Views: 12
Solidernews.com – Film “Aku Jati, Aku Asperger” adalah sebuah karya yang mengangkat tema penting tentang neurodiversitas, khususnya pengalaman individu dengan Asperger Syndrome. Film ini tayang di bioskop pada tanggal 31 Oktober 2024. Film produksi Falcon Pictures ini disutradari oleh Fajar Bustomi. Dibintangi oleh aktor dan aktris muda, seperti Jefri Nichol sebagai Jati, Pradikta sebagai Daru, Hanggini sebagai Jenar, Carissa Perusset sebagai Tiara, Livy Renata, Gabriel Prince, serta aktor dan aktris lainnya.
Dalam film ini, kita diajak menyelami dunia seorang remaja bernama Jati, yang berjuang memahami dirinya dan lingkungan di sekitarnya. Dengan narasi yang penuh emosi dan karakter yang kuat, film ini memberikan pandangan mendalam tentang tantangan dan keindahan hidup sebagai seseorang yang memiliki kondisi Asperger tersebut.
Sinopsis Film
Jati, seorang remaja yang cerdas dan memiliki minat mendalam pada dunia kereta api, setiap harinya selalu diisi dengan hal-hal seputar kereta api. Mulai dari ranjang tempat tidurnya yang berbentuk kereta api, koleksi mainannya, tata letak rumahnya, hingga peraturan dalam hidupnya.
Namun, disisi lain ia merasa asing di tengah teman-temannya. Ia sering kali kesulitan dalam berinteraksi sosial dan memahami isyarat nonverbal, yang membuatnya merasa berbeda. Seperti di awal film, ketika Jati diajak berinteraksi dengan Jenar. Awalnya dia masih mau membalas sapaan Jenar, tapi lama kelamaan dirinya merasa terusik dengan keberadaan Jenar yang memaksa Jati agar menunjukkan hasil gambarannya ke kamera untuk dijadikan vlog. Hingga akhirnya, Jati lepas kendali dan berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri.
Satu-satunya orang yang bisa menenangkan Jati adalah kakaknya, Daru. Kakaknya mencoba mengontrol emosi Jati dengan menggunakan instruksi seperti dalam dunia kereta api. Contohnya, memberikan aba-aba kepada Jati layaknya seorang petugas stasiun yang memandu masinis. Cara itu cukup jitu untuk mengembalikan ketenangan dalam diri Jati.
Selain Daru, seseorang yang bisa akrab dengan Jati adalah Tiara, pacar kakaknya. Mereka bertiga hidup bersama dalam satu rumah dan menjalani keseharian hidup sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan Jati. Seperti jadwal menu makanan dalam setiap harinya, berolahraga dengan mendaki bukit Eling Bening setiap sore hari, mandi tepat waktu, dan aktivitas keseharian lainnya.
Namun, di tengah jalan hubungan Daru dan Tiara mengalami guncangan. Hingga menyebabkan mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungannya. Hal itu bermula dari masakan Tiara yang tidak sesuai dengan jadwal menu makan hariannya Jati. Tiara berusaha memaksa Jati untuk mencicipi masakannya tersebut. Tapi, Jati kekeh menolak makanan itu hingga menyebabkan emosinya memuncak dan tidak terkendali.
Melihat itu, Daru spontan membentak Tiara untuk tidak memaksa Jati karena keadaan adiknya tersebut. Tiara merasa tidak terima dengan hal itu. Karena Daru selalu membela Jati dan ia merasa capek dengan hubungannya yang harus selalu memahami kondisi Jati. Akhirnya, Tiara memutuskan untuk kembali pulang kerumahnya sendiri.
Kini Jati sedikit kesusahan menjalani rutinitas hariannya, sebab sudah tidak ada Tiara. Akan tetapi, ia tidak kehabisan ide. Jati, berusaha mencarikan pasangan yang ideal untuk kakaknya. Bahkan, Jati rela mengorbankan aturan waktu dalam hidupnya demi mencarikan pasangan baru untuk kakaknya.
Jati merasa bahwa Jenar adalah perempuan yang cocok sebagai pendamping baru kakaknya. Sebab, Jenar merupakan perempuan yang baik dan mau memahami kondisi Jati yang mengidap Asperger Syndrom. Ia selalu berusaha untuk meyakinkan Jenar dengan banyaknya strategi yang sudah ia susun rapi.
Di satu sisi, Daru sudah panik mecari Jati yang tidak kunjung pulang. Jati terlalu sibuk meyakinkan Jenar hingga lupa memberi kabar kepada kakaknya. Itu pertama kalinya Jati melanggar aturan dalam hidupnya. Dari situlah, kesulitan Jati makin bertambah. Disaat Jati sudah sampai rumah dan ingin memberikan kabar bahagia pada kakaknya, ia dikejutkan dengan Daru yang sangat emosi.
Terjadi perdebatan hebat antara kakak dan adik tersebut yang sebelumnya belum pernah terjadi. Hingga akhirnya Daru memutuskan untuk pulang kerumah orang tua mereka dan meninggalkan adiknya begitu saja. Emosi Jati pun kembali tak terkendali. Tapi, ia tetap memilih tinggal dirumah kakaknya itu.
Nilai Moral yang Dapat Dipetik
Film ini menggambarkan bagaimana seseorang dengan latar belakang Asperger berjuang untuk mencari jati dirinya, mengatasi tantangan yang dihadapinya, serta menerima keunikan yang ada dalam dirinya. Tak lupa, dukungan dari orang-orang terdekat juga sangat penting untuk membantu mereka berkembang dan menjalani kehidupan yang baik.
Film ini mengajarkan kepada penonton tentang pentingnya penerimaan terhadap perbedaan, serta bagaimana setiap individu memiliki potensi untuk berkembang jika diberi kesempatan dan pemahaman. Dalam setiap alurnya, tidak hanya berfokus pada tantangan yang dialami oleh Jati, tetapi juga menunjukkan kekuatan, bakat, dan potensi luar biasa yang dimilikinya.
Melalui karakter Jati, penonton diajak untuk memahami bahwa orang dengan Asperger memiliki cara pandang, cara berinteraksi, dan pemikiran yang unik. Film ini juga menyuguhkan realitas kehidupan yang dijalani seorang Asperger Syndrom.
Film ini juga menjembatani kesenjangan pemahaman masyarakat terhadap individu yang memiliki Asperger Syndrom. Dari kesulitan berkomunikasi hingga menghadapi stigma sosial, penonton juga diberi kesempatan untuk memahami pengalaman Jati dengan cara yang empatik.
“Pengemasan emosionalnya cukup menyentuh. Sang aktor yang memerankan Asperger Syndrom mampu merefleksikan bagaimana seorang Asperger itu menatap dunia. Film ini juga mengajarkan bahwasanya kita bisa berkomunikasi dengan teman-teman Asperger Syndrom, apabila kita mau sedikit belajar tentang mereka. Karena di film ini dibuktikan bahwa Jati yang memiliki Asperger mampu membuat strategi untuk memberi surprise kepada kakaknya dan Jenar atas bantuan teman-teman Jati di tempat kerjanya yang sudah terbiasa berkomunikasi dengan Jati.” Tutur Hamdan, salah satu rekan difabel netra yang ikut nonton di bioskop pada tanggal 31 Oktober 2024.
“Selain itu informasi audionya itu mampu membawa teman-teman tunanetra turut merasakan sentuhan emosionalnya meskipun hanya sekedar mengakses audionya saja. Mulai dari cara berdialog, serta cara Jati ketika mengekspresikan kemarahannya. Apalagi ditambah dengan informasi bisikan visual mengenai adegan itu. Menurut saya, film ini sukses memberikan sentuhan emosional, empati, dan juga bagaimana kesadaran bahwasanya perbedaan itu bukanlah masalah besar.” Imbuhnya.
Dari segi visual, film ini menggunakan sinematografi yang menawan. Perpaduan warna dan komposisi gambar mencerminkan perjalanan emosional Jati. Sehingga menciptakan suasana yang mendalam. Narasi yang disampaikan dengan tulus dan jujur menggugah rasa empati penonton, membuat kita lebih memahami kompleksitas yang dihadapi oleh individu dengan Asperger.
Pesan utama film “Aku Jati, Aku Asperger” adalah mengenai pentingnya empati, dukungan, dan penerimaan. Dalam dunia yang seringkali mengedepankan norma-norma tertentu, film ini mengingatkan kita bahwa setiap individu memiliki keunikan dan potensi yang harus dihargai. Dengan memahami dan menerima perbedaan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi semua orang.[]
Reporter: Ajeng Safira
Editor : Ajiwan