Views: 45
Solidernews.com – Kota Probolinggo menjadi tuan rumah kunjungan resmi Tim Stapleton, Minister Counsellor Tata Kelola dan Pembangunan Manusia dari Kedutaan Besar Australia, pada Kamis (6/2/2025) bertempat di Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo. Kegiatan ini juga melibatkan Pemerintah Kabupaten Probolinggo, menandai kolaborasi antara kedua wilayah dalam upaya mewujudkan masyarakat inklusif. Kunjungan ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Sekretariat INKLUSI, KIAT/GESIT, Pemerintah Kota Probolinggo, Pemerintah Kabupaten Probolinggo, perwakilan perusahaan swasta, SIGAB Indonesia, PPDiS, Muslimat NU, Pertuni, dan Kelompok Difabel Kelurahan (KDK).
Kunjungan ini menjadi momen penting untuk membuka ruang diskusi mengenai kemitraan Indonesia-Australia melalui berbagai program yang mendukung inklusi difabel. Salah satu tujuan utama kunjungan ini adalah membahas kolaborasi yang telah terjalin antara berbagai pihak dalam mendorong terciptanya masyarakat inklusif, khususnya bagi kelompok difabel. Program INKLUSI yang diimplementasikan oleh SIGAB Indonesia dan PPDiS, serta Program KIAT/GESIT yang diimplementasikan oleh Muslimat NU dan Pertuni, menjadi fokus utama dalam diskusi tersebut. Program-program ini bertujuan memperkuat kerja sama dengan Pemerintah Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo dalam menangani isu-isu terkait hak dan pemberdayaan difabel.
Dyah Sajekti Widowati Sigit, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Litbang Kota Probolinggo, menyampaikan apresiasi atas upaya pemerintah daerah dalam menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi difabel. Salah satunya adalah dengan diterbitkannya Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2024 tentang Pemenuhan dan Perlindungan Difabel, yang menandai komitmen kuat untuk menjamin hak-hak difabel. Selain itu Pemerintah Kota Probolinggo juga telah merancang rencana aksi untuk meningkatkan pemberdayaan difabel pada periode 2025-2029.
Wawan Sugiantono, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Probolinggo, menambahkan bahwa sejak 2022, Pemerintah Kota Probolinggo telah menjalin kerja sama dengan PPDiS melalui Program SOLIDER dan berhasil meraih predikat sebagai “Kota Inklusif.” Hal ini menunjukkan langkah maju Kota Probolinggo dalam menjamin aksesibilitas dan kesetaraan bagi difabel. Sementara itu, perwakilan dari Kabupaten Probolinggo juga menyampaikan komitmennya untuk mendukung program-program serupa di wilayahnya.
Dalam sambutannya, Tim Stapleton, Minister Counsellor Tata Kelola dan Pembangunan Manusia dari Kedutaan Besar Australia, mengapresiasi komitmen Pemerintah Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo dalam menciptakan masyarakat inklusif dan memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal. Tim Stapleton menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah dan komunitas difabel untuk mendorong perubahan signifikan bagi kelompok rentan ini.
Pada kesempatan yang sama, perwakilan dari SIGAB Indonesia, PPDiS, Muslimat NU, Pertuni, dan KDK Curahgrinting memaparkan berbagai kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung inklusi difabel, termasuk pelatihan keterampilan (life skills) bagi difabel dan upaya meningkatkan aksesibilitas di seluruh daerah.
Dalam sesi diskusi, Ninik Heca dari SIGAB Indonesia sebagai moderator diskusi menanyakan kepada Tim Stapleton mengenai praktik baik yang dapat dipelajari dari Australia, khususnya dalam pemenuhan hak-hak difabel. Tim Stapleton menjelaskan bahwa tantangan utama yang dihadapi difabel di Australia adalah kurangnya aksesibilitas dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat, serta ketidaksiapan layanan publik untuk memenuhi kebutuhan difabel. “Tantangan terbesar difabel di Australia adalah partisipasi di masyarakat dan akses layanan publik yang tidak didesain untuk teman-teman difabel,” jelasnya.
Namun, Pemerintah Australia telah mengambil langkah melalui Program National Disability Insurance Scheme (NDIS), yang memberikan dukungan bagi difabel untuk hidup mandiri dan berpartisipasi dalam masyarakat. Tim Stapleton mencontohkan pengalaman kakak iparnya yang merupakan difabel autis dan kini bekerja secara mandiri di sebuah kafe. Pengalaman ini menjadi bukti nyata bahwa dukungan yang tepat dapat mengubah hidup seorang difabel.
Kunjungan ini ditutup dengan penegasan dari Dinas Perhubungan Kabupaten Probolinggo mengenai komitmennya untuk memastikan infrastruktur berperspektif GEDSI (Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial) agar tidak ada satu pun warga yang tertinggal. Pemerintah Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo berharap kerja sama antara Australia dan Indonesia dapat memperkuat upaya pembangunan daerah, khususnya dalam menciptakan wilayah yang lebih inklusif dan ramah bagi difabel
Secara keseluruhan, kunjungan ini mencerminkan semangat kolaborasi antara pemerintah, lembaga internasional, dan organisasi difabel dalam mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif. Ke depan, harapannya lebih banyak wilayah yang mengadopsi kebijakan dan program inklusif sehingga tidak ada satu pun individu yang tertinggal dalam pembangunan
Kegiatan ini didukung oleh Program INKLUSI (Program Kemitraan Pemerintah Australia-Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif) dan Program KIAT/GESIT.[]
Penulis: Indri Kana
Editor : Ajiwan