Views: 4
Bengkulu — Direktur SIGAB Indonesia, M Joni Yulianto, bersama Manajer Program SOLIDER, Rohmanu Solikin, melakukan kunjungan lapangan ke Kelompok Difabel Kelurahan (KDK) Maju Bersama di Kelurahan Sawah Lebar, Kota Bengkulu pada Senin, 14 April 2025. Kelompok ini merupakan dampingan Perkumpulan Mitra Masyarakat Inklusif (PMMI) Bengkulu dalam program SOLIDER yang diimplementasikan di Kota Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong.
Kunjungan ini merupakan bagian dari joint monitoring visit yang melibatkan BAPPENAS dan DFAT (Department of Foreign Affairs and Trade) Australia atas pelaksanaan program Strengthening Social Inclusion for Disability Equity and Rights (SOLIDER). Program ini merupakan bagian dari inisiatif INKLUSI, sebuah kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia untuk memperkuat pembangunan yang lebih inklusif.
Melalui pendampingan yang dilakukan oleh PMMI Bengkulu, KDK Maju Bersama telah tumbuh menjadi ruang kolektif yang memberdayakan masyarakat difabel di tingkat kelurahan. Tidak hanya sebagai wadah untuk saling menguatkan, KDK ini juga menjadi ruang strategis bagi para anggotanya untuk membangun kepercayaan diri dan menyuarakan aspirasi terkait kebutuhan dan kebijakan layanan publik di tingkat lokal.
Salah satu kegiatan utama kelompok ini adalah produksi kerajinan keset dari kain perca. Kegiatan ini bukan sekadar aktivitas ekonomi produktif, namun juga menjadi medium untuk mempererat kebersamaan serta menyampaikan pesan penting tentang eksistensi dan kontribusi komunitas difabel dalam masyarakat.
“Apa yang dikerjakan oleh KDK Sawah Lebar, bagi PMMI lebih dari sekedar memproduksi keset, melainkan memberi nilai tambah atas sesuatu yang selama ini sudah dianggap tidak berharga. Bahan untuk membuat keset ini sangat mudah didapat dari kain-kain bekas yang ada di sekitar masyarakat dan menjadi lebih bernilai dengan diproduksi menjadi keset yang dapat digunakan kembali. Selain itu, dalam proses produksi keset ini pula ada interaksi antar anggota KDK yang membuat mereka saling menguatkan satu sama lain dan menjadi lebih terhubung sebagai sebuah komunitas. Di sinilah sebenarnya peran pentingnya, dimana interaksi antar difabel menjadikan mereka saling menguatkan dan dapat bertumbuh bersama dalam sebuah wadah KDK.”, demikian disampaikan Irna Riza Yuliastuti, Ketua PMMI yang juga koordinator program SOLIDER di Bengkulu.
“Kami melihat bagaimana kelompok ini bukan hanya aktif secara sosial, tapi juga mampu menjadi corong suara bagi perubahan kebijakan yang lebih inklusif di tingkat kelurahan,” ujar Joni Yulianto dalam kunjungan tersebut.
Program SOLIDER yang diimplementasikan oleh SIGAB Indonesia bersama sejumlah mitra lokal seperti PMMI Bengkulu terus mendorong pendekatan berbasis komunitas untuk memperkuat partisipasi bermakna difabel dalam pembangunan. Pendekatan ini sekaligus menunjukkan bahwa perubahan menuju masyarakat inklusif dapat dimulai dari tingkat paling dekat dengan warga, yaitu kelurahan.
Tentang Program INKLUSI:
Program INKLUSI (Kemitraan Australia-Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif) mendukung organisasi masyarakat sipil di Indonesia untuk mendorong layanan publik yang lebih adil, setara, dan responsif terhadap kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas. SIGAB Indonesia merupakan salah satu mitra pelaksana program ini melalui inisiatif SOLIDER.