Views: 8
Solidernews.com – Tahun 2024 menjadi penanda penting bagi perjalanan gerakan difabel di Indonesia. Dengan semakin meningkatnya perhatian terhadap isu-isu difabel di berbagai sektor, ada kebutuhan mendesak untuk mengevaluasi pencapaian sekaligus menyusun langkah strategis yang lebih konkret menuju 2025. Salah satu cara yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok difabel adalah melalui jurnaling. Awalnya dikenal sebagai praktik individu untuk kesehatan mental, jurnaling sebenarnya dapat dikembangkan menjadi alat kolektif yang membantu organisasi difabel memetakan tantangan, merefleksikan capaian, dan merumuskan strategi yang lebih terarah.
Selain berfungsi sebagai sarana dokumentasi, jurnaling juga dapat menjadi alat advokasi yang efektif. Dengan mencatat berbagai pengalaman, baik yang positif maupun negatif, komunitas difabel dapat mengidentifikasi isu-isu utama yang perlu diatasi serta memanfaatkan temuan tersebut untuk mendorong kebijakan yang lebih inklusif.
Jurnaling dan Pemetaan Pemenuhan Hak Difabel
Pemenuhan hak difabel di Indonesia telah diatur melalui berbagai regulasi, salah satunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Meski demikian, realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak hak dasar masih belum terpenuhi. Akses terhadap pendidikan, lapangan kerja, fasilitas publik, serta layanan kesehatan masih menjadi tantangan besar. Beberapa daerah bahkan belum memiliki infrastruktur yang ramah difabel, sementara kebijakan inklusif kerap terhambat oleh kurangnya anggaran atau implementasi yang lemah.
Melalui jurnaling, organisasi difabel dapat mendokumentasikan pengalaman anggota mereka terkait aksesibilitas layanan ini. Sebagai contoh, komunitas difabel di suatu wilayah dapat mencatat tingkat kesulitan mereka dalam menggunakan transportasi publik, mendapatkan pekerjaan yang layak, atau mengakses layanan kesehatan. Dari data ini, kelompok difabel tidak hanya dapat memahami persoalan yang mereka hadapi secara lebih jelas, tetapi juga menggunakannya sebagai dasar untuk dialog dengan pemerintah.
Jurnaling kolektif juga dapat mencatat pencapaian positif yang patut dirayakan. Misalnya, kemajuan dalam aksesibilitas di beberapa daerah atau kebijakan lokal yang berhasil diterapkan. Catatan ini penting untuk menjaga semangat perjuangan sekaligus menunjukkan bahwa perubahan adalah hal yang mungkin dicapai dengan usaha bersama.
Tantangan dan Peluang dengan Kepemimpinan Baru
Tahun 2024 menjadi momen penting dengan dilantiknya presiden baru serta sejumlah kepala daerah. Perubahan kepemimpinan ini membawa tantangan tersendiri bagi gerakan difabel, terutama dalam memastikan bahwa isu-isu mereka tetap menjadi prioritas di tengah dinamika politik yang sering kali penuh kompromi.
Di sisi lain, momentum ini juga menghadirkan peluang besar. Dengan pendekatan strategis, kelompok difabel dapat mendesakkan agenda-agenda inklusif kepada pemimpin baru. Namun, untuk memanfaatkan peluang ini, gerakan difabel perlu menguatkan basis data mereka. Di sinilah jurnaling dapat memainkan peran penting. Catatan pengalaman difabel yang didokumentasikan secara sistematis dapat menjadi amunisi advokasi yang kuat, memberikan gambaran nyata tentang kebutuhan yang harus dipenuhi.
Resolusi 2025: Agenda Gerakan Difabel
Menuju 2025, gerakan difabel di Indonesia perlu memiliki resolusi yang terstruktur dan realistis. Beberapa agenda yang dapat menjadi prioritas, antara lain:
Penguatan Dokumentasi dan Advokasi
Hasil jurnaling dapat diolah menjadi laporan advokasi yang konkret, baik untuk pemerintah pusat maupun daerah. Laporan ini dapat digunakan untuk menekan implementasi kebijakan yang lebih berpihak pada difabel, seperti perbaikan fasilitas publik, peningkatan aksesibilitas layanan, dan penganggaran yang inklusif.
Kolaborasi Antarkelompok Difabel
Organisasi difabel perlu meningkatkan solidaritas lintas komunitas untuk menyusun agenda bersama. Kolaborasi ini penting untuk memperkuat daya tawar gerakan difabel dalam menghadapi tantangan kolektif, seperti diskriminasi, minimnya aksesibilitas, dan hambatan struktural lainnya.
Edukasi Pemimpin Baru dan Masyarakat
Perubahan kepemimpinan menjadi momen strategis untuk mengedukasi para pemimpin baru tentang pentingnya inklusi. Selain itu, masyarakat luas juga perlu terus diedukasi agar perspektif inklusi semakin mengakar.
Pemantauan dan Evaluasi Kebijakan
Resolusi 2025 harus mencakup komitmen untuk memantau dan mengevaluasi implementasi kebijakan inklusif. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk menyesuaikan strategi dan menuntut akuntabilitas dari pihak yang bertanggung jawab.
Jurnaling sebagai Alat Solidaritas dan Perlawanan
Lebih dari sekadar alat dokumentasi, jurnaling dapat menjadi sarana memperkuat solidaritas dalam komunitas difabel. Dengan berbagi cerita, pengalaman, dan refleksi, kelompok difabel dapat saling mendukung serta memperkuat rasa kebersamaan dalam perjuangan mereka. Jurnaling juga menjadi bentuk perlawanan terhadap sistem yang tidak inklusif, karena mencatat setiap ketidakadilan yang terjadi berarti menolak untuk melupakan atau mengabaikan isu tersebut.
Tahun 2025 menjadi peluang besar untuk menciptakan perubahan yang lebih nyata bagi difabel di Indonesia. Melalui jurnaling sebagai alat refleksi, dokumentasi, dan advokasi, kelompok difabel dapat menyusun resolusi yang strategis dan berbasis bukti. Dengan semangat kolektif, tantangan yang ada dapat diubah menjadi peluang untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Setiap catatan dalam jurnaling adalah bagian dari sejarah perjuangan. Mari jadikan tahun 2025 sebagai tonggak perubahan menuju kehidupan yang lebih setara bagi seluruh difabel di Indonesia.[]
Penulis : Andi Syam
Editor : Ajiwan