Views: 43
Solidernews.com – Setelah Pemilu 2024 berakhir, kita kembali menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Namun, semangat dan euforia terkait hasil pemilihan masih terasa, terutama dengan adanya ketegangan hasil pemilu yang masih menyisakan perdebatan. Namun, dalam tulisan ini, saya ingin mengalihkan fokus pada hal yang berbeda.
Pemilu 2024 telah usai, meninggalkan beragam peristiwa yang patut dikenang. Mulai dari janji-janji politik para kandidat, isu pembagian uang, hingga perbincangan hangat seputar hasil quick count. Namun, di balik keramaian tersebut, partisipasi teman-teman difabel dalam kontes politik tahun ini menarik untuk dikaji. Mereka tidak ingin absen dari perayaan demokrasi ini, bahkan antusias untuk turut serta sebagai calon wakil rakyat sangat tinggi.
Sebenarnya, bagaimana keterlibatan teman-teman difabel dalam kontestasi politik di Indonesia diakui? Jika dilihat dari segi hukum, mereka memiliki status yang diakui, di mana hak-hak mereka telah diatur dengan jelas. Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, hak memilih dan hak dipilih bagi difabel telah diatur dengan tegas.
Pasal 5 UU Nomor 7 Tahun 2017 menegaskan bahwa dalam pelaksanaan pemilu, perlu memperhatikan hak-hak kelompok difabel, mereka memiliki hak yang sama. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan tersebut, partai politik seharusnya memberikan ruang dan akses yang sesuai untuk partisipasi politik difabel.
Menurut data dari KPU, beberapa wakil rakyat pusat dari kalangan difabel telah terpilih, mewakili berbagai partai politik, menunjukkan inklusi yang semakin meningkat dalam pemerintahan. Berikut beberapa di antaranya:
- Partai Bulan Bintang: Yahman Adi (disabilitas fisik) dari Dapil Jawa Timur X (nomor urut 4).
- Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora): Doni Hartono (disabilitas fisik) dari Dapil Jateng X (nomor urut 2).
- Partai Golongan Karya (Golkar): Muhammad Sayidi (disabilitas fisik) dari Dapil Banten III (nomor urut 2).
- Partai Keadilan Sejahtera: Habib Idrus Salim Aljufri (disabilitas fisik) dari Dapil Banten III (nomor urut 1).
- Partai Nasdem: Surya Tjandra (disabilitas fisik) dari Dapil DKI Jakarta III (nomor urut 2).
- Partai Perindo: Yonada Yuniasih (disabilitas fisik) dari Dapil Jawa Barat V (nomor urut 7).
- Partai Persatuan Pembangunan:
– Sikdam (disabilitas sensorik netra) dari Dapil Aceh II (nomor urut 6).
– Moh. Abdul Ghofur (disabilitas fisik) dari Dapil Jateng III (nomor urut 7).
– Usnan Batubara (disabilitas fisik) dari Dapil Banten II (nomor urut 6).
- Partai Solidaritas Indonesia: Imam Sutanto Dhani (disabilitas sensorik rungu) dari Dapil Jawa Barat III (nomor urut 5).
Mereka semua maju karena memiliki kepentingan inklusi yang penting untuk dipromosikan dalam struktur pemerintahan.
Solidernews melihat bahwa difabel sudah berupaya turut ambil bagian dalam kontestasi pemilu 2024. Langkah mereka ini tidak sekadar berlandaskan pada keinginan untuk meraih kekuasaan, namun lebih pada prinsip inklusi yang mereka anut. Meskipun di tengah kenyataan politik pragmatis yang menuntut pemberian materi sebagai suatu alat dalam perjuangan, teman-teman difabel ini tetap teguh pada pendirian mereka. Keikutsertaan mereka dalam arena politik adalah sebuah wujud yang murni dari semangat inklusi yang mereka anut.
Real Count KPU Pertanggal 24 Februari 2024
Meskipun proses rekapitulasi suara pemilihan umum 2024 masih berlangsung, melihat hasil real count dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) memberikan gambaran awal yang menarik, minimal pertanggal 24 Februari ini. Fokus pada perolehan suara calon wakil rakyat tingkat pusat dari kalangan difabel, terdapat 10 kandidat dari berbagai partai politik, ditambah satu perwakilan dari Pemilihan Daerah (DPD). Mari kita telaah hasilnya.
- Yahman Adi (PBB), difabel fisik, memperebutkan kursi dari dapil Jatim X. Meskipun mendapat peringkat terakhir dari 4 calon lainnya, dengan suara sebanyak 510 dari data real count yang sudah masuk sebesar 75,72%.
- Doni Hartono (Gelora), difabel fisik juga, bertarung di dapil Jateng X. Meski berada di peringkat kedua dari 5 calon, Doni berhasil meraih 673 suara dari total data real count yang telah masuk sebesar 70,98%.
- Muhammad Sayidi (Golkar), difabel fisik, memperebutkan kursi dari dapil Banten II. Meskipun berada di posisi ketiga dari 6 calon, Sayidi mampu mengumpulkan 5.226 suara dari data real count yang tersedia sebesar 49,77%.
- Habib Idrus Salim Al Jufri (PKS), difabel fisik, bertarung di dapil Banten III. Menempati peringkat pertama dari 10 calon, Habib Idrus berhasil memimpin dengan perolehan suara terbanyak, mencapai 42.098 suara dari data real count yang telah masuk sebesar 55,44%.
- Surya Tjandra (Nasdem), difabel fisik, ikut meramaikan kontestasi di dapil DKI III. Meskipun berada di posisi ketiga dari 8 calon, Surya berhasil mengumpulkan 1.310 suara dari data real count yang sudah mencapai 48,57%.
- Yonanda Yuningsig (Perindo), difabel fisik, maju di dapil Jabar V. Meski berada di peringkat ketujuh dari 9 calon, Yonanda mendapat dukungan sebanyak 644 suara dari data real count yang telah masuk sebesar 64,39%.
- Abdul Ghofur (PPP), difabel fisik, bertarung di dapil Jateng III. Meski berada di peringkat keenam dari 9 calon, Abdul Ghofur mendapat dukungan sebanyak 1.889 suara dari data real count yang telah masuk sebesar 74,47%.
- Usnan Batubara (PPP), difabel fisik, bertarung di dapil Banten II. Meskipun berada di peringkat keempat dari 6 calon, Usnan mampu meraih 699 suara dari data real count yang sudah mencapai 49,77%.
- Imam Sutanto Dhani (PSI), difabel sensorik rungu, ikut serta dalam kontestasi di dapil Jabar III. Meski berada di posisi kelima dari 9 calon, Imam Sutanto Dhani mendapat dukungan sebanyak 519 suara dari data real count yang telah masuk sebesar 44,80%.
Namun, perwakilan difabel di pemilihan daerah (DPD), Djumono, masih jauh dari ekspektasi, hanya mendapatkan sekitar 3% suara dari pemilihan daerah Jawa Barat. Sebuah fakta yang menarik, namun terpinggirkan oleh dominasi komedian Komeng yang berhasil menguasai pemilihan daerah Jabar dengan suara lebih dari 1 juta dari data real count yang telah mencapai 61,27%.
Melihat data ini, terlihat bahwa tantangan untuk meningkatkan keterwakilan difabel dalam parlemen masih terbuka lebar. Meskipun demikian, kemungkinan besar Habib Idrus Salim Al Jufri dari dapil Banten III akan melenggang ke Senayan dengan suara terbanyak, menunjukkan potensi yang ada dalam mendukung perwakilan difabel di tingkat nasional.
Meskipun demikian, teman-teman difabel tidak boleh berkecil hati. Meski dengan hambatan yang dimiliki, mereka telah membuktikan bahwa partisipasi dalam kontestasi politik adalah hak yang harus dijunjung tinggi. Jalan politik bukanlah satu-satunya jalan perjuangan, namun pengalaman ini dapat menjadi modal berharga untuk terus berkompetisi dalam pemilu-pemilu mendatang.[]
Reporter: Hasan Basri
Editor : Ajiwan