Views: 63
Solidernews.com – Kuni Fatonah, perempuan difabel ini telah lama berkiprah dan berbuat untuk upaya melakukan perlindungan dan pemenuhan hak difabel. ia yakin betul bahwa inklusivitas itu niscaya. Pemberdayaan dan berbagai upaya wujudkan inklusi dari desa adalah jalan terbaik yang selama ini ia lakukan. Perjuangan Menyuarakan Inklusi bagi Individu Difabel di Desa.
Sejak bergabung dengan Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difablel (SIGAB) pada tahun 2015, Kuni Fatonah telah menjadi pendukung utama dalam advokasi inklusi bagi individu difabel di desa. Selain sebagai staf Program Inklusi, Kuni juga merupakan sosok yang menginspirasi perubahan di komunitasnya.
Keterlibatannya tidak terbatas pada tugas resmi, namun juga melibatkan diri aktif dalam berbagai komunitas difabel. Hal ini mencerminkan komitmennya dalam memastikan bahwa hak dan kesempatan yang setara tersedia bagi semua individu difabel. “Saya sendiri adalah difabel. Saya berharap agar setiap difabel memiliki kesempatan yang sama,” ungkapnya.
Dengan mengusung visi desa inklusi, Kuni menjadi pelopor dalam membentuk kelompok difabel sebagai platform untuk menyuarakan aspirasi mereka dan memberikan tempat bagi pengembangan potensi yang selama ini terlupakan. Namun, dedikasinya tidak berhenti di sana. Ia gigih dalam memperjuangkan pemahaman isu-isu difabel di desa, mendorong desa-desa dan kelurahan untuk memberikan ruang yang setara bagi setiap individu difabel.
Pada tahun 2015, langkah awal dimulai dengan pembentukan Kelompok Difabel Desa di enam desa kecamatan Lendah serta dua desa di Sleman. Perjalanan ini terus berlanjut hingga tahun 2022, di mana upaya yang dilakukan telah meluas ke enam desa di Bantul dan enam desa di Kulonprogo.
Kuni, bersama dengan teman-teman dari komunitasnya di Ngaglik, Sleman, aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan bermanfaat. Salah satunya adalah keikutsertaannya dalam program Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bank Difabel yang mendukung inklusi sosial. Kelompok simpan pinjam difabel yang dimulai dari tahun 2015, sebuah kelompok terbentuk karena melihat banyaknya teman-teman yang memiliki usaha mandiri, seperti kerajinan tas, menjahit, dan merajut. Dengan awalnya hanya 15 orang yang mengumpulkan sumbangan sebesar 25 ribu rupiah, kelompok ini berkembang pesat, terutama setelah menerima bantuan donasi sebesar 120 juta rupiah dari Australia. Kuni dan sepuluh orang lainnya bersatu untuk mengawasi dan mengevaluasi KSP Bank Difabel ini, yang kini telah berkembang pesat hingga memiliki modal sebesar 300 juta rupiah. Sebagai ketua, Kuni tak pernah lepas dari kerjasama dengan anggota lainnya. Meskipun pinjaman tersedia bagi yang membutuhkan, prosesnya tidaklah instan; ada syarat yang harus dipenuhi dan survei dilakukan untuk memastikan pinjaman diberikan kepada yang benar-benar membutuhkan. Kini KSP Bank Difabel telah memilih kantor di Jalan Palagan Tentara Pelajar, Panggungsari, Sariharjo, Naglik, Sleman. Kuni juga aktif mengadakan reli roda tiga bersama teman-teman difabel di Naglik, Sleman yang bertujuan untuk memperjuangkan aksesibilitas bagi difabel. Kegiatan ini dilaksanakan di Dasa Wisma Desa, sebagai upaya konkrit untuk turut serta memajukan kampung halaman mereka.
Melalui setiap kata yang diungkapkan, terpancarlah optimisme yang kuat dari Kuni. Baginya, jika setiap desa mampu menjadi inklusif, hal ini akan menjadi pondasi yang kokoh menuju inklusi yang lebih luas. Bukan hanya di tingkat lokal, namun juga merambah ke tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, dan akhirnya mewujudkan visi inklusi bagi seluruh masyarakat. Hal ini sejalan dengan visi dan misi SIGAB.
Saat ini, perannya sebagai Project Officer Nasional menempatkannya dalam tanggung jawab yang meliputi empat wilayah dampingan utama, yaitu Yogyakarta, Kalimantan Timur, Jawa Timur, dan NTT. Dalam perannya ini, Kuni terlibat aktif dalam mengkoordinasikan kegiatan yang melibatkan 50 desa atau kelurahan di wilayah-wilayah tersebut. Tugasnya tidak hanya sebatas koordinasi, tetapi juga dalam memastikan implementasi program INKLUSI berjalan dengan lancar di setiap wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.[]
Reporter: Hasan
Editor : Ajiwan Arief