Views: 25
Makasar – Kegiatan pelatihan pendidikan inklusif yang diselenggarakan oleh Sekretariat INKLUSI kolaborasi dengan INOVASI yang merupakan program kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia yang bertujuan untuk memperbaiki kebijakan dan praktik pembelajaran. Program INOVASI berfokus pada peningkatan keterampilan dasar literasi, numerasi, dan pendidikan karakter.
Program ini menekankan nilai-nilai keadilan gender, disabilitas, dan inklusi sosial. Kegiatan diselenggarakan pada tanggal 22-24 April 2025 di Hotel Novotel Makassar Grand Shayla yang diikuti oleh sekitar 30 orang terdiri atas 8 laki-laki dan 16 perempuan. Dari jumlah tersebut, tercatat 3 peserta merupakan penyandang disabilitas (2 laki-laki dan 1 perempuan). Selain peserta utama, hadir pula 9 observer (6 perempuan dan 3 laki-laki) yang memberikan dukungan serta memperkaya jalannya diskusi.
Peserta berasal perwakilan Dinas Pendidikan, pihak sekolah, dan tenaga pendidik dari berbagai jenjang pendidikan mulai dari PAUD sampai SMP yang ada di beberapa daerah dampingan Mitra INKLUSI yang bekerja di issue pendidikan inklusif, ditemukan bahwa salah satu akses layanan dasar yang masih menjadi tantangan kelompok disabilitas dalam mengakses pendidikan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga pendidik dalam memberikan pendidikan inklusif yang berkualitas bagi semua peserta didik.
Hari pertama kegiatan diawali oleh pembukaan melalui perwakilan Sekretariat INKLUSI dan pembacaan protokol safeguarding oleh Kuni Fatonah dari SIGAB Indonesia, lalu dilanjut materi yang disampaikan oleh Suharto tentang Memahami Definisi Disabilitas, Ragam dan Interaksi dengan Disabilitas. Materi yang memberikan pengertian dan gambaran mengenai macam-macam difabel, hambatan difabel dalam dunia akademik, dan etika berinteraksi dengan difabel.
Agar tidak bosan, peserta diajak untuk bermain sebuah games yang melatih rasa kesadaran dan kepedulian dalam membantu seseorang yang mempunyai cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu karena terdapat beberapa orang yang ditutup mata dan telinganya untuk memberikan gambaran seseorang sebagai difabel. Games tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok yang nantinya ditempel secarik kertas yang berbeda warna, tugas dari peserta pelatihan adalah berkumpul dengan yang warnanya sesuai dengan cara tidak boleh menggunakan suara ataupun kode atau isyarat yang lain.
Hal tersebut membuat peserta awalnya kebingungan karena bingung dan belum terbiasa, namun setelah itu mereka telah menemukan cara masing-masing dalam memecahkan masalah tersebut. Materi diakhiri oleh pemutaran video cara berinteraksi dengan difabel netra dan tuli dengan tujuan memberikan peserta gambaran secara jelas bagaimana mereka berinteraksi atau pada saat menemukan peserta didik dengan ragam difabel yang sama.
Setelah penyampaian materi Memahami Definisi Disabilitas, Ragam dan Interaksi dengan Disabilitas oleh Suharto dari SIGAB Indonesia, pemaparan materi berikutnya yaitu Memahami Lebih Dalam tentang Disabilitas Psikososial dan Disabilitas Mental yang disampaikan oleh Sartika Dewi dan Angga dari Pusat Rehabilitasi YAKKUM. Materi yang memberikan informasi kepada peserta mengenai ragam difabel yang lebih spesifik yaitu difabel ental dan difabel psikososial.
Suharto sedang memberikan materi paparan
Hari kedua sampai hari ketiga materi disampaikan oleh tim dari INOVASI mengenai kerangka kerja Universal Design for Learning (UDL), Proses dan Mengembangkan Pembelajaran dan Pengalaman Belajar yang Inklusif, juga tidak lupa penerapan yang akan dilakukan oleh peserta melalui Pengembangan, Penerapan, dan Refleksi Strategi Pembelajaran yang disampaikan secara runtut dan padat karena keterbatasan waktu dalam penyelenggaraannya.
Pemaparan materi di hari kedua peserta diberi pemahaman dasar mengenai pendidikan inklusif melalui prinsip Universal Design yang Pengembangan, Penerapan, dan Refleksi Strategi Pembelajaran dalam penerapannya. Selain itu, menjelaskan mengenai tujuan dan prinsip UDL dalam pendidikan inklusif, serta peserta diajak untuk menganalisis manfaat dan tantangan dalam penerapan penyusunan kerangka kerja UDL.
Sebelum mengisi materi salah satu fasilitator dari INOVASI Eni Martina memberikan sedikit pengantar dan brainstormng mengenai pandangannya tentang pendidikan inklusi, “Inklusi adalah proses reformasi sistemik ini adalah sebuah sistem atau pendekatan bukan diartikan anak atau orangnya” ungkapnya saat memfasilitasi kegiatan. Selain itu, Tidak lupa diskusi kelompok menjadi sesuatu yang penting, karena dalam diskusi tersebut peserta bisa berbagi pengalaman maupun gagasan yang nantinya akan dipresentasikan oleh perwakilan setiap kelompok.
Peserta melakukan diskusi bersama
Kegiatan selama tiga hari membuat para peserta mendapatkan berbagai materi penting tentang bagaimana membangun lingkungan pendidikan yang ramah, adaptif, dan menghargai keberagaman anak, termasuk anak-anak difabel. Suasana pelatihan berlangsung aktif dan penuh semangat, memperlihatkan antusiasme besar untuk mendorong perubahan nyata di tingkat komunitas.
Hari terakhir yang membahas materi tentang Proses Pengembangan, Penerapan, dan Refleksi Strategi Pembelajaran yang selanjutnya akan direfleksikan dan setiap peserta diharapkan membuat rencana tindak lanjut (RTL) yang kongkrit nantinya akan mereka susun dan implementasikan sesuai dengan latar belakang pekerjaan masing-masing untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif disabilitas di wilayah masing-masing. Selain itu pemahaman mengenai difabel dan pendidikan inklusif juga menjadi poin penting peserta sebelum membuat rencana tindak lanjut berdasarkan Keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran inklusif meningkat dalam wujud keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran inklusif meningkat.
Tak berhenti sampai di situ, pelatihan ini juga melahirkan komitmen tindak lanjut nyata, khususnya untuk wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang merupakan daerah dampingan dari SIGAB Indonesia. Dalam Rencana Tindak Lanjut (RTL), disepakati beberapa langkah strategis:
- Penguatan kolaborasi: SIGAB akan melanjutkan kerja sama dengan Garamin melalui Program SOLIDER di Kupang dan Rote Ndao.
- Sosialisasi pendidikan inklusi: Akan dilakukan kegiatan sosialisasi kepada tenaga pendidik PAUD, SD, serta Kelompok Dampingan Difabel (KDD), yang juga melibatkan orang tua anak difabel di Rote Ndao dan Kupang.
- Integrasi dalam pelatihan deteksi dini: Rote Ndao yang tahun ini mengadakan pelatihan deteksi tumbuh kembang anak PAUD, akan memasukkan materi pendidikan inklusi sebagai bagian dari kurikulum pelatihannya.
- Mendorong sinergi berkelanjutan: Garamin diharapkan terus memperkuat jejaring kerja sama dengan INOVASI NTT dan UNICEF yang berfokus pada penguatan pendidikan anak.
- Rencana jangka panjang: Pada tahun 2026, direncanakan penyelenggaraan Training of Trainers (ToT) Pendidikan Inklusif untuk memperkuat kapasitas tenaga pendidik di wilayah NTT.
Pelatihan ini menjadi langkah nyata menuju pendidikan yang lebih adil dan inklusif, dengan harapan bahwa setiap anak tanpa terkecuali dapat tumbuh dan belajar dalam lingkungan yang mendukung potensi terbaik mereka.
Penulis: Mega Firstian
Editor: Kuni Fatonah