Views: 25
Solidernews.com – Bertepatan pada tanggal 3 Desember 2024 seluruh dunia tengah merayakan Hari Disabilitas Internasional. HDI atau yang juga disebut dengan International Day of Persons with Disabilities. Perayaan ini merupakan wujud kesetaraan, penghargaan, dan pemberian hak serta kesejahteraan bagi masyarakat difabel di seluruh dunia. Momen penting ini tentunya dirayakan banyak kalangan, tidak terkecuali masyarakat Indonesia yang menggelar acara HDI 2024 di Taman Ismail Marzuki.
Hari Penyandang Disabilitas Internasional pertama kali ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1992 melalui resolusi 47/3. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang berbagai isu yang dihadapi oleh kalangan difabel, sekaligus mendorong dukungan terhadap hak, martabat, dan kesejahteraan mereka. Selain itu, peringatan ini juga bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya melibatkan masyarakat difabel dalam semua aspek kehidupan, seperti politik, sosial, ekonomi, dan budaya tanpa adanya diskriminasi.
Merespons hal tersebut, tepat pada Selasa 3 Desember 2024 Pusat Layanan Difabel dari Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar seminar yang bertajuk “Kepemimpinan Inklusif untuk Masa Depan yang Progresif” yang mana tema tersebut selaras dengan tema global dari HDI 2024 yaitu “Amplifying the Leadership of Persons with Disabilities for an Inclusive and Sustainable Future” atau “Memperkuat Kepemimpinan Penyandang Disabilitas untuk Masa Depan yang Inklusif dan Berkelanjutan.”
Materi kajian yang pokok dalam seminar adalah tentang kepemimpinan inklusif. Di mana kehadiran Eko Ramaditya Adikara yang berlatar belakang seorang dosen, pembicara, dan penulis yang disempurnakan dengan dr. Suharto, SS., MA, mengajak para audiens untuk kembali merefleksi makna dari “Kepemimpinan Inklusif yang progresif.”
“Saya turut berbahagia serta bangga atas terselenggaranya acara HDI 2024 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Semoga ini menjadi komitmen dan wujud keberlanjutan untuk terus membuat kampus kita menjadi lebih inklusif lagi,” ujar Noorhaidi selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga pada sambutannya.
Model-Model dari Karakter Manusia
Diskusi dibuka dengan pantikan dari Rama, mengenai empat karakter yang dimiliki oleh tiap-tiap manusia. Di mana setiap individu itu pasti akan memiliki ciri, perbedaan, dan karakter yang khas antar satu sama lainnya.
Rama menjelaskan bahwa Karakter manusia dapat dibagi menjadi empat tipe utama: sanguinis, koleris, plegmatis, dan melankolis. Setiap tipe memiliki ciri khas yang unik, memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan dunia. Tidak terkecuali pada pribadi difabel.
Sanguinis dikenal sebagai pribadi yang ceria, optimis, dan suka bersosialisasi. Mereka cenderung mudah bergaul dan sering menjadi pusat perhatian, namun kadang kurang disiplin.
Koleris adalah individu yang tegas, ambisius, dan penuh semangat. Mereka pandai memimpin dan fokus pada tujuan, tetapi bisa terlihat keras kepala atau kurang peka.
Plegmatis memiliki sifat tenang, sabar, dan penyayang. Mereka adalah pendengar yang baik dan penyelesai konflik, meski terkadang terlalu pasif atau enggan berubah.
Melankolis adalah tipe analitis, perfeksionis, dan penuh empati. Mereka sangat teliti dan mendalam, tetapi sering kali terlalu kritis pada diri sendiri atau orang lain.
Rama menegaskan bahwa dengan memahami keempat tipe ini membantu kita mengenali kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dapat membangun hubungan yang lebih harmonis. Selain itu, sebagai difabel muda, tentunya dengan memahami karakter yang ada pada diri kita, tentunya akan mempermudah kita untuk menekuni peluang masa depan yang cerah.
“Tentunya semua karakter itu memiliki peluang profesi dan gaya memimpin yang khas. Dengan memahami posisi kita dengan karakter sebagaimana empat hal yang telah saya sampaikan, diharap kita dapat menyesuaikan diri serta mampu meningkatkan potensi yang ada dalam diri kita,” ujar Rama pada sesi pemaparannya.
Mari Membentuk Kepemimpinan Inklusif
Suharto, selaku pemateri dua turut menyempurnakan diskusi yang dimulai oleh Rama. Ia membawakan materi tentang kepemimpinan inklusif yang di kaji dari berbagai sisi. Bagi Suharto pijakan utama dari kepemimpinan inklusif adalah rasa menghormati keberagaman dan kesetaraan kesempatan untuk seluruh anggota yang ada dalam sebuah komunitas.
Selain itu, Kepemimpinan inklusif juga dapat dipahami dengan gaya kepemimpinan yang menghargai, menerima, dan memberdayakan perbedaan di dalam suatu tim atau organisasi. Pemimpin inklusif memastikan setiap anggota merasa dihormati, didengarkan, dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi, terlepas dari latar belakang, kemampuan, gender, atau identitas lainnya.
Ciri utama kepemimpinan ini adalah sikap terbuka, empati, dan komitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang setara. Pemimpin inklusif tidak hanya menerima keberagaman, tetapi juga memanfaatkannya untuk mendorong inovasi dan produktivitas. Mereka sering mengajak tim berdialog, mendukung ide-ide yang berbeda, serta mengambil langkah nyata untuk menghilangkan hambatan diskriminasi atau bias.
Beberapa tantangan yang masih kerap dialami oleh kalangan difabel bila berbicara soal memimpin tentunya ada beberapa aspek. Suharto menegaskan,” Stigma, diskriminasi, kurangnya akses pendidikan, efektivitas peraturan difabel yang kurang dijalankan, serta stereotipe di masyarakat kadang masih jadi penghambat difabel saat akan maju menjadi sosok pemimpin. Entah dalam organisasi nondifabel atau maju sebagai pejabat abdi negara.”
“Namun, bukan tidak mungkin bila kita memang memiliki kredibilitas, kualitas, kompetensi, dan integritas, kesempatan untuk menjadi sosok pemimpin dalam sebuah komunitas itu dapat terwujud. Inklusifitas ini harus terus kita bangun dan mari bersama kita buktikan kepada masyarakat kalau difabel itu bisa!” ujar Suharto.
Satriawan, selaku alumnus difabel UIN Sunan kalijaga juga turut memberikan respons bahwa kita harus terus mengenali potensi diri dan jangan pernah minder atas kondisi. Selain itu, ia merasa bahagia serta berterimakasih atas terselenggaranya kegiatan HDI 2024 di UIN Sunan kalijaga yang dengan lancar telah terlaksana. Mari kita wujudkan Indonesia menuju kepemimpinan inklusif yang lebih progresif![]
Reporter: Wachid Hamdan
Editor : Ajiwan