Views: 13
Solidernews.com – Inovasi berbasis komunitas yang di kemas dalam program IDEAKSI atau Ide inovasi aksi inklusi telah digagas Yakkum Emergency Unit (YEU) dari awal 2021 lalu. Kegiatan tersebut sudah mendukung 32 kelompok inovator lokal di 4 provinsi yang dimulai dari 9 inovator di Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2021 – 2023.
Ideaksi 2.0 periode 2023 – 2025 menyasar inovator lokal di 3 provinsi lain seperti; 2 di Sulawesi Tengah, 5 di Nusa Tenggara Timur, 1 di Jakarta, selain 15 di Yogyakarta.
Kelompok tim inovator lokal ini didukung secara pendanaan finansial, pelatihan dengan pendekatan community led atau kepemimpinan masyarakat yang mengakomodasi kelompok berisiko untuk memiliki keterlibatan yang berarti, berperan dalam pengambilan keputusan, serta memiliki kendali atas sumber daya dalam kesiapsiagaan, dan respon kemanusiaan.
“Dalam darurat kebencanaan yang terjadi, khususnya di Yogyakarta, untuk evakuasi belum semuanya aksesibel dan bisa diakses difabel. Disini pentingnya keterlibatan masyarakat agar ide dan kebutuhan mereka terpenuhi,” ungkap Jessica Novia, Manager program Ideaksi YEU.
Hal yang menarik dari para inovator ini adalah bermunculannya ide-ide baru yang sederhana, dan justru sangat penting bagi masyarakat, terlebih pada kondisi darurat kebencanaan. Selain masih ada inovasi digital, inovasi pertanian dan lahan, ada juga inovasi seni, inovasi bersifat sarana inklusif dan layanan mobile, seperti dapur umum bergerak.
Inovator Ideaksi kedua di Yogyakarta
Berikut adalah profil 15 tim inovator dari Yogyakarta:
(1) Forum PRB Murtigading. Bidang kelompok: Kaltana/FPRB. Area (wilayah kerja): Bantul (kabupaten). Judul ide inovasi: Dapur Umum Bergerak. Isu: Inovasi logistik penanggulangan bencana (PB).
(2) Gempita. Bidang kelompok: Bank sampah. Area (wilayah kerja): Suryatmajan (kelurahan/desa di Danurejan, Kota Yogyakarta). Ide Inovasi: Moda Angkut Sampah Minimalis. Isu: Inovasi bank sampah dan PB.
(3) Kelompok Tani Ngudi Makmur. Bidang kelompok: Pertanian. Area (wilayah kerja): Bolang (padukuhan di Girikarto, Panggang, Gunungkidul). Judul ide inovasi: Pembuatan Ternak Kambing yang Terintegrasi Isu: Inovasi untuk PB.
(4) Karang Taruna Prima Gadung. Bidang kelompok: Kelompok pemuda. Area (wilayah kerja): Nganjir (padukuhan di Karangsari, Semin, Gunungkidul).Judul ide inovasi: Bambu Jawa Jahit Bumi. Isu: Pencegahan tanah longsor.
(5) Petani Milenial Purwosari. Bidang kelompok: Pertanian.Area (wilayah kerja): Purwosari (kapanewon/kecamatan di Gunungkidul). Judul ide inovasi: Irigasi Tetes Cerdas. Isu: Kekeringan.
(6) Kelompok Swabantu (Self-Help Group/SHG) Unggul Jiwa. Bidang kelompok: Organisasi penyandang disabilitas. Area (wilayah kerja): Kaligintung (kalurahan/desa di Temon, Kulon Progo). Judul ide inovasi: Pengelolaan dan Pengolahan Lahan Pertanian pada Kelompok Swabantu Unggul Jiwa yang Tanggap Bencana dan Adaptif pada Perubahan Iklim. Isu: Banjir.
(7) Kelompok Swabantu (Self-Help Group/SHG) Luhur Jiwa. Bidang kelompok: Organisasi penyandang disabilitas. Area (wilayah kerja): Sidoluhur (kalurahan/desa di Godean, Sleman). Judul ide inovasi: Diversifikasi Pertanian Hortikultura sebagai Adaptasi Pandemi Covid-19 dan Meningkatkan Produktivitas serta Pemulihan Orang dengan Disabilitas Psikososial. Isu: Pertanian.
(8) Pusat Pemberdayaan Disabilitas Mitra Sejahtera (PPDMS). Bidang kelompok: Organisasi penyandang disabilitas. Area (wilayah kerja): Gunungkidul (kabupaten). Judul ide inovasi: Inklusif Learning-Disaster (ILearn-Disaster): Home Visit Generasi Istimewa Cerdas Tangguh Bencana. Isu: Inovasi pendidikan kebencanaan.
(9) Kelompok Unit Wisata Kebon Tirtohargo (BonHargo). Bidang kelompok: Desa wisata. Area (wilayah kerja): Tirtohargo (kalurahan/desa di Kretek, Bantul). Judul ide inovasi: Sanggar Edukasi Penanggulangan Bencana Inklusif di BonHargo. Isu: Inovasi pendidikan kebencanaan.
(10) Kampung Siaga Bencana (KSB) Merapi Rescue. Bidang kelompok: Kaltana/FPRB. Area (wilayah kerja): Sleman (kabupaten). Judul ide inovasi: Penanggulangan Bencana untuk Masyarakat Berbasis Inklusi. Isu: Mekanisme pengungsian yang inklusif .
(11) Kelompok Wanita Tani (KWT) Wanita Karya. Bidang kelompok: Pertanian. Area (wilayah kerja): Jurug (padukuhan di Giriwungu, Panggang, Gunungkidul). Judul ide inovasi: Budidaya Ikan Lele dan Kangkung dalam Galon Bekas Air Mineral. Isu: Pertanian.
(12) Lumbung Pangan Artha Mandiri Gereja Kristen Jawa (GKJ) Kemadang. Bidang kelompok: Keamanan pangan. Area (wilayah kerja): Tanjungsari (kapanewon/kecamatan di Gunungkidul). Judul ide inovasi: Lumbung Pangan untuk Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana. Isu: Kekeringan, pengolahan produk untuk PB.
(13) Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati. Bidang kelompok: Pertanian. Area (wilayah kerja): Watugajah (padukuhan di Girijati, Purwosari, Gunungkidul). Judul ide inovasi: Pengelolaan Sampah. Isu: Pengelolaan bank sampah.
(14) Pita Merah Jogja. Bidang kelompok: Kelompok dukungan untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Area (wilayah kerja): Kota Yogyakarta. Judul ide inovasi: Pengembangan Fitur Darurat Bencana pada Aplikasi Monitoring Kesehatan ODHIV (MONTOV). Isu: Teknologi digital.
(15) Teater Inklusi. Bidang kelompok: Seni pertunjukan, edukasi inklusi sosial, pengurangan stigma. Area (wilayah kerja): Kota Yogyakarta. Judul ide inovasi: Teater Inklusi Peduli Bencana dengan Mobile Entertainment. Isu: Diseminasi informasi PRB dan layanan dukungan psikososial (LDP).
Perlunya dukungan masyarakat dan komunitas dalam penanggulangan bencana
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DIY, Danang Samsurizal, ST menyampaikan, indikasi keberhasilan tim inovator adalah keterlibatan yang berarti. Selain itu mereka juga berperan dalam pengambilan keputusan, serta memiliki kendali atas sumber daya dalam kesiapsiagaan dan respon kemanusiaan.
“Semua inovasi temuan masuk dalam program Gubernur DIY. Wilayah pengaruhnya inovasi IDEAKSI ada di kalurahan, dan akan menjadi baik bila kalurahan atau pemerintahan setempat ikut terlibat juga, bukan hanya masyarakat atau komunitas saja,” terang ia.
Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DIY 2022 – 2027, reformasi kalurahan dan reformasi pemberdayaan masyarakat kalurahan menjadi sasaran utama yang masuk di program Gubernur DIY.
Kedua hal tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan, penghidupan, pembangunan yang inklusif dan pengembangan kebudayaan mulai dari kalurahan. Kemudian juga perlu meningkatkan budaya inovasi dan mengoptimalkan kemanfaatan kemajuan teknologi informasi.
“Dengan keterlibatan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap penanggulangan kebencanaan, masayarakat sudah tidak panik lagi, tidak gaduh seperti sebumnya. Mereka sudah mampu menangani dan tidak kebergantungan terus. Mereka sudah paham apa yang harus dilakukan di fase awal sebelum tiba bantuan dan lainnya,” papar Danang.
Pada tahap ini tim inovator telah mengadakan lokakarya pembelajaran Ideaksi yang mempertemukan para pencetus inovasi dengan aktor pentahelix yaitu pemerintah, masyarakat, media, akademisi dan pelaku usaha, dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana inklusif.[]
Reporter: Sri Hartanty
Editor : Ajiwan