Views: 14
Solidernews.com – Kesejahteraan sosial menjadi persoalan yang selalu hangat untuk diperbincangkan. Mulai pemberdayaan, rehabilitasi, dan pengadaan program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sudah mejadi tugas pokok dari berdirinya Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah tingkat kesejahteraan masyarakat difabel, yang sudah diatur di undang-undang No. 8 Tahun 2016 tentang disabilitas yang disahkan pada 15 April 2016.
Bila merujuk dari UU. No. 8 Tahun 2016, tentunya aspek hak dan akomodasi difabel itu meliputi Pemenuhan Kesamaan Kesempatan terhadap difabel dalam segala aspek penyelenggaraan negara dan masyarakat. Selain itu Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan hak difabel, termasuk penyediaan Aksesibilitas dan Akomodasi bagi difabel harus disediakan dengan Layak. Pengaturan pelaksanaan dan pemenuhan hak masyarakat difabel bertujuan untuk mewujudkan taraf kehidupan masyarakat difabel yang lebih berkualitas, adil, sejahtera lahir dan batin, serta bermartabat.
Selain itu, bila merujuk dari PP. No. 52 Tahun 2019 Tentang kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas, menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Termasuk di dalamnya adalah masyarakat difabel.
Pada hari Minggu, 19 Mei 2024 Persatuan Tunanaetra Indonesia (PERTUNI) cabang Sleman berkolaborasi dengan Dinas Sosial Sleman untuk memberikan training tata boga untuk difabel netra. Hal tersebut ditujukan untuk mewujudkan semangat kesejahteraan sosial bagi difabel netra yang tergabung dalam PERTUNI. Training ini tentunya membawa suasana baru dalam dinamika training keahlian yang dilakukan difabel netra, yang semula masih sebatas pelatihan memijat dan membuat telur asin.
Endro selaku ketua PERTUNI Sleman, memberikan penjelasan bahwa hadirnya kelas tata boga itu menjadi responsnya pada monotonnya pengajaran keahlian di lingkup difabel netra. Maka dari itu, ia berkomunikasi dengan pihak Dinas Sosial untuk memberinya akses training tata boga untuk anggota PERTUNI Sleman.
“Semua itu saya tujukan agar difabel netra memiliki keahlian masak yang mumpuni. Dari hal tersebut, saya berharap para anggota bisa membangun bisnis kuliner lewat training yang diajarkan selama empat hari,” jelas Endro.
Perjuangan Hak yang Tidak Mudah
Sewaktu solidernews menyambangi rumah ketua PERTUNI pada 23 Mei 2024, Endro menceritakan banyaknya tantangan yang ia hadapi saat mengajukan proposal untuk pengadaan training tata boga untuk anggota PERTUNI Sleman. Mulai dari bantahan dari pihak terkait, keraguan penyelenggara, dan advokasi yang terus ia lakukan dengan pihak Dinas Sosial Sleman yang akhirnya mengantarkan kabar baik dengan terselenggaranya training tersebut pada 19 Mei 2024 sampai 22 Mei 2024.
Salah satu faktor keberhasilan dari Endro dalam melakukan negosiasi dengan pihak Dinas Sosial, adalah di sebabkan kesempatannya berbicara langsung dengan Mustadi selaku Kepala Dinas Sosial Sleman sewaktu di kelurahan tempatnya tinggal. Endro menjelaskan pertemuan itu memberikan kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya, yang kemudian ditindak lanjuti oleh pihak terkait secara cepat.
“Saya menjelaskan memang kalau difabel netra ikut program pelatihan bengkel, desain, dan mejahit itu susah diikuti. Tetapi saya menegaskan kepada Pak Mustadi bahwa program pelatihan tata boga itu bisa diikuti difabel netra, karena sebagian besar difabel netra juga memasak secara mandiri,” kata Endro.
Selain itu, Endro menambahkan kesempatan itu ia maksimalkan untuk meyakinkan pihak Dinas Sosial agar tidak ragu memberikan pelatihan. Tetapi konsekuensinya adalah ia harus membangun mental 10 anggota yang terdaftar mengikuti training tata boga tersebut. Tidak mudah memang. Tapi ia tetap optimis kalau difabel netra itu memiliki peluang dalam pelatihan tersebut.
Progam Tata Boga Berikan Empat Keahlian
Pada Program kolaborasi PERTUNI dan Dinas Sosial Sleman, ada empat keahian yang diberikan dari training ini. Keahlian itu meliputi , a) pembuatan kue brownis, b) snack stik dan risoles mayo, c) siomai dan empek-empek, dan manisan buah nanas.
Endro menjelaskan dari empat keahlian itu, ada 10 peserta yang ikut dalam program ini. Kesepuluh orang tersebut dibagi kelompok untuk mempermudah pengajaran. Alat, bahan, dan kebutuhan selama kelas sudah diberikan fasilitas dari pihak Dinas Sosial.
“Jadi, kita hanya menyiapkan tempat dan ruangan untuk prosesi kelas tata boga ini,” imbuhnya.
Mendapatkan Instruktur yang Telaten
Selain Endro, solidernews melakukan wawancara dengan Sumini seorang difabel netra yang berprofesi sebagai pemijat wanita, yang tergabung dalam peserta pelatihan. Ia menyatakan kalau para tenaga ajar itu berinteraksi dengan ramah. Semua dibimbing dengan telaten, ajeg, dan penuh perhatian. Selain itu, para instruktur juga mewajibkan para peserta yang berjumlah 10 orang itu untuk aktif dan jangan malu bertanya.
“Para pengajar itu bersikap ngayomi. Mereka tidak meragukan kemampuan saya. Bahkan, saya mendapatkan pujian saat saya dengan cepat bisa mengolah dan memarut buah jipang yang akan dibuat siomay,” tutur Sumini.
Sumini menambahkan, bahwa pelatihan ini memberinya pengalaman baru untuk berkreasi dengan bahan-bahan makanan. Mixer, oven, alat pres, dan lain-lain merupakan peralatan baru yang baru berani ia kendalikan sewaktu ikut dalam program ini.
Selain itu, Sumini berharap semoga dengan keahlian barnya ia dapat meningkatkan lagi taraf ekonomi keluarga. Karena dengan hasil masakannya ia cukup yakin bisa menjualnya di masyarakat. Karena ia mengolah dengan higienis, seperti menggunakan sarung tangan dan adonan yang tidak tersentuh langsung kulit telapak tangan.
Seusai pelatihan yang berakhir pada 22 Mei 2024, seluruh peserta mendapatkan sertivikat memasak. Selain itu, buku resep dan cara memasak selama pelatihan juga diberikan untuk bahan belajar di rumah. Tidak hanya itu, para instruktur juga membuka tangan bila para peserta ingin berdiskusi di luar jam pelatihan. Jadi, sewaktu-waktu butuh, para peserta bisa menghubungi instruktur untuk membimbing lebih lanjut pada kreasi yang dilakukan seperti yang sudah diajarkan dalam program tata boga.[]
Reporter: Wachid
Editor : Ajiwan