Views: 63
Solidernews.com – Ruang Autisme Saling Akrab atau yang selanjutnya disebut RASA adalah kegiatan yang dibuat oleh Rahmat Fahri Naim yaitu penulis sendiri. Adapun tujuannya membuat kegiatan ini adalah agar individu autistik khususnya individu autistik tanpa gangguan intelektual/High Functioning Autism/Sindrom Asperger (nama ini tak digunakan lagi karena ada Sejarah gelapnya) bisa bertemu antara sesamanya antara satu dengan yang lain untuk berbicara.
Sejak kapan kegiatan RASA dilakukan?
Kegiatan rasa sebenarnya sudah berlangsung sejak 9 mei 2023 dimana pertemuan tersebut diadakan di hotel aryaduta Jakarta. Autistik pertama yang penulis temui ada Bayu Dwityo Wicaksono. Namun untuk nama kegiatan RASA ini baru ada sejak 16 Juli 2024 karena kegiatan ini mendapatkan respon yang positif dari followers penulis.
Mengapa hanya diperuntukkan bagi autistik tanpa gangguan intelektual?
RASA ini dibuat karena tidak sedikit keluhan yang penulis dengan dari para individu autistik dengan kriteria ini bahwa mereka sangat kesulitan mencari individu autistik lain yang tidak memiliki masalah intelektual. Mayoritas dari individu autistik yang penulis temui menyatakan bahwa pada umumnya support group yang ada di Indonesia adalah untuk orangtua yang memiliki anak autistik tingkat berat (autistik dengan masalah intelektual) dan untuk para autistik dengan masalah intelektual. Mereka merasa bahwa tidak ada tempat yang pas untuk mencari dukungan sekedar membicarakan kendala yang mereka alami karena mayoritas dari mereka merasa berbeda dari individu autistik dengan masalah intelektual. Selain itu mereka juga menyatakan bahwa sebenarnya mereka ingin bertemu dengan individu autistik yang jenisnya sama dengan mereka, namun tidak mengetahui harus memulai darimana atau bagaimana cara mengajaknya. Karena banyaknya keluhan terkait hal tersebut maka penulis membuat kegiatan RASA ini agar para individu autistik tanpa gangguan intelektual bisa saling bertemu, berbagi cerita antar sesama mereka.
Isi kegiatan dari RASA
Sejauh ini, semua kegiatan RASA dibuat secara situasional. Untuk kegiatan RASA sendiri selama ini ada du acara yang dilakukan. Perrama yaitu kegiatan dimana penulis menyempatkan diri untuk bertemu dengan 1 atau 2 individu autistik pada saat penulis sedang masa liburan Panjang di kota asal penulis atau pada saat penulis berada diluar kota dimana penulis mengetahui bahwa ada individu autistik yang penulis kenal dengan kriteria autistik tanpa gangguan intelektual di kota tersebut. Setiap pertemuan ini berlangsung, penulis memastikan bahwa pertemuan teesebut dihadiri paling maksimal 4 orang karena berdasarkan pengalaman penulis apabila pertemuan diadakan dengan jumlah orang yang lebih dari 4 maka fokus para individu autistik akan terpecah belah yang hal tersebut tidak baik bagi mental mereka. Namun terkadang, ada individu autistik yang hanya bisa berinteraksi dengan baik pada saat jumlah orangnya kurang dari 4 orang tersebut (Tingkat toleransi autistik terhadap jumlah orang yang bisa ditangani berbeda beda). Untuk kegiatan dengan skema pertama sejauh ini penulis sudah bertemu dengan 10 individu autistik di 5 kota yang berbeda-beda.
Skema kedua yaitu kegiatan Dimana penulis mempertemukan antar individu autistik A dengan individu autistik B Dimana penulis menjadi penghubung pertemuan antara dua orang tersebut. Sejauh ini, penulis baru melakukan kegiatan dengan skema ini sebanyak dua kali. Yaitu setiap kegiatan penulis mempertemukan dua individu autistik di dua kota yang berbeda yaitu dua di Jakarta dan dua yang di Malang.
Bagaimana perasaan para individu autistik yang sudah mengikuti RASA ini?
Sejauh ini penulis mendapatkan respon yang positif selama kegiatan ini berlangsung. Inisial JA misalnya, ia merasa senang pada saat pertemuan tersebut karena pertemuan tersebut adalah pertemuan pertamanya bisa bertemu dengan autisme yang sejenis setelah di tahun-tahun sebelumnya yang ia temui adalah autistik dengan gangguan intelektual/autistik Tingkat berat. Inisial MIA merasa bahwa ia sangat senang setelah mengikuti kegiatan ini, ia merasa bahwa pertemuan antara penulis dengan dirinya membuat ia merasa bahwa perjalanannya dari Malang ke Surabaya terbayar dengan harga yang sepadan. Hal yang lebih penting lagi, ia merasa bahwa dirinya tidak lagi merasa kesepian karena mengetahui bahwa ada autistik yang sejenis dengan dia di kota yang lainnya di Indonesia.
Sudah adakah praktik baik dari kegiatan ini?
Kegiatan ini masih belum berlangsung cukup lama sehingga belum ada banyak praktik baik yang dihasilkan, namun sudah ada satu praktik baik yang merupakan hasil dari kegiatan ini.
Praktik baik yang dimaksud terjadi pada saat pertemuan antara Bayu Dwityo Wicaksono dan Juliana Cen berlangsung. Bayu adalah individu autistik yang bekerja di United Nation pada bagian Department of Global Communication. Sedangkan Juliana saat ini menjadi mentor Microsoft for startup. Singkatnya pertemuan tersebut membuat united nations dan bumilangit bisa mengundang orang Microsoft (Juliana Cen) untuk menjadi narasumber talkshow pada acara The Heroes Among Us: Celebrate Resilience and Diversity of Expression yang berlangsung 6 sampai 10 desember 2023 di bloc bar, M bloc, Jakarta Selatan. Pada saat menjadi narasumber, ia diminta untuk berbicara bahwa individu autistik itu bisa berdaya dan ia adalah contoh nyata dari individu autistik yang berdaya tersebut. Tentu saja secara tidak langsung, kegiatan RASA berkontribusi dalam hal mempertemukan 2 individu autistik yang bekerja di dua lembaga besar (Microsoft dan United Nation) agar kemudian bisa saling bertemu di acara tersebut. Selain talkshow, Acara ini juga menyajikan pentas seni, pameran loka karya dan hal-hal lainnya yang menunjukkan keberdayaan dari orang-orang dengan kondisi difabel.
Harapan penulis dari adanya kegiatan RASA
Harapan penulis dari adanya kegiatan RASA itu cukup sederhana. Pertama agar ada ruang bagi individu autistik tanpa gangguan intelektual untuk saling bertemu antara satu dengan yang lainnya dan berbincang antara satu dengan yang lainnya pada saat pertemuan tersebut. Kedua, agar individu autistik memiliki mental yang lebih sehat setelah pertemuan ini karena setelah pertemuan ini mereka menjadi menyadari bahwa mereka tidaklah sendirian di dunia ini. Adapun apabila ada praktik baik dari pertemuan ini, bagi penulis hal tersebut hanyalah bonus semata.[]
Penulis: Rahmat Fahri Naim
Editor : Ajiwan