Views: 480
Solidernews.com – Pertama kali penulis bertemu Juliana adalah pada saat pelatihan disabilities to the next abilities atau yang disingkat DNA pada tanggal 20 desember 2022. Pelatihan tersebut merupakan pelatihan kerja yang diselenggarakan Perempuan Tangguh yang bekerjasama dengan Microsoft. Juliana merupakan orang yang mewakili Microsoft pada pelatihan yang diadakan secara daring melalui zoom. Kala itu Juliana berperan sebagai host, sedangkan bintang tamunya adalah 2 individu Autisme yaitu Kouji Santoso Eto selaku pemiliki Kouji Kafe dan Oliver A Wihardja selaku seniman.
Alasan penulis menulis mengenai sosok Juliana Cen
Ada banyak alasan mengapa penulis merasa harus menulis sosok Juliana Cen. Namun untuk tulisan ini penulis menulis 3 alasan saja. Pertama yaitu pengalaman sebagai ibu yang memiliki anak kembar autisme. Kedua yaitu perjalanan Juliana mendapatkan diagnosis autisme, dan ketiga yaitu prestasi prestasi Juliana Cen.
Ibu dengan anak kembar autisme
Juliana merupakan ibu yang memiliki anak kembar yang keduanya autisme. Sebagai ibu yang memiliki 2 anak kembar autisme, tentu saja Juliana menghadapi tantangan. Berdasarkan ceritanya yang dimuat di platform microsoft Indonesia, ia pernah kesulitan mencari sekolah untuk anaknya yang saat itu berusia 5 tahun. Ia bahkan mengambil cuti ekstra untuk mengupayakan hal tersebut. Namun karena bantuan allyship maka pada akhirnya Juliana menemukan program prasekolah yang sesuai dengan kebutuhan anaknya.
Seiring pengalaman mengasuh anak yang bertambah, ia mulai mengenali potensi yang dimiliki anak kembarnya. Anak kembarnya tersebut mulai menunjukkan bakat melukis. Menemukan hal tersebut merupakan anugerah baginya. Sejak saat itu ia fokus mengasah kelebihan anak kembarnya tersebut. Untuk melihat lukisan lukisannya dapat dilihat pada akun Instagramnya (twins.allen.darren).
Perjalanan diagnosis Juliana Cen
Perjalanan Juliana dalam mendapatkan diagnosis autismenya cukup panjang. Semuanya dimulai dari perjalanannya mengasuh anak kembarnya selama ini. Pada tulisan yang diterbitkan oleh liputan 6, awalnya ibu dari Juliana mengatakan bahwa gejala yang dialami anaknya Juliana adalah hal yang biasa karena sewaktu masih kecil Juliana sendiri juga menunjukkan gejala yang mirip. Mendengar pernyataan ibu Juliana tersebut, Juliana kemudian memulai mencari diagnosis. Diawali dengan mengerjakan beberapa tes online yang hasilnya Borderline Personality Disorder. Kemudian dilanjutkan dengan mencari diagnosis dari professional. Hasil diagnosis dari professional akhirnya mengungkapkan bahwa Juliana memiliki kondisi autisme.
Penulis kemudian mendengar kabar dari teman bahwa Juliana mengumumkan dirinya memiliki autisme di LinkeIn dalam rangka hari autisme dunia pada tanggal 2 April 2023. Tentu saja kabar ini menggelitik rasa penasaran penulis untuk mengkonfirmasi informasi tersebut. Penulis kemudian menghubungi Juliana via whatsapp pada tanggal 29 April 2023 untuk menanyakan hal tersebut. Dari hasil penulusuran penulis ke Juliana, ia mengkonfirmasi bahwa ia baru terdiagnosis Asperger (nama lain dari autisme) pada tahun 2023 di Singapura di usia kepala 4. Penulis kemudian mengucapkan selamat atas identitas barunya sebagai autisme.
Prestasi prestasi Juliana Cen
Autisme yang dialami Juliana sama sekali tidak menghalanginya untuk berprestasi. Dalam pencapaian akademiknya, ia merupakan lulusan Universitas Bina Nusantara jurusan sistem informasi dengan predikat summa cumclaude. Dengan nilainya tersebut otomatis ia menjadi wisudawati terbaik pada tahun 2004.
Begitu lulus, Juliana meniti karirnya di ASUS selama 12 tahun. Berdasarkan informasi yang dipaparkan oleh SWA online Juliana mengawali karirnya sebagai desainer web di ASUS. Namun karena Juliana terkadang juga membantu menangani divisi lain maka dikemudian hari ia dipercaya menjadi manajer produk yang kemudian naik lagi menjadi manajer pengembangan bisnis pada tahun 2008. Jabatannya sebagai manajer pengembangan bisnis berwenang menangani 4 divisi ASUS yaitu penjualan, pemasaran administrasi dan produk. Adapun beberapa produk ASUS yang ia tangani diantaranya yaitu notebook, PC, dan Ipad.
Jabatan strategis bukan satu satunya pencapaian yang Juliana raih. Menurut media pemberitaan online Kompas techno, dibawah kepemimpinannya Juliana, ia mampu membawa ASUS menjadi nomor 1, menjadikan ASUS pemimpin pasar laptop selama beberapa tahun di Indonesia. Pada surat perpisahan yang ditulis Juliana untuk ASUS pada 31 Januari 2017 sebagai Country Business Leader ASUS yang dimuat pada halaman tek.id. Secara keseluruhan surat tersebut berisi tentang refleksi pengalamannya di ASUS selama ini lalu diakhir dengan kata perpisahan. Untuk melihat keseluruhan isi suratnya bisa dilihat di link https://www.tek.id/tektalk/juliana-cen-dan-perpisahannya-yang-gemilang-b1RPR9gQ . Namun tentu saja penulis hanya mengambil sedikit kutipan dari surat tersebut yang menunjukkan salah satu pencapaian Juliana, berikut adalah kutipannya:
“JIka saya flash back, saya tidak menyesal melakukan semua hal itu. Saya sangat menikmati masa-masa perjuangan seperti itu. Apalagi melihat ada hasil sedikit demi sedikit. Dari market share 1.5% di tahun 2008, menjadi 5%, lalu 10%, 15% lalu pada tahun 2012 kita berhasil menjadi nomor 1 di Indonesia, walaupun market share masih mepet dengan ACER. Setelah tahun 2012, dengan semakin banyaknya teman-teman bergabung di tim, kita juga menjadi nomor satu yang sangat kuat, sampai pencapaian terakhir di tahun 2016 Q3 yaitu 43.8% untuk overall Notebook, 50% untuk consumer notebook, dan 68% untuk Gaming Notebook”.
Begitu Juliana pamit dari ASUS, Juliana melanjutkan karirnya di Microsoft pada Februari 2017 hingga saat ini. Kini, Juliana menjabat sebagai Senior Partner Development Lead. Saat ini Juliana mulai memperluas bidang yang ia tekuni dari yang awalnya hanya bisnis dibidang teknologi menjadi menciptakan bisnis dibidang teknologi yang inklusif. Hal ini dibuktikannya dengan menyelenggarakan acara Bernama Walk for Autism, mengadakan lomba yang bernama Microsoft AI For Accesibility (AI4A) Hackathon, menyelenggarakan pelatihan Microsoft Enabler Program Team yang bertujuan menguatkan keterampilan kerja difabel di Indonesia, dan acara acara lainnya.
Pesan penulis kepada pembaca
Berdasarkan penjabaran penulis terkait figur Juliana, pembaca dapat melihat bahwa ada sebagian Autisme yang sukses dalam kehidupannya. Juliana adalah contoh individu autisme yang bisa menjadi contoh yang baik. Ia bisa menggapai prestasi akademik yang bagus, memiliki kehidupan pernikahan yang baik, merawat 2 anak dengan autisme, berhasil mengenali potensi anaknya, memiliki karir yang cemerlang, berprestasi selama masa karir tersebut dan ikut berkontribusi untuk membuat lingkungan yang inklusif melalui bidang teknologi. Semoga kisah Juliana memotivasi khususnya bagi para orangtua yang memiliki anak autisme agar bisa membesarkan anaknya untuk mencapai potensi maksimalnya.
Biodata penulis
Rahmat Fahri Naim merupakan individu autistic dan narkolepsi dewasa di Indonesia. Saat ini tergabung di Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel Indonesia. Ia memiliki minat untuk mendalami isu isu Invisible Difability atau yang dalam Bahasa Indonesianya disebut difabel tak kasat mata. Penulis bisa dihubungi melalui akun r_fahri_n yaitu id instagramnya.[]
Penulis: Rahmat Fahri Naim
Editor : Ajiwan