Views: 2
Solidernews.com – Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin (Unhas) menerima kunjungan dari para Duta Bahasa Sulawesi Selatan dalam rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat yang berlangsung di kantor pusat disabilitas Unhas, Rabu (23/7). Agenda utama kunjungan ini adalah menawarkan kolaborasi dalam dua inisiatif utama. Penyusunan buku profil mahasiswa difabel Unhas dan pengembangan website pengajaran Bahasa Indonesia yang dirancang khusus untuk komunitas Tuli. Koordinator Divisi Kerelawanan Pusat Disabilitas, Ardiati, menyambut baik inisiatif tersebut.
“Kita sangat terbuka dengan kolaborasi ya, tapi alangkah baiknya untuk berkomunikasi juga dengan organisasi difabel, khususnya komunitas Tuli. Apalagi dalam perancangan website. Itu kan lahir dari budaya Tuli, jadi penting sekali untuk melibatkan mereka secara langsung,” ujar koordinator divisi kerelawanan.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh mahasiswa difabel Unhas yang menjadi representasi komunitas difabel. Mereka menyuarakan aspirasi dan harapan agar setiap inisiatif tidak hanya berbicara _tentang_ mereka, tetapi juga _bersama_ mereka, sejalan dengan prinsip “Nothing About Us Without Us.”
“Jadi duta bahasa itu harus mengabdi, ada tugas untuk memberdayakan. Nah, dalam hal ini kami pikir teman-teman difabel itu adalah sasaran yang tepat. Karena terkait dengan bahasa, biasanya difabel dikaitkan dengan kemampuan berbahasa yang minim,” ungkap Gita, salah satu perwakilan duta bahasa Sulawesi Selatan.
Kegiatan ini mencerminkan sinergi positif antara institusi pendidikan, pegiat kebahasaan, dan komunitas difabel dalam mendorong pengabdian yang lebih inklusif. Namun demikian, keterlibatan langsung komunitas difabel sejak tahap perencanaan menjadi kunci utama untuk menjamin relevansi dan keberterimaan program. Upaya seperti pembuatan website pengajaran Bahasa Indonesia untuk Tuli harus mempertimbangkan pendekatan visual dan partisipatif yang sesuai dengan kebutuhan pengguna Tuli, serta melibatkan pakar bahasa isyarat dan komunitas Tuli itu sendiri. Kunjungan ini juga menandai momen penting bagi Duta Bahasa untuk memperluas cakupan pengabdiannya, dari sekadar pelestarian bahasa ke arah advokasi linguistik yang lebih adil. Ketika kebahasaan disandingkan dengan keberagaman kemampuan, maka misi pemberdayaan pun menjadi lebih utuh dan bermakna.[]
Reporter: Nabila
Editor : Ajiwan






