Views: 11
Solidernews.com – Harus kita ketahui bersama bahwasannya kini telah memasuki zaman digital. Sekolah bisa lewat gadget, kerja dibantu teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan (AI), dan mudahnya informasi tersebar ke seluruh penjuru dunia melalui jaringan internet, menjadi pertanda bahwasannya dunia tidak seperti dahulu lagi—kerja konvensional—semua masih dilakukan dengan cara manual—teknologi belum diserap secara maksimal.
Tentu hal di atas menjadi pencapaian zaman yang patut disyukuri para difabel. Sebab dengan adanya teknologi, kini para difabel dapat berjuang lebih kompetitif di dunia kerja profesional. Pilihan karier makin luas, banyak variasi, dan tentunya kapable untuk semua jenis difabel, tanpa terkecuali. Di mana zaman ini tidak lagi eranya, difabel netra hnya memijat, jual kerupuk, dan jaga masjid; Difabel fisik menjadi teknisi radio dan televidsi rusak, jual roti keliling; dan sebagainnya.
Maka dari itu, bila memang difabel mau untuk memaksimalkan potensi diri, bukan menjadi hal mustahil, kini para difabel menggapai apa yang menjadi cita-cita semenjak kecil. Tentu yang disesuaikan dengan keahlian, kapasitas, dan kapabilitas personal tersebut dengan keadaan difabelnya. Berikut mari kita berkenalan dengan kawan difabel yang bernama Muhammad Adinugraha Wicaksana yang merupakan difabel netra yang sukses berkarir dibidang teknologi. Bagaimana kisahnya, mari kita simak bersama!
Mengenal sosok Muhammad Adinugraha Wicaksana lebih dekat
Sosok inspiratif ini akrab dipanggil Nugi. Ia lahir pada 26 November 1990. Masa remajanya diisi dengan kisah, pengalaman, dan keasyikan di anak seusiannya. Terlahir di sebuah keluarga yang sangat erat menjunjung tinggi pendidikan, Nugi kecil tentunya memiliki pendidikan yang baik. Ayahnya berprofesi sebagai guru di SLB, sang ibunda seorang guru agama di SMA, tentunya hal itu bisa menjadi ukuran, kalau Nugi mendapatkan pendidikan yang bagus.
Dalam wawancara solidernews via daring pada 24/05/2024, Nugi banyak menceritakan pengalaman peribadinya. Bersekolah relatif lancar dan ia mampu mengggapai jenjang kuliah. Namun, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama, sebab saat memasuki tahun awal ke-tiga di Jurusan Teknik Informatika Universitas Gunadarma, Nugi pada tahun 2012 mengalami kebutaan yang disebabkan penyakit goukoma. Penyakit ini ia dapatkan dari faktor genetika.
“Gloukoma yang saya idap, sebenarnya sudah ketahuan sejak kecil, mas. Namun, dampaknya baru terasa di usia dewasa yang menyebabkan kebutaan pada saya. Penyakit ini saya alami karena faktor genetika dari ayah saya,” tutur Nugi.
Tentu keadaan buta di usia dewasa, membuat Nugi drop dan mengakibatkannya harus mengubur harapan sebagai programmer yang sudah ia cita-citakan. Akhirnya karena tidak ingin berlarut pada keterpurukan, Nugi pun melanjutkan studinya di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhamadiyah Jakarta (UMJ) Hingga lulus. Dari semangat baru yang susah payah ia bangun, akhirnya Nugi mengenal Mitra Netra Jakarta, dan belajar komputer bicara sekaligus berbagai training skill yang ada di Yayasan Mitra Netra.
Bangkit Meski Sakit, daripada Terpuruk Meratapi Nasib
Perkenalan Muhammad Adinugraha dengan Yayasan Mitra Netra (YMN) Jakarta, tentunya membawa dampak yang signifikan. Berbagai program yang ada sangat membantu proses recovery mental dan harapan hidup Nugi. Ia belajar komputer bicara, bahasa asing, dan lain-lain. Ia merasa kalau hidup terus berlanjut. Jadi, ia memutuskan bangkit meski sakit, daripada hanya merutuki nasib.
Ketekunan dan kedisiplinan Nugi akhirnya membuahkan hasil sedikit demi sedikit. Ia akhirnya bisa mendapatkan skill yang mumpuni di bidang yang ia gemari. Tepat di tahun 2021 Nugi dipercaya sebagai trainer untuk kelas komputer office dasar di program kursus komputer daring mitra Netra, ia juga salah satu talent digital marketing, di bagian content writing di SUARISE Indonesia dan memiliki berbagai karya tulis di artikel SEO, dan sebagainnya.
“Dalam belajar komputer bicara, kita harus mau terus mencoba, bertanya, dan terus dikembangkan. Jangan hanya belajar saja, tanpa pernah dipraktikan,” tutur Nugi di kelas komputer bicara.
Cita-Cita Programmer pun kembali di Pangkuan
Seiring berjalannya waktu, Nugi terus menjalani hidup dengan semangat. Hingga sebuah kesempatan memberinya tekad baru untuk kembali menekuni skill programmer yang begitu ia gandrungi. Saat Yayasan Mitra Netra membuka program pelatihan programmer tentang Java Script, hal itu disambut Nugi dengan bahagia dan akhirnya menjadi jawaban atas cita-citanya yang sempat terkubur.
Dalam sebuah acara Bincang Daring Mitra Netra 29 Januari 2022 yang kini bisa ditonton di channel youtube @yayasan Mitra Netra, Nugi menceritakan banyak hal tterkait prosesnya menjadi programmer profesional meski dirinya difabel netra. Bukan hal mustahil, bila seorang difabel memang mau berjuang. Karena tekad Nugi kuat, mulai belajar komputer bicara, skill bahasa inggris, dan tekunnya ia mengikuti kursus programmer pun akhirnya menuntunnya menuju karier resmi sebagai back and programmer di BaZNAS pada 5 Oktober 2021.
Selain cerita langsung via wawancara daring, dalam konten bincang daring Mitra Netra, Nugi menjelaskan prosesnya yang begitu penuh perjuangan dalam meraih posisinya sekarang. Ia harus memahami dengan baik logika matematika, angka-angka coding, dan berbagai alat untuk menyokongnya di dunia programmer, seperti penguasaan java script, mengembangkan skillnya melalui literatur berbahasa asing, berkomunitas di berbagai platform online, dan luring. Semua itu ia jalani demi menuntaskan cita-citanya yang sempat ia rasa hanya sebagai mimpi belaka.
Dalam ceritanya, Nugi mengatakan bahwa proses rekrut yang ia jalani itu mengikuti jalur karyawan seperti biasa. Ia mengikuti proses tes dengan pelayanan yang mirip para kandidat lain. Bedanya pada tes visual, ia dipermudah dengan mengganti tes tersebut menjadi sebuah wawancara. Hingga akhirnya Nugi resmi diterima dan berkerja sebagai staf pengembangan aplikasi di BAZNAS.
Tambahan informasi, nih. Profesi programmer back and atau yang juga dikenal dengan back and developer merupakan perkerjaan yang bertugas di balik layar sebuah aplikasi atau website. Tugas yang dilakukan meliputi menyimpan database, mengembangkan, dan memastikan kinerja sebuah platform. Jadi, perkerjaan seorang back and developer itu berhubungan erat pada sistem kerja server. Tentunya mereka berkerja di balik layar sebuah situs atau aplikasi. Berbeda dengan Front and developer, yang tugas dari programmer in ilebih ke arah konsep visual desain sebuah situs atau aplikasi. Mereka juga bertugas untuk menata sebuah website atau aplikasi. Nah, jadi back and developer untuk saat ini dengan bantuan screen reader, soft where windows, dan peranti lain, seorang difabel netra dapat menjadi programmer seperti Nugi.
“Tentu Mas Nugi ini diterima di BAZNAS melalui tes resmi. Saya sendiri yang merekomendasikannya untuk dijadikan tim programmer. Namun, sebelum ikut tes resmi kantor, saya juga melakukan tes kecil-kecilan untuk menguji kemampuan Nugi ini. Hasilnya membuat saya kagum. Ternyata ia dapat mengerjakan tugas saya dengan baik, menggunakan berbagai peranti pembantu yang digunakannya. Hingga ia mengikuti tes resmi yang dibuka oleh BAZNAS dan diterima berkerja sekaligus menjadi difabel pertama yang ada di kantor kami,” tutur Achmad Setio Adinugroho, Direktur Inovasi dan Teknologi Informasi BAZNAS, pada acara bincang daring Mitra Netra bersama Nugi.[]
Reporter: Wachid Hamdan
Editor : Ajiwan Arief