Views: 8
Solidernews.com – Isyarat internasional menjadi sebuah bahasa isyarat yang dipakai dalam konferensi WFD (World Federation of the Deaf) RSA (Regional Secretariat for Asia) yang digelar di Yogyakarta pada tanggal 11-18 Agustus 2024 meskipun bahasa Inggris tetap menjadi bahasa tulisan yang dipakai untuk kegiatan tersebut. Menariknya, komunitas Tuli internasional tidak memiliki bahasa isyarat internasional sebagaimana komunitas dengar internasional yang memakai bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Lalu, bagaimana mereka dapat berkomunikasi satu sama lain mengingat terdapat lebih dari 300 bahasa isyarat di dunia?
Jawabannya adalah mereka sudah menggunakan isyarat internasional atau international sign disingkat dengan IS pertama kali digunakan pada tahun 1924. Saat itu mereka sedang mengadakan Pesta Olahraga Tuli pertama kali di dunia yang dikenal dengan Deaflympics yang digelar di Paris, Prancis. Pada tahun 1970 an, WFD pernah mencoba membuat standarisasi bahasa isyarat internasional untuk mempermudahkan komunikasi setiap pertemuan dan disebut Gestuno dengan singkatan dari “gesture” dan “uno” dalam bahasa Spanyol yang memiliki arti satu. Terdapat buku standarisasi bahasa internasional mencapai yang 1.500 isyarat. Akan tetapi, standarisasi bahasa isyarat internasional ini tidak pernah sukses dan orang Tuli internasional tetap berkomunikasi dengan isyarat internasional secara alamiah. Sebagian besar alfabet isyarat internasional berasal dari ASL (American Sign Language) dengan satu tangan. Namun terdapat ragam isyarat alfabet dari negara-negara masing-masing.
Menurut Adhi Kusuma Bharoto seorang peneliti bahasa isyarat dari Laboratium Riset Bahasa Isyarat (LRBI), Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, sekitar 60-70 persen IS berasal dari ASL dan sisanya campuran isyarat berasal dari benua Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika. Akan tetapi, Adhi membantah bahwa para penutur ASL akan mahir menguasai IS karena ASL memiliki grammartikal yang berbeda dengan IS sehingga para penutur ASL perlu belajar IS. Jadi, bila orang Tuli bukan penutur ASL maka dia akan mahir IS. Adhi menyetujui bahwa IS dapat beradaptasi situasi seiring dengan perkembangan komunikasi isyarat yang kedua insan Tuli saling berkontak. IS sebenarnya lebih fleksibel karena kedua insan Tuli dapat mengerti satu sama lain dan dapat mengembangkan kemampuan komunikasi IS.
Isyarat internasional ini memiliki manfaat yang menarik, yaitu apabila insan Tuli tidak mahir bahasa Inggris tetapi ia dapat lancar berkomunikasi dengan orang Tuli asing dengan menggunakan IS, contohnya ada orang Tuli sedang berusaha menerjemahkan kata “gula” kepada turis Tuli asing yang berasal dari Inggris yang hendak memesan minuman tetapi ia tidak mengetahui arti “gula” dalam bahasa Inggris yang seharusnya disebut “salt” tetapi beliau tahu arti “gula” dalam isyarat internasional dan akhirnya turis Tuli itu paham maksudnya dan langsung memesan teh tawar tanpa gula. Begitu juga para peserta konferensi WFD/RSA mungkin masih banyak belum lancar bahasa Inggris tetapi mereka paham isyarat internasional yang disampaikan oleh para panelis dalam sebuah pertemuan dan forum diskusi lainnya. Sehingga tidak ada kendala apapun padahal acara tersebut membutuhkan literasi bahasa Inggris lebih banyak. Hal ini adalah sebuah kelebihan yang unik dalam isyarat internasional.
Lalu bagaimana cara belajar IS? Apakah ada kursus?
Salah satu peserta yang berasal dari Mongolia mengakui bahwa belajar IS dari Instagram Live. Ada pula yang langsung belajar saat acara konferensi tetapi masih sedikit dapat memahami. Ada juga belajar dari orang Tuli yang menguasai IS. Bahkan, ada juga belajar dari Youtube atau media sosial lainnya yang kerap menjadi wadah komunikasi orang-orang Tuli secara global melalui video call. Nyaris tidak ada institusi khusus secara resmi yang mengajari IS kepada orang-orang Tuli. Mereka dapat belajar IS dimana saja dan dari mana saja, entah media sosial maupun secara langsung baik di acara formal maupun acara nonformal, seperti bertemu dengan turis Tuli asing yang berlibur. Jadi, belajar IS terlihat cukup mudah karena dapat belajar siapapun dan dimana saja meskipun tidak ada institusi secara khusus yang resmi, seperti EF (English First) atau ELTI yang memiliki macam sertifikasi kemampuan bahasa Inggris yang digunakan untuk kebutuhan studi, kerja, maupun persyaratan ujian masuk.
Akan tetapi, bila ingin berkarir atau melanjutkan studi di salah satu negara yang dituju tentu diharapkan untuk menguasai bahasa isyarat negara tersebut, misalnya Dwi yang ingin melamar pekerjaan di sebuah perusahaan berasal dari Selandia Baru, maka Dwi perlu belajar bahasa isyarat Selandia Baru atau New Zealand Sign Language (NZSL) bukan IS. Demikian juga, Ahmad memerlukan juru bahasa isyarat ketika beliau sedang berkuliah di sebuah universitas berlokasi di Inggris, maka Ahmad perlu belajar bahasa isyarat Inggris atau British Sign Language (BSL) agar dapat memahami proses juru bahasa isyarat BSL yang bekerja selama kegiatan perkuliahan. Oleh karena itu, IS hanya diperuntukkan bagi suatu acara internasional yang mempertemukan insan Tuli lokal dengan insan Tuli dari negara asalnya baik acara formal maupun acara informal. Jadi, IS hanya untuk komunikasi sedangkan bagi yang ingin berkarir atau menempuh studi di luar negeri tetap harus belajar bahasa isyarat negara tersebut.
Menarik bukan ya? Mari belajar isyarat internasional![]
Reporter: Raka
Editor : Ajiwan
Referensi
Devlin, Thomas Moore. 2018. What Is International Sign Language, And How Does It Work?. Berlin, Germany. https://www.babbel.com/en/magazine/international-sign-language