Views: 19
Solidernews.com – Kita sudah memasuki akhir bulan Ramadan, kita harus menyambut sukacita karena akan merayakan kemenangan Idul Fitri setelah berpuasa selama 30 hari dan melakukan beberapa ibadah selama bulan Ramadan. Seperti biasa, banyak keluarga yang akan pulang kampung atau disebut mudik untuk merayakan lebaran bersama keluarga besar selama dua hari. Idul Fitri adalah hari raya paling besar bagi umat Muslim di Indonesia sehingga cuti seminggu menjadi hal lumrah bagi pemerintah dan perusahaan, termasuk tunjangan hari raya (THR) juga rutin dicairkan menjelang Lebaran.
Akan tetapi, tradisi kemenangan ini justru dirusak dengan berbagai pertanyaan bersifat personal dan sensitif, seperti, “kapan nikah?, Kapan punya anak?, Kapan lulus kuliah?, dan lain-lain” secara berulang-ulang setiap tahun. Pertanyaan ini kerap dilontarkan saat bertemu dengan keluarga besar yang sudah lama tidak bertemu bahkan sudah sering bertemu. Pertanyaan ini ternyata memberi efek domino dan tekanan bagi penerima pertanyaan. Penerima pertanyaan akan memberi reaksi positif dan negatif. Reaksi positif adalah bersikap biasa karena menganggap itu hal biasa meski selalu ditanya secara berulang kali dan tidak jarang menjadikannya sebagai motivasi untuk segera menikah atau menyelesaikan semuanya pada tahun berikutnya agar tidak lagi harus ditanya.
Sementara itu, reaksi negatif adalah dapat membuat penerima merasa terganggu, tidak nyaman, dan bahkan memilih tidak datang di acara keluarga atau bahkan juga memilih tidak mudik melainkan memilih untuk berlibur ke tempat wisata dibanding harus berkumpul dengan keluarga besar.
Hal ini dikarenakan adanya dampak psikologis penerima pertanyaan akan merasa terbebani dan tidak nyaman serta tidak sesuai tujuan acara tersebut yang seharusnya membahas tentang hal positif dan umum, seperti bertanya tentang keseharian pekerjaan, hobi, dan aktivitas yang dapat mempererat hubungan keluarga yang harmonis. Oleh karena sebagai Tuli, penulis biasanya akan menghindari pertanyaan terlalu personal dengan tidak menjawab dan terkadang hanya menjawab, “belum” atau”ya” tanpa melanjutkan percakapan. Penulis juga pernah menjauhi diri dan memilih fokus “dunia” sendiri dengan bermain HP. Pertanyaan ini sangat menganggu dan membuat penulis tidak merasa nyaman atau tidak merasa dihargai sebagai individu merdeka yang bebas menentukan tujuan hidup dan pilihan hidup sendiri.
Berbagai pertanyaan tersebut bisa jadi dianggap tidak sopan dan tidak menghargai individu yang memiliki kehidupan berbeda dari kehidupan penanya.
Setiap kehidupan orang dan pilihan hidup itu berbeda sehingga tidak afdol bertanya terlalu personal. Apalagi pernikahan tidak selalu membuat pasangan bahagia, kelulusan tidak selalu berakhir bahagia karena sudah terlalu lelah dengan perjuangan berat agar cepat lulus, dan pasangan belum siap untuk memiliki anak dan masih mau menikmati kebersamaan lebih dulu. Jadi, semua berbeda dan tidak sama. Mereka memang mau ikut acara lebaran tetapi mereka memiliki tujuan sama yaitu merayakan lebaran bersama keluarga besar dan menikmati momen-momen lebaran dengan perasaan sukacita dan rasa syukur setelah melakukan banyak persiapan dan perjalanan jauh.
Jadi, jangan sampai merusak suasana lebaran, ya. Kasihan mereka datang jauh-jauh malah dapat pertanyaan terlalu personal secara berulang kali setiap tahun. Mari hargai perasaan dan pilihan hidup individu yang merdeka.[]
Penulis: Raka Nur Mujahid
Editor : Ajiwan