Views: 28
Solidernews.com, Kraksaan. Sebanyak 20 difabel dari Kabupaten Probolinggo kembali berkumpul di SLB Dharma Asih Kraksaan untuk melanjutkan pelatihan pembuatan telur asin pada pertemuan kedua, Minggu (1/6). Program kolaborasi DPC Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI) Kabupaten Probolinggo dengan PT PLN Nusantara Power UP Paiton ini memasuki fase praktik yang lebih intensif dalam upaya meningkatkan kemandirian ekonomi para difabel melalui alternatif sumber pendapatan.
Berbeda dengan pertemuan pertama yang fokus pada pengenalan teori dan praktik dasar, kali ini peserta berkesempatan memanen hasil kerja keras mereka selama seminggu terakhir. Telur-telur yang sebelumnya telah melalui proses pengasinan kini siap untuk dicuci, dibersihkan, dimasak, hingga dikemas menjadi produk siap jual.
“Untuk hasil pertemuan sebelumnya, saya kemarin bersama teman-teman panitia datang kesini untuk mengecek, dan diluar ekspetasi saya, hasil kerja teman-teman luar biasa bagus,” ungkap Eric, narasumber pelatihan. Meski ada beberapa catatan perbaikan seperti adonan batu bata yang terlalu encer dan penggunaan air garam yang kurang optimal, secara keseluruhan hasil produksi dinilai sangat memuaskan.
Ketua DPC PERTUNI Kabupaten Probolinggo, Moh. Anshori, menjelaskan bahwa kegiatan hari ini tidak hanya fokus pada pemanenan. “Hari ini kegiatannya adalah memanen dan membersihkan telur yang sebelumnya sudah disimpan selama satu minggu, lalu dilanjut dengan perebusan dan pengukusan, lalu lanjut pada praktik pemasaran secara langsung. Untuk hari ini juga ada proses produksi lagi, kalau di pertemuan sebelumnya kita produksi 100 butir, untuk hari ini kita produksi 150 butir.”
Salah satu aspek menarik dari pertemuan kedua ini adalah praktik pemasaran langsung. Setelah proses produksi selesai, peserta langsung terjun memasarkan produk mereka dengan harga Rp 5.000 untuk dua butir telur asin. Pembeli tidak hanya berasal dari kalangan panitia dan peserta yang penasaran dengan hasil kreasinya, tapi juga masyarakat luas.
“Sama dengan pertemuan sebelumnya, saya sangat senang sekali dan mendapat banyak ilmu hari ini, terlebih tadi ada praktik memasak dan mengemasnya. Dan yang paling berkesan ketika mencoba telur asin yang sudah direbus, rasanya bangga dan puas sekali.” ungkap salah satu peserta yang ditemui solider.
Kebanggaan ini bukan tanpa alasan. Kualitas telur asin yang dihasilkan peserta ternyata tidak kalah dengan produk yang dijual di pasaran. Maryam Hamid, salah satu masyarakat yang mencoba hasil produksi, memberikan testimoni positif. “Untuk asinnya buat saya pas, enak dan tidak kalah dengan telur asin yang dijual di pasar. Harganya juga cukup ekonomis, biasanya di tukang sayur atau di pasar harganya 3 ribu per butir, ini 5 ribu dapat 2 butir. Kemasannya juga rapi, bersih, dan menarik.”
Program pelatihan ini merupakan bagian dari visi besar PERTUNI untuk mengubah paradigma masyarakat terhadap difabel. Dari yang semula dipandang sebagai penerima bantuan, kini difabel didorong untuk menjadi pelaku ekonomi produktif yang mampu bersaing di pasar.
“Sudah saatnya difabel tidak hanya menunggu bantuan, melainkan juga aktif memanfaatkan peluang yang ada,” tegas Anshori dalam pertemuan sebelumnya. Filosofi ini terus diterapkan dalam setiap sesi pelatihan, mendorong peserta untuk membangun kepercayaan diri dan kemandirian.
Pertemuan ketiga dijadwalkan pada Minggu, 15 Juni 2025, akan fokus pada panen hasil produksi pertemuan kedua serta pembelajaran mendalam tentang teknik dan strategi pemasaran. Peserta akan dibekali pengetahuan tentang perhitungan modal, bahan baku, hingga strategi menentukan keuntungan yang optimal.[]
Â
Reporter: Syarif Sulaeman
Editor     : Ajiwan






