Views: 7
Solidernews.com – Salah satu kegiatan yang menyenangkan untuk sedikit melepas penat adalah menonton film. Menonton bisa dilakukan dimana saja. Di rumah, di sekolah, di kampus, ataupun di bioskop. Genre film juga tergantung selera penikmatnya. Nah, film yang tengah booming di bioskop bulan September 2024 ini judulnya “Seni Memahami Kekasih.” Sebuah cerita yang mengisahkan perjalanan cinta seorang penulis terkenal dari Magelang dan penulis serta aktivis feminisme dari Blora, yaitu Agus Mulyadi dan Kalis Mardiasih. Dua tokoh yang ikonik bagi penggemar sastra dan pejuang feminisme.
Film yang satu ini masih bisa dinikmati di bioskop, karena masih baru rilis tanggal 5 September 2024. Jadi bagi para penggemarnya, tentu saja harus menyisihkan sedikit uangnya untuk membeli tiket. Penikmat film ini rata-rata para remaja akhir yang memang sesuai dengan konflik di dalam film tersebut.
Dalam dunia film, siapapun boleh menikmatinya tanpa terkecuali. Pun para difabel yang suka dengan film. Cara menikmatinya juga berbeda-beda. Jika difabel netra, bisa didampingi dengan seorang teman bisik. Jika difabel rungu didampingi juru bahasa isyarat. Nah, kali ini saya akan bercerita saat menjadi teman bisik bagi kawan difabel netra.
Pada tanggal 10 September 2024, saya menjadi relawan Hamdan (teman netra) untuk menikmati film “Seni Memahami Kekasih” di bioskop Lippo Plaza. Karena memang ia penggemar beratnya Agus Mulyadi. Dirinya meminta saya untuk menjadi teman bisik.
Sederhananya, teman bisik itu adalah relawan yang bertugas membisikkan kejadian dalam film kepada teman netra ketika menonton film. Bisa juga disebut sebagai narator yang mendeskripsikan kejadian film ketika tidak ada dialognya.
Menjadi teman bisik ketika menonton film bisa sangat berarti bagi teman netra. Karena dengan berbagi bisik, teman netra akan merasakan sensasi menonton seperti nondifabel. Mereka bisa membayangkan adegan, latar tempat, dan suasana yang tergambar dalam film.
Hal yang Dilakukan Seorang Teman Bisik
Sebenarnya menonton itu mudah, karena hanya tinggal datang ke bioskop, duduk sembari menikmati filmnya. Tapi beda halnya apabila bersama dengan teman difabel. Satu hal yang perlu diingat adalah komitmen. Karena, kita tidak bisa asal berjalan seperti biasanya. Berjalan dengan tenang, berhati-hati dan selalu memperhatikan jalan kawan difabel agar mereka nyaman dan aman, saat berjalan menuju ruang teater bioskop.
Ketika film sudah mulai diputar, kita perlu memasang mata dan membisikkan tentang gambaran yang ada dalam film. Jika filmnya ada dialog dan monolognya, teman bisik cukup diam agar teman netra fokus menyimak percakapannya. Apabila mereka bertanya tentang detail adegannya, cukup membisikkan latar suasana dan tempat yang ada di film. Karena, teman netra akan paham tentang kejadian di film dengan mendengarkan dialog ataupun monolognya.
Kebetulan, film “Seni Memahami Kekasih” ini lebih banyak dialog dan monolog tentang peristiwa yang tergambar di filmnya. Sehingga teman netra lebih mudah memahami alur film dan konflik yang ada. Filmnya cukup aksesibel untuk dinikmati teman netra, karena banyak penjelasan berbentuk audio. Apa lagi bila mereka paham bahasa Jawa, pasti akan mudah memahaminya.
“Aku bisa menikmati film ini dengan enjoy, mbak. Sebab memang dialog dan informasi verbalnya sebenarnya cukup mewakili setiap adegan. Nah, apa lagi ditambah informasi dari sampean. Pengalaman menikmati film ini jadi lebih asyik,” tutur Hamdan menceritakan pengalamannya.
Penggambaran adegan yang dilakukan teman bisik kepada teman netra tentang film itu juga harus jujur apa adanya. Tidak perlu terlalu detail, tapi cukup mendeskripsikan intinya. Tujuannya agar informasi yang ada dalam film tersebut tidak terpotong dan terbayang secara sempurna dalam benak teman netra.
Siapapun Bisa Menjadi Teman Bisik
Menjadi teman bisik bisa dilakukan oleh siapapun. Teman bisik ibarat mata kedua teman netra. Anggap saja seperti berbagi hal-hal dan pengalaman yang kita lihat dengan teman netra. Sebelum film dimulai, teman bisik perlu menanyakan hal apa saja yang ingin diketahui oleh teman netra.
“Nah, mbak. Aku nanti minta dibisikkan saat perpindahan lokasi, suasana waktu, dan setiap perubahan scene,” jelas Hamdan tentang hal yang perlu dibisikkan.
Selain itu, kita perlu menceritakan setiap adegan dalam film yang tidak ada dialognya, dan mendeskripsikan suara-suara yang ada di film. Misal, adegan dalam film “Seni Memahami Kekasih” tentang tokoh utamanya sedang naik motor menerobos hujan. Jika tanpa visual, mungkin terdengarnya hanya suara derum mesin dan gemericik air. Maka sebagai pembisik, kita perlu mendeskripsikan kejadiannya.
Dalam menyampaikan ataupun mendeskripsikan kejadian yang ada dalam film. seorang pembisik perlu memperhatikan intonasi suaranya. Jangan terlalu kencang karena dikhawatirkan mengganggu kenyamanan penonton lainnya. Juga tidak perlu terlalu cepat menjelaskannya, agar apa yang kita sampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh teman netra.
Selesai menonton, bisa juga melakukan diskusi, evaluasi, dan mereview film yang telah dilihat. Cara seperti ini efektif untuk mendalami setiap adegan atau percakapan dalam film. Sehingga bisa mengambil makna dari pesan tersirat di film itu.
Sejauh ini, pengalaman pertama kali menjadi teman bisik cukup menyenangkan. Karena kita tidak hanya duduk diam menikmati filmnya. Namun, merasa tertantang karena harus bisa menyampaikan adegan yang terjadi dalam film dengan kalimat yang mudah dimengerti dan dalam durasi yang singkat. Jadi, secara tidak langsung mengolah kemahiran dalam berkomunikasi.[]
Penulis: Ajeng Safira
Editor : Ajiwan