Views: 3
Solidernews.com – Saat ini remaja merupakan salah satu yang paling banyak mengalami masalah kesehatan mental. Menurut survei kesehatan jiwa remaja nasional (I-NAMHS) telah dilakukan penelitian kepada remaja usia 10-17 tahun di Indonesia dengan total 17 juta remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Kondisi masalah kesehatan mental jika merujuk pada UU 8 tahun 2016 masuk dalam kategori difabel mental jenis psikososial.
Faktor apa saja yang dapat memicu kondisi difabel mental jenis psikososial terjadi?
Survey I-NAMHS mengukur remaja yang mengalami masalah kesehatan mental atau difabel mental psikososial yaitu dengan masalah seperti: Fobia Sosial, Anxiety Disorder, gangguan perilaku, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Hasil penelitian ini menyebutkan factor pemicu terkait banyaknya remaja mengalami gangguan mental atau menjadi orang dengan difabel mental jenis psikososial adalah masalah bullying. Serta permasalahan antara hubungan teman sebaya dan keluarga, tekanan belajar disekolah, pengalaman masa kecil yang menyedihkan hingga penggunaan obat-obatan terlarang.
Selain masalah yang disebutkan diatas, masalah lain yang menimbulkan perubahan kondisi remaja yang awalnya nondifabel menjadi ada pada kondisi difabel mental jenis psikososial adalah karena remaja mengalami masa transisi kehidupan yang awalnya Remaja menjadi Dewasa. Pada masa transisi tersebut, remaja menghadapi banyak tantangan baru dan pengalaman baru yang terkadang menimbulkan tekanan diluar kapasitas remaja tersebut untuk menanganinya. Pada saat tekanan diluar kapasitasnya berada dalam jumlah yang banyak dan menumpuk maka akan memperbesar potensi remaja nondifabel untuk menjadi remaja yang memiliki masalah kesehatan mental yang hal tersebut membuatnya memenuhi kriteria untuk menjadi difabel mental jenis psikososial.
Tanda tanda kesehatan mental remaja mulai bermasalah yang berpotensi menimbulkan kondisi difabel mental jenis psikososial
Kesehatan mental perlu diperhatikan untuk mendapatkan pencegahan. Agar remaja tidak banyak mengalami gangguan mental. Untuk lebih memahami agar remaja tidak banyak mengalami gangguan mental. Berikut gejala yang mungkin terjadi kepada remaja :
- Perubahan perilaku
Hal ini merupakan tanda ganguan kesehatan mental pada remaja yang lebih mudah dipahami ketika melakukan aktivitas dirumah atau sekolah. Perubahan perilaku ini bisa terjadi apabila remaja berubah sikap menjadi cenderung kasar, sering bertengkar atau hal negatif lainnya. Perubahan ini perlu dicurigai karena mudah marah dan frustasri adalah salah satu bentuk berubahnya perilaku remaja yang mengarah kesehatan mental sedang terganggu.
- Perubahan mood
Berubahnya mood atau suasana hari secara tiba-tiba. Kondisi ini bisa berlangsung sebentar hingga dalam jangka waktu tidak menentu. Hal ini dapat mengakibatkan masalah hubungan dengan keluarga dan teman sebaya. Perubahan mood merupakan gejala umun dari bipolar disorder, depresi dan ADHD.
- Kesulitan konsentrasi
Remaja yang sedang di fase kesehatan mental terganggu akan mengalami sulit konsentrasi atau sulit fokus memperhatikan sesuatu dalam waktu yang sama. Selain itu mereka cenderung mengalami kesulitan untuk fokus memperhatikan suatu hal dengan diam dan tenang. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya tahapan belajar remaja di sekolah sehinga membuat performa belajar menjadi turun serta perkembangan otaknya.
- Penurun berat badan
Kesehatan mental yang terganggu dapat mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Berat badan yang menurun drastic dapat menjadi salah satu factor gangguan mental pada remaja. Gangguan makan, stress hingga depresi menjadi penyebab remaja kehilangan nafsu makan, mual, muntah yang berkelanjutan sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan.
- Menyakiti diri sendiri
Ketika mengalami perasaan negative, remaja cenderung mengalami kekhawatiran serta rasa takut berlebih. Keinginan tersebut dapat berujung pada keinginan untuk menyakiti diri sendiri. Hal ini terjadi karena akumulasi perasaan stress yang berlebih sehingga dapat mengakibatkan sering menyalahkan diri sendiri karena terganggunya masalah kesehatan mental serta sulitnya mengelola emosi. Menyakiti diri sendiri merupakan gejala yang perlu diperhatikan karena dapat memungkinkan berujung melakukan percobaan bunuh diri.
- Muncul berbagai masalah kesehatan
Tidak stabilnya masalah kesehatan mental dapat mempengaruhi masalah kesehatan lainnya. Seperti mengalami sakit kepala dan sakit perut yang berkelanjutan. Hal ini terjadi karena beban pikiran yang berat akan berpotensi mengalami kesehatan fisik.
- Perasaan yang intens
Remaja kadang mengalami perasaan takut yang berlebihan tanpa alasan. Hal ini merupakan tanda tidka stabilnya kesehatan mental pada anak. Gejalanya seperti menangis, berteria, mual disertai perasaan yang intens. Perasaan ini dapat menyebabkan efek seperti kesulitan bernafas, jantung berdebar, bernafas dengan cepat sehingga dapat menggangu aktivitas sehari-hari.
Permasalahan kesehatan mental oleh remaja akan berdampak pada kegiatan social, sekolah, pergaulan dengan teman, keluarga sehingga dapat menyebabkan produktivitas menurun dan menimbulkan terganggunya kesehatan fisik yang mempengaruhi kesehatan untuk bisa aktif dan produktif untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Dalam UU 8 tahun 2016, apabila seseorang mengalami keterbatasan mental yang berlangsung dalam jangka waktu lama (minimal 6 bulan, maksimal seumur hidup) yang hal tersebut menghambatnya untuk berinteraksi dengan lingkungan dan membuat kesulitan berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan persamaan hak maka seseorang tersebut memenuhi kriteria untuk menjadi orang yang memiliki kondisi difabel, dalam hal ini masalah kesehatan mental masuk pada kondisi difabel mental jenis psikososial.
Bagaimana dengan kondisi difabel jenis lainnya, apakah bisa terkena kondisi psikososial juga?
Tulisan yang sudah ditulis diatas menjelaskan kondisi dimana kondisi remaja yang awalnya non difabel dapat terkena masalah kesehatan mental yang membuatnya memenuhi kriteria untuk menjadi orang dengan difabel mental jenis psikososial. Pertanyaannya adalah bagaimana apabila remaja tersebut sudah memiliki kondisi difabel jenis lainnya? (daksa sejak lahir, difabel mental jenis perkembangan, difabel akibat kelainan genetic seperti albino dkk) apakah mereka bisa sewaktu-waktu memiliki kesehatan mental yang bermasalah sehingga terkena kondisi difabel mental jenis psikososial?
Jawaban atas pertanyaan pertanyaan ini adalah seseorang yang sudah memiliki difabel dapat juga mengalami kondisi masalah kesehatan mental atau kondisi difabel mental jenis psikososial. Beberapa faktor yang membuat difabel dapat mengalami masalah kesehatan mental/mengalami kondisi difabel psikososial adalah seperti stigma, ableisme, diskriminasi, bullying, dan perlakuan perlakuan buruk lainnya yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang yang biasanya terjadi pada orang-orang difabel lain yang berada di lingkungan yang tidak tepat.
Tindakan yang harus dilakukan agar masalah kesehatan mental dapat terminimalisir
Efek dari kesehatan mental yang bermasalah memiliki dampak yang nyata seperti masalah dalam berinteraksi di masyarakat, terhambat dalam hal berpartisipasi penuh pada kegiatan masyarakat, dan hal lainnya. Efek dari kesehatan mental yang bermasalah sangat berpotensi berubah menjadi kondisi difabel mental jenis psikososial. Difabel psikososial dapat berdampak ke siapa saja, baik itu orang yang sebelumnya nondifabel maupun orang yang sebelumnya memang sudah memiliki kondisi difabel. Namun kondisi ini tentu saja dapat diminimalisir.
Adapun cara untuk mencegah kondisi kesehatan mental yang bermasalah tidak terjadi adalah dengan cara melakukan aktivitas fisik secara rutin, memelihara pikiran positif, istirahat yang cukup dan memiliki interaksi yang baik dengan orang lain.
Andaikan saja sudah melakukan itu semua namun belum ada perbaikan, maka hal yang paling baik untuk dilakukan adalah mencari penanganan ke tenaga professional seperti psikiater maupun psikolog sedini mungkin. Mengapa harus sedini mungkin? Karena semakin berat masalah kondisi kesehatan mental yang dimiliki seseorang, maka akan semakin sulit kondisi buruk tersebut untuk ditangani.
Namun tentu saja bukan berarti ketika seseorang dibawa ke tenaga professional maka masalah kesehatan mental atau kondisi difabel psikososialnya akan selesai begitu saja karena membawa ke tenaga professional adalah penanganan secara medis. Untuk memperbesar kemungkinan individu yang memiliki masalah kesehatan mental tertangani dengan baik kondisinya maka diperlukan intervensi atau perawatan secara non medis. Adapun penanganan non medis yang biasanya direkomendasikan oleh tenaga professional diantara lain yaitu penyesuaian cara berinteraksi, diingatkan untuk minum obat yang teratur, menciptakan lingkungan inklusif yang aman untuk kesehatan mental individu tersebut, memberikan kata kata afirmasi yang positif, memgingatkan untuk memakan dan meminum minuman dengan gizi seimbang, dan lain sebagainya. Jadi, penanganan bersifat medis dan non medis harus dilakukan bersamaan agar dapat mencegah kondisi masalah kesehatan mental terjadi maupun agar meminimalisir munculnya gejala difabel psikososial yang dapat menghambat kegiatan sehari hari sehingga hidup orang dengan masalah tersebut bisa lebih baik.[]
Penulis: Emsa
Editor : Ajiwan