Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Komunikasi Non-Verbal dan kaitannya dengan individu autistic

Views: 16

Solidernews.com – Komunikasi non-verbal adalah cara penyampaian informasi dari 1 pihak ke pihak lainnya tanpa menggunakan kata kata. Adapun 9 tipe komunikasi non-verbal ini yaitu ekspresi wajah, gestur, paralinguistic, Bahasa tubuh, proksemik, tatapan mata/sentuhan, penampilan dan gambar. Ekspresi wajah misalnya ekspresi sedih, tertawa, tersenyum dan lain sebagainya yang ditunjukkan kepada lawan bicara. Gestur misalnya adalah Ketika jempol diatas artinya itu ok, sedangkan apabila jempol dibawah itu artinya ada hal buruk yang orang tersebut lakukan. Paralinguistic yaitu dimana setiap kata atau kalimat bisa memiliki makna yang berbeda bergantung dari intonasi suara yang dikeluarkan. Misalnya, kata ‘anjing’ dengan nada pelan berbeda maknanya dengan kata ‘anjing’ dengan nada suara keras disituasi dan kondisi tertentu. Untuk Bahasa tubuh misalnya pada saat ada orang yang membungkuk padahal biasanya tidak begitu, itu artinya orang tersebut kondisinya sedang tidak baik baik saja. Proksemik yaitu jarak berbicara antara individu 1 dengan individu lainnya bisa bervariasi tergantung situasi dan kondisi. Tatapan mata/sentuhan misalnya cara menatap/menyentuh antara orang yang disukai dan orang yang tidak disukai akan berbeda beda caranya. Untuk penampilan misalnya cara berpenampilan antara bertemu orang penting dengan bertemu dengan orang yang dianggap kurang penting akan berbeda. Sedangkan untuk komunikasi non verbal dalam bentuk gambar misalnya adalah antara gambar Bintang menurut Masyarakat Eropa dengan gambar Bintang menurut Masyarakat asia bisa saja memiliki makna yang berbeda beda.

 

Komunikasi non-verbal memiliki 5 peran yang berbeda yaitu repetisi, kontradiksi, subtitusi, pelengkap dan penekanan. Repetisi artinya komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk memperkuat pesan verbal yang akan disampaikan ke orang lain. Semakin berulang jumlah komunikasi verbal dan non-verbal yang sinkron antara satu dengan yang lain semakin besar juga kemungkinan lawan bicara akan percaya dengan pesan yang ingin disampaikan. Sedangkan fungsi kontradiksi memiliki peran yang berbeda dengan peran repetisi. Fungsi ini justru memperlemah pesan verbal yang ingin disampaikan ke lawan bicara karena komunikasi verbal dengan komunikasi non-verbal yang tidak sinkron. Semakin banyak dan berulang jumlah ketidaksinkronan antara komunikasi verbal dan non-verbal seseorang maka akan memperkecil kemungkinan lawan bicara untuk mempercayai pesan yang disampaikan kepadanya. Fungsi selanjutnya yaitu fungsi subtitusi yaitu dimana terkadang komunikasi non-verbal menyampaikan pesan yang lebih kuat dibandingkan komunikasi verbal. Fungsi pelengkap yaitu fungsi dimana komunikasi non-verbal bisa memperkuat komunikasi verbal yang dilakukan apabila komunikasi verbal dan non verbal sinkron antara satu dengan yang lain, dan berlaku juga untuk sebaliknya. Fungsi terakhir yaitu fungsi penekanan dimana komunikasi non-verbal dapat menjadi penekanan bahwa pesan verbal yang ingin disampaikan adalah pesan yang sangat penting.

 

Kaitan komunikasi non-verbal dengan individu autistic

Dalam buku DSM V menyebutkan bahwa mayoritas individu autistic mengalami kesulitan terkait Bahasa tubuh/komunikasi non-verbal. Kesulitan kesulitan yang individu autistic alami terkait hal ini yaitu minimnya penggunaan Bahasa tubuh non-verbal pada saat berkomunikasi secara verbal, sulitnya bagi individu autistic untuk memahami atau membaca Bahasa tubuh non-verbal dari orang lain, penggunaan Bahasa non-verbal yang seringkali tidak sinkron dengan Bahasa verbal yang disampaikan dan penggunaan Bahasa non-verbal tertentu di waktu yang salah. Tentu saja kesulitan ini tampaknya hanya 1 yaitu kesulitan terkait bahasa non-verbal. Namun kesulitan semacam ini dapat berdampak luas pada kehidupan seseorang. Contoh, bahasa verbal dan non-verbal yang tidak sinkron yang dilakukan individu autistic dapat memperlemah kekuatan pesan yang ingin disampaikan, membuat orang lain lebih sulit percaya dengan pesan dari individu autistic tersebut bahkan bisa saja menganggap bahwa individu autistic itu berbohong pada saat individu tersebut sebenarnya individu tersebut menyampaikan pesan yang jujur. Jika kesulitan ini terbawa pada saat bersosialisasi dengan orang lain maka kesulitan ini akan berdampak pada sulit bergaulnya individu autistic tersebut. Apabila kesulitan ini terbawa pada saat proses hukum, maka kesulitan ini akan berdampak pada diragukannya kredibilitas individu autistic tersebut di proses pengadilan baik sebagai saksi maupun sebagai orang yang membela diri Ketika ia menjadi korban. Kesulitan terkait non-verbal ini dapat menghambat individu autistic tersebut untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Oleh karena individu yang mengalami kesulitan dibidang ini dapat masuk kategori sebagai orang dengan difabel dan individu autistic salah satu kesulitannya adalah pada bidang komunikasi/bahasa non-verbal.

 

Adapun penyebab dari kesulitan ini terjadi adalah karena otak individu autistic memiliki koneksi saraf yang berbeda dibandingkan individu non autistic. Pada individu autistic mereka memiliki saraf otak yang lebih banyak dibandingkan non autistic. Namun jumlah fiber otak yang berwarna abu-abu lebih sedikit dibandingkan yang non autistic. Banyak atau sedikitnya jumlah fiber otak yang berwarna abu-abu inilah yang diduga menentukan peka atau tidaknya seseorang terhadap bahasa non-verbal.

 

Pesan penulis

Pada tulisan ini, penulis ingin menyampaikan tentang definisi, tipe fungsi dan kaitan antara komunikasi non-verbal dengan individu autistic. Dari tulisan ini pembaca dapat melihat bahwa betapa berartinya penggunaan komunikasi non-verbal dan dampak serius yang akan terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan komunikasi non-verbal tersebut. Bahkan kesulitan akibat dari hal tersebut adalah terhambatnya individu tersebut melakukan aktivitas sehari-hari dan berpartisipasi dalam Masyarakat. Tentu saja keterampilan komunikasi non- verbal ini bisa dilatih, namun untuk individu autistic akan membutuhkan waktu yang lebih lama karena mereka memang tidak memiliki kemampuan alami untuk menggunakan bahasa tubuh non-verbal. Namun, tolong jangan dipaksakan agar individu autistic menguasai keterampilan ini ya, karena setiap individu autistic memiliki kecepatan belajar yang berbeda beda dan beberapa individu autistic ada yang merasa tersiksa apabila dipaksa belajar keterampilan Bahasa tubuh non-verbal bagian tertentu.[]

 

Penulis: Rahmat Fahri Naim

Editor     : Ajiwan

 

Biodata penulis

Rahmat Fahri Naim merupakan individu dengan difabel ganda. Pertama ia memiliki kondisi spektrum autisme. Kedua, ia memiliki kondisi narkolepsi, kondisi yang masuk dalam kategori gangguan langka atau rare disorder. Saat ini tergabung di Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel Indonesia. Ia memiliki minat untuk mendalami isu isu Invisible Difability atau yang dalam Bahasa Indonesianya disebut difabel tak kasat mata. Penulis bisa dihubungi melalui akun r_fahri_n yaitu id instagramnya.

 

Sumber bacaan

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Washington DC: American Psychiatric Association

https://www.verywellmind.com/types-of-nonverbal-communication-2795397

https://www.helpguide.org/articles/relationships-communication/nonverbal-communication.htm

Wilkinson, M., Wang, R., van der Kouwe, A., & Takahashi, E. (2016). White and gray matter fiber pathways in autism spectrum disorder revealed by ex vivo diffusion MR tractography. Brain and behavior6(7), e00483. https://doi.org/10.1002/brb3.483

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air