Views: 6
Solidernews.com – Dalam upaya untuk memberikan dukungan berkelanjutan kepada orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK), diperlukan sistem yang mampu mengidentifikasi dan membina pemimpin baru yang kompeten dan inspiratif. Salah satu inisiatif yang muncul dari kolaborasi antara Sasakawa Health Foundation (SHF) Jepang dan Perhimpunan Mandiri Kusta (PerMaTa) Sulsel, dan Yayasan Dedikasi Tjipta Indonesia (YDTI) sebagi host adalah program pelatihan dan pengembangan kepemimpinan bagi OYPMK.
Program ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat struktur organisasi OYPMK tetapi juga untuk memastikan bahwa para pemimpin baru ini memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi teladan dan suara bagi komunitas mereka. Melalui serangkaian pelatihan intensif, mentoring, dan dukungan berkelanjutan, diharapkan para pemimpin OYPMK dapat menjalankan peran mereka dengan efektif, menginspirasi perubahan positif, dan memperjuangkan hak-hak serta kesejahteraan komunitas OYPMK.
Selain itu, inisiatif ini juga mendorong partisipasi aktif dari para OYPMK dalam berbagai kegiatan sosial dan ekonomi, membantu mereka untuk lebih terlibat dalam masyarakat luas. Dengan demikian, program ini berkontribusi pada pengurangan stigma dan diskriminasi terhadap OYPMK, serta memperkuat solidaritas dan kohesi sosial di tingkat lokal maupun nasional.
Kolaborasi antara SHF dan PerMaTa Sulsel ini menunjukkan pentingnya pendekatan kolaboratif dalam pemberdayaan komunitas, di mana berbagai pihak bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar. Dengan adanya dukungan yang kuat dan berkelanjutan, diharapkan para pemimpin baru ini dapat terus berkembang dan membawa perubahan yang berarti bagi masa depan OYPMK dan komunitas mereka.
Membangun Sistem Berkelanjutan untuk Pembinaan Pemimpin OYPMK
Tujuan utama dari program ini adalah membangun sistem yang mampu secara berkelanjutan mengidentifikasi dan membina pemimpin baru di kalangan Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK). Hal ini penting untuk mengatasi masalah utama yang dihadapi komunitas OYPMK, yaitu stigma dan diskriminasi.
Al Kadri dari PerMaTa menegaskan, “Tujuan utamanya adalah melahirkan anak muda yang pernah mengalami kusta sebagai pemimpin yang mampu mendampingi dan mengkomunikasikan isu-isu terkait penyakit kusta.”
“Permasalahan utama kusta adalah stigma, dan kami yakin hanya kaum muda yang pernah mengalami kusta (OYPMK) sendiri yang dapat mengurangi atau menghapus stigma serta diskriminasi tersebut,” imbuhnya.
Sistem ini dirancang dengan tujuan agar para pemimpin yang terpilih memiliki kapabilitas yang mumpuni serta dedikasi dan komitmen untuk membawa perubahan positif bagi komunitas mereka. Ini dilakukan melalui serangkaian proses identifikasi, pembinaan, dan pelatihan yang berkelanjutan.
Program ini menekankan pentingnya dukungan berkelanjutan, di mana pemimpin yang telah teridentifikasi akan dibina dan dilatih agar mampu mengatasi tantangan yang dihadapi oleh OYPMK dengan efektif. Dengan demikian, mereka bisa menjadi teladan dan inspirasi bagi komunitas mereka.
“Kegiatan ini tentu luar biasa karena akan mendampingi atau menggembleng minimal 2 anak muda OYPMK untuk menjadi seorang pemimpin atau seorang role model,” lanjutnya.
Dengan adanya program ini, diharapkan dapat tercipta sebuah generasi pemimpin muda OYPMK yang tidak hanya mampu berdiri tegak di tengah komunitasnya, tetapi juga mampu menginspirasi dan mendorong perubahan positif yang signifikan dalam upaya menghapus stigma dan diskriminasi terhadap kusta.
Kriteria Kandidat yang Cocok untuk Beasiswa Sasakawa Leprosy Initiative (SLI)
Untuk memastikan kualitas pemimpin yang dihasilkan, program ini menetapkan beberapa kriteria penting bagi para kandidat beasiswa Sasakawa Leprosy Initiative (SLI). Pertama, kandidat haruslah seseorang yang bisa mewakili suara mereka yang selama ini tidak terdengar sebagai pemimpin Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK). Pemimpin ini harus mampu mengangkat isu-isu penting yang dihadapi oleh OYPMK dan memperjuangkan hak-hak mereka.
Selain itu, calon pemimpin harus menggunakan pengalaman pribadi mereka untuk mendukung orang lain dengan tulus, bukan untuk mencari keuntungan pribadi. Sikap altruistik ini sangat penting untuk memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan benar-benar bertujuan untuk kebaikan bersama, bukan untuk kepentingan individu. Kemampuan untuk memberikan dukungan emosional dan moral kepada sesama OYPMK merupakan kunci untuk membangun komunitas yang kuat dan saling mendukung.
Terakhir, kandidat harus memiliki kemampuan mendengarkan dengan baik suara OYPMK dan memiliki kemauan yang kuat untuk bekerja memperbaiki situasi mereka. Pemimpin ini harus berkomitmen untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh OYPMK dan membawa perubahan positif yang nyata. Dedikasi dan tekad untuk terus memperjuangkan hak-hak OYPMK adalah ciri khas yang diharapkan dari setiap kandidat.
Berdasarkan kriteria tersebut, pada tanggal 12 Juni 2024, PerMaTa Sulsel mengadakan seleksi kandidat di Makassar. Seleksi ini diawali dengan tahap pemberkasan administrasi, diikuti dengan seleksi wawancara yang ketat. Setelah melalui proses seleksi yang mendalam, terpilihlah empat pemuda yang dianggap memenuhi semua kriteria yang telah ditetapkan. Mereka adalah Fichrin Hidayat dari Pangkep, Nuni dari Maros, Khasmawati dari Bantaeng, dan Hasan Basri dari Jawa Barat. Keempat pemuda ini dipilih karena mereka dianggap memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin yang mampu menyuarakan isu-isu kusta secara efektif. Tim seleksi beasiswa SLI terdiri dari Takahiro Nanri (SHF), Chiemi SANGA (SHF), Al Kadri (PerMaTa), Kerstin Beise (YDTI), Doddy Tumanduk (YDTI) dan Yuliati (PerMaTa).
Keempat pemuda terpilih ini akan mengikuti serangkaian pelatihan intensif untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka. Pelatihan ini dirancang untuk membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi advokat yang efektif bagi OYPMK. Dengan dukungan dan pembinaan yang tepat, diharapkan mereka akan mampu membawa perubahan positif dan memberikan kontribusi nyata dalam upaya mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap OYPMK.
Dengan demikian, program beasiswa Sasakawa Leprosy Initiative (SLI) tidak hanya berfokus pada pemberian beasiswa, tetapi juga pada pengembangan kepemimpinan yang berdedikasi untuk memperjuangkan hak-hak OYPMK. Melalui seleksi yang ketat dan pelatihan yang komprehensif, diharapkan para pemimpin masa depan ini akan mampu menginspirasi dan memimpin perubahan yang positif dalam masyarakat.
Memperkuat Organisasi OYPMK Melalui Pengembangan Pemimpin Baru
Dengan adanya sistem ini, diharapkan organisasi OYPMK bisa semakin kuat dan solid. Pemimpin-pemimpin baru yang teridentifikasi dan dibina melalui program ini akan menjadi pilar penting dalam upaya pemberdayaan komunitas OYPMK. Mereka tidak hanya akan membawa semangat baru tetapi juga ide-ide segar yang bisa menginspirasi perubahan dan perkembangan yang signifikan.
“Harapannya, akan lahir seorang pemimpin muda OYPMK yang nantinya akan menjadi pemimpin komunitas kusta. Jika tidak menjadi pemimpin di PerMaTa, setidaknya menjadi pemimpin komunitas kusta atau role model di lingkungannya. Itu menurut saya sudah luar biasa.” Tutup Al Kadri.
Dalam jangka panjang, program ini diharapkan bisa menciptakan jaringan pemimpin OYPMK yang solid dan berpengaruh, yang mampu bekerja sama untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh komunitas mereka. Dengan demikian, organisasi OYPMK bisa terus berkembang dan memberikan kontribusi yang berarti bagi anggotanya dan masyarakat luas.[]
Reporter: Hasan Basri
Editor : Ajiwan Arief