Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

Jon Lim; Sukses Jadi CEO Perusahaan di Balikpapan

Views: 35

Solidernews.com Balikpapan – Suatu kesempatan berharga dapat mewawancarai CEO Jon Lim, pemilik perusahaan Perdana Putra Utama Jaya yang fokus pada pabrik plastik dan rental alat-alat berat. Selama kurang dari 1 jam, ia bercerita banyak hal tentang pengalaman hidupnya mencapai kesuksesan walaupun tidak berasal dari keluarga mampu. Bagaimana difabel netra ini bisa memiliki perusahan di Balikpapan? Yuk, simak kisahnya di bawah ini!

Solidernews.com: “Halo selamat siang Pak?”

Jon Lim: “Selamat siang.”

Solidernews.com: “Sejak kapan Bapak menjadi difabel netra?”

Jon Lim: “Saya menjadi difabel netra sejak awal-awal masuk sekolah dasar.”

Solidernews.com: “Oh, pak, tolong ceritakan masa kecil Bapak.”

Jon Lim: “Saya anak ketujuh dari tujuh bersaudara. Ayah saya meninggal ketika saya berumur 4 tahun dan ibu saya bekerja sebagai penjual kue untuk menghidupi tujuh anaknya. Dulu, kami hidup di bawah garis kemiskinan, kami sangat susah dulu.”

Solidernews.com: “Lalu bagaimana dengan pendidikan Bapak?”

Jon Lim: “Saya sekolah di SLB Yayasan Pendidikan Anak Buta Surabaya dari SD sampai SMP. Kemudian, saya melanjutkan SMA di Bandung di SMA kristen BPPK Bandung, lalu kuliah di Universitas Surabaya ambil jurusan hukum.”

Solidernews.com: “Bagaimana Riwayat Pekerjaan Bapak setelah lulus?”

Jon Lim: “Saya dulu bercita-cita sejak SD ingin menjadi pengacara, tetapi dulu di Surabaya mayoritas difabel netra diarahkan menjadi guru dan dibiayai sampai lulus kuliah. Saya tidak mau, saya menyimpang. Akhirnya, saya membayar SMA pakai uang sendiri dengan cara saya mengamen di Taman Hiburan Rakyat kota Surabaya, sedangkan untuk membayar uang kuliah, saya menjadi tukang pijat dari tahun 1980 sampai tahun 1984. Pada tahun 1984, saya mencoba melamar di PT. Prima Bangun Pelita Surabaya sebagai personal manager, bahkan di sana saya diberikan sekretaris untuk membantu membacakan surat-surat. Di perusahaan itu, saya bekerja hanya setahun. Kemudian pada tahun 1985, saya bekerja di perusahaan Fashion Post yang memproduksi celana jeans Jova. Waktu itu, bosnya bilang kepada saya, “”lu kalau ikut gue terus gak bakalan maju. Lu buka usaha sendiri sajalah.” Nah, ahkhirnya di situ saya buka kantor sendiri dibidang hukum dan biro jasa. Jadi, selain menjadi ahli hukum, saya mengurusi surat, seperti surat nikah, surat lahir, dan surat-menyurat lainnya.”

Solidernews.com: “Wow, luar biasa,Pak! lantas, kalau menulis surat itu gimana, Pak? siapa yang bantu bacain dokumennya?”

Jon Lim: “Saya yang membuat suratnya nanti karyawan yang baca.”

Solidernews.com: “Oh, lalu bagaimana Bapak menulis surat? Pakai komputer berbicara?”

Jon Lim: “Jaman dulu tidak ada komputer, saya pakai mesin ketik manual sepuluh jari itu.”

Solidernews.com: “Wow, oh gitu.”

Jon Lim: “pada tahun 2008, saya berhenti sebagai ahli hukum dan biro jasa karena saya sakit. Kebetulan, saya bertemu klien, dia bilang saya bantu kamu, kamu suplai  saya besi tua dari Kalimantan. Disamping itu, saya beli alat-alat berat untuk direntalkan. Karena mencari besi tua semakin sulit, akhirnya saya fokus ke rental alat berat dan saya juga berusaha mengembangkan usaha pabrik plastik.”

Solidernews.com: “Apa nama pabrik plastiknya, Pak?”

Jon Lim: “Perdana Putra Utama Jaya.”

Solidernews.com: “Kalau nama perusahaan rental alat beratnya?”

Jon Lim: “Ya sama, Perdana Putra Utama Jaya.”

Solidernews.com: “Jadi, total saat ini perusahaan bapak ada dua di Balikpapan? Apakah Bapak membuka usaha di kota lain?”

Jon Lim: “Saya juga merentalkan alat berat di daerah Batam.”

Solidernews.com: “Wow, sekarang ada berapa karyawan yang kerja di perusahaan Bapak?

Jon Lim: “Sekitar 90-an orang.”

Solidernews.com: “Wah, mantap! Lalu , waktu cari-cari besi tua dalam keadaan difabel netra total, kan Pak? Bagaimana caranya mencari besi tua dalam keadaan difabel netra?”

Jon Lim: “Ya buta, saya pergi ke sana ke sini bersama karyawan sampai ke Timika, Papua  di PT. Freeport. Saya mencari besi-besi tua dalam jumlah besar untuk dikirim ke Jerman. Besi-besi tua itu, kalau  di luar negeri dijadikan mobil Mercedes.”

Solidernews.com: “Wow, gitu, sebagai difabel netra, apa tantangan melakukan pekerjaan itu?”

Jon Lim: “Tidak ada tantangan karena selama saya bertemu orang, saya tidak pernah merasa orang merendahkan saya karena orang menjual barang, saya yang beli atau ketika saya menjadi ahli hukum, saya yang menyelesaikan masalah mereka.”

Solidernews.com: “Jadi, Bapak tidak punya tantangan bekerja sebagai difabel netra sama sekali? Wah.”

Jon Lim: “Tantangan banyak, waktu saya sekolah saya banyak direndahkan orang, diejek orang, tetapi selama saya bekerja, saya merasa tidak ada tantangan. Cuma, difabel netra ada kesulitan, misalnya di suatu tempat di mana ada banyak orang, terkadang kita merasa dibiarkan, itu karena kita tidak bisa melihat. Cuma saya dulu menyikapinya dengan merokok.”

Solidernews.com: “Oh lalu, apa yang membuat Bapak bisa bangkit dari keterpurukan?

Jon Lim: “Saya bisa bangkit dari keterpurakan karena saya orang susah. Saya harus sukses.

Solidernews.com: “Pak, apa moto hidupnya?”

Jon Lim: “Hidup itu jangan mengharapkan belas kasihan orang! Dengan hidup saya yang kurang, apa yang bisa saya lakukan? Itu moto saya dari kecil.

Solidernews.com: “Apa rahasia kesuksesan bapak?”

Jon Lim: “Segala sesuatu yang bisa saya lakukan akan saya coba, yang tidak mungkin ditanya dulu seperti bekerja di perusahaan swasta, orang mikirnya, pasti orang buta tidak akan diterima, tapi saya coba tanya dengan berdoa terlebih dahulu. Kemudian, saya dites, saya lulus. Saya juga adalah difabel netra pertama yang lulus jurusan hukum di Jawa Timur. Itu semua karena tidak ada orang buta yang berani mencoba. Kalau dalam hal keberanian itu kita jangan memiliki perasaan takut nanti orang akan menilai kita seperti apa, seperti begini, seperti begitu, saya kasih tahu kamu, kalau kamu punya ilmu yang betul-betul mantap, misalnya kamu bahasa Inggris jago, kamu ketemu orang, kalau mereka mau les, kamu harus menampilkannya, mereka pasti yakin kamu pasti bisa. Karena dulu saya punya prinsip kalau orang datang ke kantor saya, berarti dia butuh saya, biarpun dia adalah seorang dokter, tetapi dia tidak mengerti soal hukum.”

Solidernews.com: “Wah, mantap! Lalu bagaimana cara meningkatkan kepercayaan diri Bapak?”

Jon Lim: “Jadi kalau mau meningkatkan kepercayaan diri itu dari keadaan, karena kepepet mau tidak mau harus berani, tapi harus berani melakukan hal-hal yang positif seperti meningkatkan keahlian diri.”

Solidernews.com: “Apa pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh Bapak kepada pembaca sesama difabel netra agar bisa sukses seperti Bapak meski harus berjuang tanpa dukungan orang tua?”

Jon Lim: “Pertama, jangan pernah mengharapkan belas kasihan orang. Kedua, berpikirlah ke depan. Jangan bergantung pada orang lain. Jadi, berpikirlah apa yang bisa saya lakukan, apa yang bisa saya kerjakan. Misalnya, saya seorang difabel fisik, tangan saya putus, nah, dengan tangan yang putus ini, apa yang bisa saya lakukan.”[]

 

Reporter  : Tri Rizky Wahyu

Editor        : Ajiwan

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air

Skip to content