Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol simbol biru bagian kanan agak atas sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Kecerdasan Buatan; Peluang dan Pengaruhnya Bagi Ketenagakerjaan Inklusif

Views: 18

Solidernews.com – AI atau kecerdasan buatan memberikan banyak dampak positif dalam dunia kerja. Salah satunya yaitu kemampuannya untuk membantu meningkatkan inklusivitas bagi difabel di tempat kerja. Dengan memanfaatkan teknologi AI, banyak hambatan yang sebelumnya sulit diatasi oleh difabel kini menjadi lebih mudah diakses.

“AI sangat membantu dalam proses rekrutasi maupun saat   difabel itu bekerja. Karena AI, misal ada loker pekerjaan berupa gambar, tunanetra sudah dapat mengakses gambar yang ada dalam loker tersebut. AI juga membantu tunarungu dalam proses rekrutasi. Misalnya ketika sedang melakukan interview, AI tersebut membantu tunarungu untuk mengetahui apapun yang diucapkan oleh interviewer dengan menyalin suara ke dalam teks.” Tutur Hasnita Taslim dalam talkshow yang diadakan oleh @america pada 10 Desember 2024.

AI juga membantu dalam meningkatkan produktivitas difabel dengan mengotomatisasi tugas-tugas rutin yang biasanya memerlukan banyak tenaga atau waktu. Misalnya, penggunaan asisten virtual berbasis AI seperti Siri, Google Assistant, atau Microsoft Cortana yang membantu dalam hal navigasi atau pengaturan pekerjaan mereka, tanpa harus berinteraksi dengan perangkat secara fisik. Seperti mengelola jadwal, mengatur rapat, dan menyelesaikan tugas administratif lainnya. Sehingga memungkinkan difabel untuk fokus pada pekerjaan yang lebih strategis dan kreatif.

Selain itu, AI juga memberikan kesempatan bagi difabel untuk mengembangkan keterampilan baru melalui pelatihan berbasis teknologi. Program pelatihan berbasis AI dapat disesuaikan dengan kebutuhan individual, memungkinkan setiap orang untuk belajar sesuai dengan kemampuan mereka.

Meskipun AI menawarkan berbagai manfaat atau dampak positif, masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi. Salah satunya adalah biaya akses teknologi ini yang mungkin tidak terjangkau oleh banyak difabel. Selain itu, belum semua teknologi AI dirancang dengan prinsip inklusivitas yang optimal, sehingga perlu upaya untuk memastikan bahwa solusi ini bisa diakses oleh seluruh kalangan difabel.

“Di Indonesia  difabel yang lulusan universitas hanya 5,1% sedangkan 63% hanya lulusan SMP. Artinya, meskipun segala sesuatu sudah dipermudah dengan adanya AI. Akan tetapi kemampuan para  difabel terutama yang berada di pelosok dalam mengakses info-info terbaru masih kurang. Sehingga tidak dapat mengakses pendidikan, info pekerjaan, dan lainnya secara baik. Tantangan kedepannya yaitu bagaimana caranya agar para  difabel diluar ibukota agar bisa menjangkau inovasi-inovasi terbaru yang sudah ada di dunia saat ini.” Tutur Hasnita Taslim melanjutkan keterangannya.

“Adanya payung hukum yang sudah melindungi   difabel di Indonesia, bahwa setiap perusahaan yang beroperasi di Indonesia baik itu asing, swasta, BUMN dan pemerintah wajib memiliki 2% karyawan difabel. Maka, meskipun AI itu ada, kewajiban perusahaan untuk memperkerjakan difabel ini bukanlah option yang harus diganti. Akan tetapi 2% ini saya pikir terlalu sedikit. Sebab, apabila berkiblat ke Eropa, Perancis itu 6%. Di Asia contohnya Mongol itu juga 6%. Di Indonesia ini menurut saya perlindungan terhadap difabel ini belum ada. UU ada tapi perlindungannya tidak ada.” Imbuhnya.

Selain itu, Istigfaro Anjaz juga menyatakan penyebab dari hadirnya AI dalam dunia kerja. “AI hadir disebabkan oleh beberapa kemungkinan yang terjadi, salah satunya yaitu unemployability atau ketidakmampuan bekerja. Artinya ada part-part dimana yang biasanya dikelola oleh manusia kemudian diambil oleh AI itu sendiri. Sehingga yang terjadi bukan lagi permasalahan pada besar kecilnya lapangan pekerjaan tapi kepada kapabilitas manusia ketika berhadapan dengan teknologi. Indonesia sendiri pasti juga akan mengalami hal tersebut kedepannya.”

Kecerdasan Buatan (AI) membuka berbagai peluang untuk menciptakan dunia kerja yang lebih inklusif bagi difabel. Dengan teknologi yang memungkinkan aksesibilitas lebih baik, otomatisasi pekerjaan, dan pelatihan yang disesuaikan, AI dapat memberdayakan penyandang disabilitas untuk berpartisipasi lebih aktif dalam dunia kerja. Namun, penting untuk terus meningkatkan akses dan penyempurnaan teknologi agar bisa lebih merata dan mudah diakses oleh semua kalangan difabel, sehingga kesetaraan dalam dunia kerja dapat tercapai secara maksimal.[]

 

Reporter: Ajeng Safira

Editor      : Ajiwan

 

 

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content