Views: 10
Solidernews.com, Yogyakarta. MEGAH, mewah, indah, berkelas. Ialah barisan kata yang mewakili kesan eksklusif. Kondisi yang melekat pada display tiap-tiap karya pameran seni kontemporer ARTJOG 2024. Konsep keterkaitan ruang dicipta agar menggambarkan alur. Mengusung tema Motif: Ramalan, membedah batasan waktu, ruang, serta hubungan keduanya, dalam memahami sebuah peristiwa.
Menarik! Meski ekslusif pada tata letak atau display karya, adaptasi nilai inklusif terhadap lingkungan dan pengunjung pameran, tak ditinggalkan. Memperluas kesadaran tentang kesempatan dan kesetaraan, diwujudkan dengan keberadaan Pusat Layanan Disabilitas (PLD) Love ARTJOG.
Dirancang sebagai sebuah gerakan dan ruang inisiatif, Love ARTJOG bertujuan menumbuhkan, mendorong dan memperluas kesadaran bersama, tentang kesetaraan dan kebersamaan. Perumusan program ini telah dimulai sejak 2021. Mengedepankan rasa cinta dan kasih sayang universal, terhadap sesama. Sekaligus mendorong cita-cita sebuah festival yang diselenggarakan oleh semua.
Love ARTJOG, tidak hanya terbatas pada akses pelayanan dan fasilitas fisik bagi difabel. Namun juga ruang luas untuk terlibat aktif dalam penyelenggaraan ARTJOG 2024. Semangat ini mewujud dalam program pameran dan pertunjukkan, serta pendampingan saat kunjungan pameran
Mendobrak eksklusivitas
Salah seorang penanggung jawab ruang pertunjukan, Gading Paksi, memaparkan pandangan inklusivitas ARTJOG. Keunggulan ARTJOG, kata dia, ialah kesediannya mendobrak eksklusivitas seni rupa. Semangat melibatkan dengan sepenuh hati, masyarakat difabel di ruang-ruang pamer, pertunjukkan, serta volunteerism.
“Kami memaknai semangat inklusivitas yang tidak terbatas pada akses pelayanan dan fasilitas (infrastruktur) semata. Kami membongkar paradigma tersebut. Kami memberikan kesempatan sekaligus ruang terbuka. Bersenang-senanglah. Ruang-ruang ARTJOG selalu terbuka, bagi siapa pun pengunjung,” ujarnya di antara press conference, Jumat (28/6/2024).
Lanjutnya, inklusivitas di peristiwa seni yang banyak dibicarakan lebih pada soal infrastuktur. ARTJOG lebih fokus pada, bagaimana sebanyak dan sesering mungkin membuka ruang bagi difabel mau datang dan menonton. “Menonton pameran itu kebiasaan dan kebutuhan. Sehingga peristiwa ini bisa hadir dan jadi bagian bersosial masyarakat. Urusan infrastruktur adalah urusan negara. Sedang kami ini swasta,” tandas Gading.
Pun demikian Broto Wijayanto. Direktur ULD Love ARTJOG ini sepaham dengan apa yang disampaikan Gading Paksi. Asik-asik saja. Silahkan datang, imbuhnya. “Kami akan membantu sebisa kami. Karena kami akan hadir sebagai saudara. Membersamai teman-teman difabel yang hadir di ARTJOG,” ujar Broto.
Broto juga menghimbau kepada para difabel yang hendak mengunjungi pameran, agar melakukan konfirmasi kehadiran terlebih dahulu. Dengan demikian, yang menjadi kebutuhan, dapat terpenuhi selama menikmati pameran.
Program exhibition tour atau tur pameran, menawarkan pengalaman interaktif dan edukatif kepada pengunjung. Dengan harapan, pengunjung mendapatkan pemahaman mengapresiasi karya seni yang dipamerkan. Program ini memiliki misi mendekartkan karya seni dengan publik secara lebih luas.
Jika tahun-tahun sebelumnya agenda tur disabilitas diagendakan 2 – 3 kali. Pada ARTJOG 2024 kali ini, terdapat 9 kali agenda tur disabilitas. Tur pameran bagi komunitas difabel ini, akan menyediakan dukungan dan fasilitas sesuai kebutuhan.[]
Reporter: Harta Nining Wijaya
Editor : Ajiwan Arief