Views: 14
Solidernews.com – Isu difabel mulai diperbincangkan setelah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas disahkan Dewan Perwakilan Rakyat. Namun, pemberitann isu difabel di media masih sedikit.
Media arus utama yang memiliki kolom khusus terkait pemberitaan tentang difabel masih sangat minim ditemukan. Selain itu, dibeberapa media arus utama yang menerbitan berita difabel cenderung menarik perhatian pembaca dari sisi yang keliru.
Banyak media arus utama yang memandang isu difabel belum familiar dikalangan pembacanya, sehingga pemberitaan tentang difabel dianggap tidak populer, seperti isu politik atau ekomoni.
Secara umum, masyarakat kita masih merasa asing dengan istilah Difabel atau Disabilitas. Tidak sedikit orang yang justru belum mengetahui maksud dari kondisi kedifabelan meskipun mereka ada di lingkungan sosialnya, atau bahkan mereka juga merupakan bagian dari difabel itu sendiri.
Gambaran media arus utama yang keliru terkait isu difabel
Pertama, Isu difabel sebagai pornografi inspirasi. Pornografi inspirasi ini diartikan sebagai cara menggambarkan individu difabel sebagai seorang panutan yang kontradiktif. Difabel dinarasikan sosok yang kuat, luar biasa, tangguh, tapi juga harus dikasihani.
Meski kondisi kedifabelan itu diterima pembaca, tapi masih menjadi sumber ketakukan mereka. Contohnya: seperti berita-berita yang mengangkat sosok difabel baru akibat kecelakaan kerja atau kecelakaan lalu lintas.
Kedua, Penyalahgunaan terminologi tentang difabel. Terminologi difabel kerap digunakan oleh media sebagai sifat karakter, perangkat plot, atau pembawa suasana buruk. Representasi semacam ini tidak akurat dan tidak adil. Terkadang difabel diperkuat oleh latar belakang cerita, seperti mendeskripsikan difabel sebagai orang yang bebal dan berprilaku buruk. (Shakespeare di Kasap & Gurcinar (2018))
Ketiga, Isu yang jarang dibahas. Isu difabel dianggap tidak populer, sebagai contoh, di Amerika Serikat hanya satu persen media yang tertarik membahas isu difabel. Bahkan banyak jurnalis yang cenderung memberikan jarak hingga satu tahun antara pembahasan satu isu difabel ke isu difabel lainnya.
Kondisi ini berkaitan dengan jumlah dari selera pembaca. Karena hal ini pula, isu difabel masih sulit merebut perhatian pembaca.
Keempat, Hiperheroisme. Hal ini merujuk pada perilaku difabel yang sebenarnya biasa saja, tapi diinterpretasikan oleh media dengan cara yang berlebihan. Cara pemberitaan seperti ini kerap menampilkan kesalah persepsi lewat sebuah anggapan yang berdasarkan pada hambatan fisik.
Difabel yang memiliki hambatan secara fisik dan mampu melakukan banyak hal, seperti pekerjaan rumah, berkendara secara mandiri, diartikan sebagai sosok yang luar biasa. Padahal, hal-hal tersebut juga yang biasa dilakukan oleh banyak orang. Pembedanya, individu difabel memiliki cara tersendiri dalam melakukan itu semua.
Praktik baik dan pemberitan yang berpengaruh
Isu difabel yang sering diterbitkan di beberapa negara sudah cukup berkembang memiliki nilai pemberitaan. Media memegang peran penting dalam mengedepankan isu-isu penting yang mendukung pada masyarakat difabel.
Sebagai contoh, liputan media tentang proses penerbitan Sisten Asuransi Disabilitas Nasional atau National Disability Insurance System (NDIS) di Australia tercatat mencapai 455 artikel di media Australia.
Untuk jumlah pembaca media tidak lagi bertumpu pada sirkulasi produk media melainkan standar ketertarikan pembaca. Seperti halnya, isu-isu difabel yang dianggap sebagai bagian dari kritik sosial terhadap peraturan diskriminatif yang dibuat oleh pemerintah. Misalnya, perihal asuransi difabel dibawah undang-undang Presiden Trump di Amerika Serikat.
Pemberitaan-pemberitaan yang tepat terkait isu-isu difabel dapat mempengaruhi selera pembaca. Bahkan dapat berdampak pada lingungan sosial yang lebih luas lagi.
Seperi saat ini, beberapa perusahaan sudah mulai menggunakan gambar-gambar difabel untuk meningkatkan kesadaran publik tentang isu difabel. Mengikutsertakan isu difabel dalam iklan juga dapat membantu perusahaan memenuhi tanggung jawab sosialnya. Selain itu, iklan semacam ini juga berpotensi menaikan nilai perusahaan tersebut di kalangan pembaca media.
Penting adanya platform media isu difabel
Sisten kontroling yang komprehensif untuk isu-isu difabel di media arus utama dapat terbentuk dalam sebuah platform khusus, sekaligus memungkinkan bagi difabel untuk berpartisipasi secara penuh dalam mmenguatkan pergerakan mereka.
Bahkan mereka juga bisa menegur kritikus melalui media, dan menciptakan sistem kontrol itu sendiri. Platform semacam ini dapat mendorong media arus utama agar lebih peduli tentang isu difabel dan menghilangkan kekeliruan pemberitaan isu difabel. Dengan hadirnya platform-platform khusus isu difabel, bisa menjadi bagian dari media arus utama yang dimasukkan dalam sebuah kanal khusus. Sehingga semakin banyak yang dapat menghasilkan produknya yang layak terkait isu-isu difabel.[]
Penulis: Sri Hartanty
Editor : Ajiwan Arief