Views: 33
Solidernews.com – Bagi Universitas yang telah menerima mahasiswa Tuli dan apalagi telah memproklamirkan diri sebagai kampus inklusi, penyediaan juru bahasa isyarat menjadi tantangan besar. Bahasa isyarat, seperti ragam bahasa lainnya, memiliki kompleksitas dan kosa kata yang dinamis. Regulasi dan struktur Universitas yang awam terhadap kebutuhan-kebutuhan mahasiswa difabel, membuat perancangan anggaran khusus bagi penyediaan aksesibilitas dan akomodasi yang layak bagi difabel, tidak atau belum dianggap urgen. Pun kemudian para perancang anggaran sadar terhadap pentingnya mengeluarkan budget khusus untuk penyediaan juru bahasa isyarat di setiap kelas dengan mahasiswa Tuli, tetap saja ada tantangan-tantangan lain. Misalnya saja seperti ketidak sesuaian jumlah JBI profesional yang ada dan kebutuhan komunitas dan lembaga di setiap harinya.
Pusat Disabilitas (Pusdis) di Universitas Hasanuddin, terbentuk sebagai bukti nyata komitmen kampus Unhas dalam menerima dan berusaha memberikan akomodasi yang layak bagi mahasiswa difabel. Dalam kurun waktu satu setengah tahun terbentuknya, Pusdis telah berhasil mengadvokasi pihak-pihak terkait untuk membuka jalur khusus afirmasi difabel yang seleksi masuknya, disesuaikan dengan keberagaman kemampuan mahasiswa difabel. Sampai dengan sekarang, Unhas telah memiliki dua puluh lima mahasiswa difabel di jenjang strata satu dan strata dua. Lima di antaranya adalah mahasiswa Tuli.
Sayangnya, pihak universitas belum mampu secara formal menyediakan fasilitas juru bahasa isyarat sebagai akses komunikasi bagi mahasiswa Tuli. Dalam hal ini, ,Pusdis sebagai lembaga internal kampus yang diamanahkan tanggungjawab untuk memenuhi hak aksesibilitas mahasiswa difabel, terus berproses dan berusaha. Inovasi, serta bentuk-bentuk pembaruan terus dilakukan.
“Menerima mahasiswa Tuli, misalnya, adalah langkah yang baik karena kemudian buktinya, Fitra (mahasiswa Tuli pertama dalam jalur khusus afirmasi difabel) akhirnya membawa budaya komunitas Tuli ke dalam kampus dan mengajar bahasa isyarat bagi rekan rekan mahasiswa,” ucap kepala Pusdis Unhas, Dr. Ishak Salim, S.IP, MA dalam rapat koordinasi bersama Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin (17/12/2024).
Pertukaran pengetahuan yang terjadi di dalam kampus antara mahasiswa dengar dan mahasiswa Tuli, melalui dibukanya jalur khusus afirmasi difabel, diharapkan terjadi dengan masif dan berkelanjutan. Melihat peluang itu, Pusdis Unhas kemudian menginisiasi lahirnya kelas bahasa isyarat yang dilaksanakan setiap pekan di hari Jumat.
Fitra Ramadan, sebagai mahasiswa Tuli dengan tahun masuk yang paling dulu dan kemampuan berbahasa isyarat Indonesia yang lebih mapan, kemudian menawarkan diri untuk menjadi mentor. Kelas bahasa isyarat ini berlangsung konsisten setiap pekan sampai dengan sekarang, sejak dimulainya pada 10 November 2023 lalu.
“Sampai dengan sekarang, sudah ada lima relawan bahasa isyarat yang aktif menemani mahasiswa Tuli jika diperlukan,” kata kepala Pusdis dalam sambutannya pada perayaan hari disabilitas internasional Pusdis Unhas (15/12/2024).
Kelas bahasa isyarat yang sudah berjalan satu tahun lebih dua bulan itu, berjalan efektif dan semarak meski tanpa dukungan pembiayan dari pihak manapun. Segala pihak yang berperan mulai dari Fitra Ramadan sebagai pengajar, panitia pelaksana dan JBI relawan yang menjadi penghubung antara Fitra dan peserta kelas bahasa isyarat bersifat probono. Awalnya, kelas bahasa isyarat ini berlangsung di pelataran gedung Ipteks Universitas Hasanuddin sebelum akhirnya, Unhas membuat taman inklusif dan kelas bahasa isyarat difokuskan di taman tersebut.
“Relawan JBI Unhas biasanya berperan jadi penghubung, misalnya pas pembukaan dan penutupan kalau Kak Fitra mau menyampaikan sesuatu kepada peserta. Selebihnya, Kak Fitra sendiri yang mengajar. Beberapa kali juga mengajak teman Tuli dari luar kampus. Selain itu, JBI relawan Unhas juga menemani mahasiswa Tuli misalnya untuk mengerjakan tugas-tugas lisan, atau dalam proses presentasi. Alhamdulillah kelas bahasa isyarat itu selalu berjalan dan rata-rata pesertanya 50 orang, tapi juga bisa lebih,” ucap Farah (mahasiswa, JBI relawan Pusdis Unhas) dalam wawancara yang dilakukan solidernews pada Senin, 6 Januari 2025.
Lebih lanjut, Muhammad Ilham sebagai angota divisi kerelawanan Pusdis Unhas menjabarkan sistem pendaftaran kelas bahasa isyarat. Di mana panitia, pertama-tama akan menyebar informasi mengenai pelaksanaan kelas bahasa isyarat setiap minggunya melalui media sosial Pusdis Unhas. Informasi tersebut juga dikirim ke grup-grup WhatsApp kemahasiswaan Unhas, ataupun komunitas-komunitas di luar kampus. Siapapun yang tertarik untuk belajar bahasa isyarat, dapat langsung bergabung ke taman inklusi Jalinan Jiwa Universitas Hasanuddin di hari pelaksanaan.
Kelas bahasa isyarat Pusdis Unhas ini, tidak hanya menunjukkan dedikasi Universitas Hasanuddin semata. Tapi lebih dari itu, menunjukkan betapa difabel, tidak hanya menjadi objek tetapi juga mampu menjadi subjek atas perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkup kehidupan sosial bermasyarakat. Adanya Fitra, misalnya, menjadi contoh kepada difabel Tuli lain terkait bagaimana seorang Tuli membawa budaya Tuli itu ke tengah-tengah orang dengar dan membuat bahasa isyarat menjadi bahasa yang diakui oleh masyarakat luas.[]
Reporter: Nabila
Editor : Ajiwan