Views: 62
Solidernews.com – Difabilitas terkadang memang mencipta keterbatasan. Tapi tidak bagi mereka yang telah mengubah cara pandang. Dengan difabilitas justru menjadi ladang amal untuk berbagi kebaikan. Dan yang pasti, keterbatasan tak boleh menjadi sekat untuk memisahkan. Hal ini pulalah yang dilakukan oleh Komunitas Pelangi Kasih. Sebuah komunitas yang berangkat dari perbedaan keyakinan dan keragaman difabilitas, namun memiliki kesamaan minat. Yakni berbagi keindahan.
“Ketika berbagai warna disatukan akan terjadi perpaduan indah dalam wujud pelangi untuk memberikan keindahan. Inilah alasan mengapa kami memberikan nama komunitas ini Pelangi Kasih.” Ujar Muji Kusnanto, ketua dan coordinator Pelangi Kasih yang lebih akrab disapa Momo ini menjelaskan.
Maka resmilah, 17 September 2021 menjadi awal perjuangan teman-teman difabel dari berbagai wilayah untuk berbagi kebahagiaan dengan bergabung menjadi relawan. Ya, berbagi senyum keceriaan, dilakukan komunitas ini dengan memberikan semangat pada sesama yang membutuhkan.
Lalu bagaimana awalnya komunitas ini lahir dan dibesarkan? Adalah Momo yang mengisahkan kegelisahan hatinya pada Yohanes, pria paraplegia yang sudah dianggapnya sebagai saudara karena memiliki kesamaan misi untuk kemanusiaan. Kepada Yohanes pula, Momo mengutarakan niatnya bagaimana agar bisa membantu teman-teman paraplegia yang mengalami decubitus. Gayung bersambut. Yohanes, pria yang telah hampir 48 tahun mengalami paraplegia, sempat menghabiskan waktu untuk berobat sampai ke Singapura dan China, tahu betul bagaimana mengalami decubitus. Telah berdamai dengan dirinya sendiri bahwa paraplegia yang dialami tak bisa disembuhkan, jadilah ia penyandang dana untuk berbagi obat-obatan dari donasi pribadi dengan teman-teman difabel lain menjadi relawan yang mengantarkan bahan bantuan.
“Awal mula komunitas ini didirikan sebenarnya hanya ingin menciptakan kualitas hidup, kualitas kesehatan, aksebilitas, dan kemandirian dari teman-teman difabel dan keluarganya terutama buat mereka yang mengalami paraplegia.” Maka bersama Yohanes, Momo mengambil cara mudah untuk mengenalkan Pelangi Kasih pada masyarakat. Media sosial mereka gunakan untuk menyebar informasi. Mereka membagikan hasil kegiatan mereka yang semula hanya berdua melalui facebook. Dari postingan yang mereka unggah sempat menarik perhatian beberapa donatur pribadi. Maka dari situlah teman-teman difabel menyatakan niat bergabung menjadi relawan.
“Selama ini masih sedikit komunitas difabel yang memiliki ketertarikan untuk berbagi dengan sesama.” Ujar Momo yang ditemui di sela kunjungan ke salah satu teman difabel di wilayah Karangrejek, Gunungkidul.
“Awalnya kami hanya memberikan bantuan obat-obatan untuk perawataan luka decubitus bagi teman-teman paraplegia. Hal ini dikarenakan untuk penyembuhan luka decubitus itu memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Namun karena minimnya obat dan biaya sampai ada beberapa teman paraplegia dengan decubitus yang sudah meninggal.” Lanjut Momo mengenangkan.
Seiring dengan kondisi di lapangan, program-program yang dilakukan Komunitas Pelangi Kasih makin berkembang. Dari memberikan obat-obatan khusus untuk mereka yang mengalami decubitus, akhirnya mereka bisa memberikan bantuan lain berupa peminjaman alat bantu bagi difabel di sekitar mereka. Ada walker, kursi roda, threepod atau kebutuhan lainnya.
“Kenapa hanya kami pinjamkan? Supaya alat bantu tersebut tidak dijual dan dirawat dengan baik. Jika sudah tidak diperlukan bisa dikembalikan dan digunakan oleh yang lain.” Momo menambahkan. Komunitas ini bahkan berhasil menggalang dana untuk melakukan perbaikan kamar mandi yang tidak akses agar menjadi lebih akses dan mudah digunakan bagi teman-teman difabel.
“Dari situ pula kami akhirnya bisa berbagi kasur busa bagi mereka. Membagikan paket sembako saat Covid 19 melanda sesuai kemampuan dana yang kami miliki, memberikan kacamata gratis, memberikan pemberdayaan melalui pelatihan batik sibori, merajut dan aneka keterampilan lain buat teman-teman difabel yang membutuhkan.” Ujar pria asal Bantul yang pernah menjadi staff Psikososial di Yakkum ini mengisahkan.
Bila awalnya hanya membantu mereka yang ada di wilayah Yogya, Momo menyampaikan bahwa akhirnya Pelangi Kasih mulai merambahkan program ke Jawa tengah. Ada Wonogiri, Karanganyar, Klaten dan Banyumas. Hanya saja untuk wilayah yang jauh, layanan yang diberikan masih terbatas obat-obatan bagi mereka yang mengalami decubitus.
Memiliki dampingan 80 orang dan 15 relawan yang datang dari beragam difabilitas dan daerah, Pelangi Kasih membuat basecamp di tiga tempat untuk kemudahan dan kelancaran program. Di Bantul, Klaten dan Gunungkidul.
“Gunungkidul kami pilih sebagai daerah dampingan utama karena kondisi warga dampingan yang jauh dengan fasilitas kesehatan. Daerahnya berbukit-bukit dan naik turun dengan jalan masuk yang aksesnya banyak yang rusak.” Tutur Momo sambil menjelaskan basecamp induknya ada di Juwangen, Purwomartani, Kalasan. Di Toko Sumber Laris jalan Sambisari.
Satu demi satu akhirnya para relawan datang, bergabung tanpa bayaran. Hingga Pelangi Kasih muncul dengan semburatnya menghiasi cakrawala jingga.
“Jadi, jangan cari yang hilang. Gunakan saja apa yang masih kita miliki dan hidup harus bermanfaat bagi orang lain.” Pungkas Momo dengan kata motivasi yang sering ia tegaskan untuk menyemangati diri dan teman-teman relawan.[]
Reporter: Riyanti
Editor : Ajiwan