Z difabel dapat bersaing. Seperti menjadi spesialis Aksesibilitas AI yang bertugas sebagai Merancang dan menguji solusi AI agar mudah diakses oleh semua orang, termasuk difabel. Selain itu juga bisa bekerja sama dengan tim pengembangan untuk memastikan produk dan layanan AI inklusif dan sesuai dengan kebutuhan pengguna difabel.
  • Bantuan teknologi AI dapat membantu Gen Z difabel untuk mengakses informasi, pendidikan, dan peluang kerja dengan lebih mudah. Seperti Teknologi penerjemahan bahasa isyarat SignAloud dan ProDeaf yang bisa membantu difabel pendengaran untuk mengikuti perkuliahan, seminar, dan pertemuan online. Teknologi ini menerjemahkan bahasa isyarat ke dalam teks dan sebaliknya, sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan mudah dengan orang lain.
  • Membangun kesadaran akan pentingnya inklusivitas di dunia kerja , yaitu mendorong perusahaan untuk Memberikan edukasi dan pelatihan kepada karyawan tentang inklusivitas dan keragaman, termasuk cara berinteraksi dengan rekan kerja difabel dengan hormat dan setara. Menyelenggarakan seminar dan workshop tentang topik-topik terkait disabilitas dan teknologi AI, seperti aksesibilitas digital dan etika AI dalam dunia kerja yang membuka peluang bagi Gen Z difabel untuk bisa mendapat kesempatan menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berkontribusi penuh.

 

“Salah satu tantangan yang masih sering saya jumpai di kalangan teman-teman Gen Z  difabel adalah biaya. Software dan perangkat keras assistive teknologi masih tergolong mahal, sehingga tidak semua orang mampu membelinya. Tantangan lainnya adalah aksesibilitas. Tidak semua platform dan aplikasi digital dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan difabel” Ujar Komang Yuni seorang difabel netra asal Bali yang dihubungi melalui telpon.

 

Lebih lanjut Komang Yuni mengatakan ia yakin bahwa jika Gen Z difabel sebenarnya memiliki banyak potensi untuk berkontribusi dalam dunia kerja asal diberi kesempatan.

“Kami masing-masing individu Gen Z difabel yang mendapat pendidikan cukup sesungguhnya memiliki sebuah perspektif dan pengalaman unik yang bisa membantu perusahaan yang mau menerima untuk menjadi lebih inklusif. Kami juga dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan teknologi AI yang lebih ramah difabel.” Jelas Komang Yuni kembali.

 

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh pihak-pihak terkait:

  • Pemerintah; Perlu merumuskan kebijakan yang mendukung Gen Z difabel, seperti pelatihan keterampilan, program inklusivitas kerja, dan akses teknologi yang setara.
  • Perusahaan; Perusahaan harus berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan menyediakan aksesibilitas bagi Gen Z difabel.
  • Organisasi difabel; Organisasi difabel dapat berperan dalam memberikan pelatihan, pendampingan, dan advokasi bagi Gen Z difabel dalam memasuki dunia kerja.
  • Gen Z difabel; Perlu pro-aktif dalam meningkatkan keterampilan baik secara individu maupun kelompok, membangun jaringan, dan memperjuangkan hak-hak mereka di dunia kerja.

 

Masa depan Gen Z difabel di dunia kerja pada era digital dan teknologi AI seperti sekarang memang penuh dengan tantangan, tetapi tidak menutup kemungkinan juga dapat menjadi sebuah peluang jika mampu memanfaatkannya. Dengan kerja sama dari berbagai pihak, bukan tidak mungkin gen Z difabel di Bali dapat meraih kesuksesan dan berkontribusi secara maksimal bagi pembangunan bangsa.[]

 

Penulis : Harisandy

Editor    : Ajiwan Arief

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air