Search
en id

Gunakan fitur ACCESSIBILITY melalui tombol bagian kanan bawah sebagai preferensi untuk kenyamanan Anda.

“Inspiration Porn” dan Dampaknya pada Difabel: Analisis Mendalam

Views: 11

Solidernews.com – Istilah Inspiration Porn    pertama kali diperkenalkan oleh aktivis difabel Stella Young pada tahun 2012. Ia mengkritisi penggambaran  difabel di media yang sering kali menempatkan mereka sebagai sumber inspirasi hanya karena keterbatasan fisik mereka. Alih-alih menggambarkan  difabel secara utuh sebagai individu dengan pengalaman hidup yang kompleks dan beragam, mereka diobjektifikasi untuk memicu emosi positif pada audiens yang non-difabel. Fenomena ini menempatkan  difabel sebagai alat untuk menghibur dan menenangkan perasaan orang lain, tanpa memperhitungkan realitas yang mereka hadapi.

Ciri-Ciri “Inspiration Porn”

  1. Objektifikasi  Kepada  Difabel 

Dalam kasus ini,  difabel tidak dilihat sebagai individu yang penuh dan mandiri, tetapi sebagai objek yang digunakan untuk membuat orang lain merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri. Media sering kali menyoroti tindakan sederhana yang dilakukan oleh  difabel, seperti pergi ke sekolah atau bekerja, seolah-olah itu adalah pencapaian luar biasa. Hal ini mereduksi nilai dan hak  difabel sebagai manusia seutuhnya.

  1. Memperkuat Stereotip   

Media dan narasi yang mengandung inspiration porn memperkuat stereotip bahwa hidup dengan difabilitas adalah sesuatu yang tragis, sehingga siapa pun yang dapat menjalani kehidupan “normal” dianggap luar biasa. Stereotip ini memperkuat pandangan bahwa  difabel memiliki hidup yang “kurang,” dan setiap bentuk kesuksesan yang mereka capai selalu dianggap sebagai keberhasilan luar biasa hanya karena mereka berhasil “mengatasi” difabilitas yang mereka miliki.

  1. Kisah Inspiratif yang Superfisial   

Inspiration porn biasanya berfokus pada cerita inspiratif yang dangkal, tanpa memahami kompleksitas kehidupan sehari-hari  difabel. Contohnya, sering kali  difabel dipuji karena mampu bersekolah atau bekerja, tanpa memperhitungkan bahwa ini adalah bagian normal dari kehidupan manusia. Narasi ini memperkuat pandangan bahwa segala tindakan  difabel adalah pencapaian yang harus dipuji, meskipun itu hal biasa dalam hidup.

  1. Tujuan untuk Menghibur Non-Difabel 

Tujuan utama dari inspiration porn adalah untuk memberikan perasaan lega atau inspirasi kepada audiens nondifabel, sering kali dengan pesan terselubung seperti “Jika mereka bisa melakukannya meski memiliki difabilitas, kamu juga bisa.” Ini mengesankan bahwa  difabel ada untuk memberi pelajaran moral bagi orang lain, bukan sebagai individu dengan hak dan kapasitas yang setara.

Contoh dan Dampak dari “Inspiration Porn”

Contoh yang umum ditemukan adalah foto atau video viral yang menunjukkan  difabel melakukan tugas sehari-hari, seperti berlari, bekerja, atau menghadiri acara sosial. Misalnya, video yang menunjukkan seorang siswa difabel yang diajak oleh teman non-difabel untuk pergi ke acara prom sering kali dipuji secara berlebihan. Padahal, tindakan tersebut tidak seharusnya diperlakukan sebagai tindakan “mulia” atau “dermawan.” Narasi seperti ini merendahkan  difabel dan mengabaikan hak mereka untuk dihargai sebagai individu yang setara.

Kritik Terhadap “Inspiration Porn”

  1. Merendahkan  Difabel 

Inspiration porn mengurangi pengalaman hidup  difabel menjadi sesuatu yang digunakan untuk kepuasan emosional audiens non-difabel. Difabel tidak diperlakukan sebagai manusia dengan hak dan kemampuan penuh, melainkan sebagai “simbol inspirasi” yang dirancang untuk memberikan pelajaran hidup bagi orang lain.

  1. Mengabaikan Realitas Hidup  Difabel 

Narasi yang dangkal ini sering kali mengabaikan tantangan nyata yang dihadapi  oleh para difabel, seperti diskriminasi, kurangnya aksesibilitas, dan hambatan sosial lainnya. Publik lebih fokus pada kisah individu yang “menginspirasi,” daripada memikirkan perubahan sistemik yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas hidup  para difabel.

  1. Menghambat Perubahan Sosial   

Dengan fokus pada individu yang berhasil “mengatasi” difabel mereka, inspiration porn mengaburkan pentingnya perubahan sosial dan kebijakan yang lebih inklusif. Masyarakat mungkin merasa puas dengan cerita inspiratif ini, tanpa menyadari bahwa  difabel masih menghadapi tantangan struktural dan sosial yang signifikan.

 Relasi Kuasa dalam “Inspiration Porn”

Fenomena ini juga mencerminkan relasi kuasa yang timpang, di mana narasi tentang  difabel dikendalikan oleh masyarakat nondifabel. Masyarakat nondifabel memutuskan bagaimana  difabel seharusnya dipandang dan diapresiasi. Narasi inspiration porn sering digunakan untuk memperkuat pandangan bahwa dunia tidak perlu berubah, dan bahwa  difabel hanya perlu “berusaha lebih keras” untuk mengatasi kondisi mereka sendiri.

Alternatif Pendekatan yang Lebih Inklusif

  1. Tindakan  Inklusif Yang Kongkrit

Daripada menjadikan  difabel sebagai objek inspirasi, penting untuk menciptakan masyarakat yang benar-benar inklusif, di mana aksesibilitas, pendidikan, dan kesempatan kerja tersedia bagi semua orang tanpa pandang bulu. Fokusnya harus pada inklusi nyata, bukan pada pengasihan atau romantisasi perjuangan individu.

  1. Penghargaan yang Setara

Difabel harus dilihat sebagai individu dengan kehidupan yang kompleks dan beragam. Pengalaman dan pencapaian mereka harus dihargai atas dasar kesetaraan, bukan karena mereka berhasil mengatasi keterbatasan yang dianggap “luar biasa.”

Inspiration porn, meskipun tampak positif di permukaan, sebenarnya memperkuat stereotip yang merendahkan  para difabel. Narasi ini mengabaikan tantangan dan hak-hak mereka sebagai manusia yang setara. Lebih penting untuk menciptakan masyarakat yang menghormati hak-hak  difabel, memberikan mereka aksesibilitas yang mereka butuhkan, dan menghargai mereka sebagai individu seutuhnya. Perubahan sosial dan kebijakan yang inklusif harus menjadi prioritas, bukan hanya cerita inspiratif yang dangkal. Karena apapun namanya dan siapapun orangnya, pasti memiliki kompleksitas hidup masing-masing, tak terkecuali difabel. Jadi, tidak perlu menganggap bahwa difabel yang bisa ini dan itu adalah luar biasa. Karena pada hakikatnya semua  manusia itu setara![]

 

Reporter: Andi Syam

Editor     : Ajiwan

Referensi:

  1. Barnes, Colin & Mercer, Geoff. (2010).  Exploring Disability: A Sociological Introduction . Polity Press.

 

  1. Campbell, Fiona A. Kumari. (2009).  Contours of Ableism: The Production of Disability and Abledness . Palgrave Macmillan.

 

  1. Dolmage, Jay Timothy. (2014).  Disability Rhetoric . Syracuse University Press.

 

  1. Ellis, Katie. (2015).  Disability and Popular Culture: Focusing Passion, Creating Community and Expressing Defiance . New York: Routledge.

 

  1. Garland-Thomson, Rosemarie. (2017).  Extraordinary Bodies: Figuring Physical Disability in American Culture and Literature . Columbia University Press.

 

  1. Goodley, Dan. (2014).  Dis/Ability Studies: Theorising Disablism and Ableism . Routledge.

 

  1. Grue, Jan. (2016). “The Problem With Inspiration Porn: A Reevaluation of the Value of Narratives about Disability.”  Journal of Literary & Cultural Disability Studies , 10(1), 45-62. doi: [10.3828/jlcds.2016.3](https://doi.org/10.3828/jlcds.2016.3).

 

  1. Heiss, Sarah. (2011). “Locating the Bodies of Women and Disability in Definitions of Beauty: An Analysis of Dove’s Campaign for Real Beauty.”  Disability Studies Quarterly , 31(1), doi: [10.18061/dsq.v31i1.1367](https://doi.org/10.18061/dsq.v31i1.1367).

 

  1. Shakespeare, Tom. (2006).  Disability Rights and Wrongs . Routledge.

 

  1. Young, Stella. (2014). “I’m Not Your Inspiration, Thank You Very Much.” TEDxSydney. Video tersedia di: [https://www.ted.com/talks/stella_young_i_m_not_your_inspiration_thank_you_very_much](https://www.ted.com/talks/stella_young_i_m_not_your_inspiration_thank_you_very_much). Diakses pada 23 September 2024.

 

Bagikan artikel ini :

TULIS KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT

BERITA :

Berisi tentang informasi terkini, peristiwa, atau aktivitas pergerakan difabel di seluruh penjuru tanah air